Jumat, 26 Desember 2008

Selamat Tahun Baru 1430 Hijriyah

Assalaamu'alaikum, sahabat semua..
Semoga antum-antunna semakin sholih dan bermafaat untuk masyarakat.
Selamat Tahun Baru 1430 H. Semoga tahun ini adalah tahun kemenangan untuk dakwah dan perbaikan ummat. Amiin..


My Friendster


Salam cinta,
Abu Fauzan.

Minggu, 07 Desember 2008

ARAFAH

Arafah. Padang luas tempat kita menghampar jiwa. Semua lebur jadi satu tanpa sekat. Semua sekat: etnis, warna kulit, postur, latar budaya dan sejarah. Ihram putih yang membalut tubuh-tubuh kita menyimbolkan kesatuan. Semua kesatuan: asal usul, tujuan hidup, jalan hidup yang kita tempuh untuk mencapai tujuan itu.

Arafah itu seperti lukisan jiwa-jiwa yang digantung di dinding sejarah. Seluruh jiwa menyatu dalam lukisan yang rumit; disatukan oleh kekuatan yang lahir kekuatan; kekuatan cinta yang lahir kekuatan iman. Tiba-tiba kita semua merasakan kerendahan hati yang tulus. Lalu jiwa kita hampar bagai permadani; silakan semua orang duduk di sana. Perbedaan-perbedaan ini, etnis, warna kulit, postur, latar budaya dan sejarah seketika berubah menjadi sumber keindahan yang menghiasi langit kehidupan kita.

Cintalah rahasianya. Maka ekspansi Islam dari jazirah Arab ke kawasan Asia Tengah, Selatan, Tenggara dan Cina, atau kawasan Afrika Selatan dan Utara sampai ke Eropa Barat dan Timur, bukanlah suatu catatan tentang pedang terhunus yang tak pernah berhenti berdarah. Itu justru serangan pasukan cinta yang datang membebaskan jiwa-jiwa manusia dari belenggu yang membatasi hidupnya dengan sekat tanah dan etnis: maka menyatulah mereka dalam cinta yang melapangkan dunia. "Akan kami perangi mereka dengan cinta," kata Hasan Al Banna.

Dalam celupan cinta jiwa-jiwa itu muncul kembali dengan kesamaan-kesamaan baru: keramahan yang tulus, kerendahan hati yang natural, kedermawanan dan kebiasaan menolong orang lain. Pergilah ke negara-negara Islam dan temuilah masyarakatnya, kamu pasti menemukan sifat-sifat itu merata di antara mereka. Itulah sifat-sifat yang lahir dari cinta.

Dan itulah yang terjadi kemudian. Bangsa-Bangsa Islam adalah rumpun ideologi yang tidak pernah bisa punah, bahkan ketika khilafah mereka runtuh dan negara-negara mereka porak-poranda. Bandingkanlah dengan imperium Romawi, atau Persia atau Uni Soviet. Bangsa-bangsa mereka pecah begitu institusi negara mereka runtuh. Nasib seperti ini rasanya juga akan dialami oleh negara-negara kosmo saat ini. Materialisme telah membangun sebuah dunia kosmo yang disatukan dan dipisahkan oleh uang.Di dunia kita saat ini, krisis ekonomi bisa dengan mudah menghancurkan sebuah bangsa, menutup riwayat sebuah negara. Seperti Uni Soviet. Walaupun tidak dapat meramalkan waktu kejadiaannya, tapi saya memiliki kepercayaan yang kuat, bahwa Amerika Serikat juga akan mengalami masa depan yang sama.

Batasan negeri kita, dan negeri mana pun, adalah ruang hati kita. Seluas apa ruang hati kita dapat menampung orang lain, seluas itulah negeri yang mungkin kita huni. Selama apa cinta dapat bertahan dalam hati kita, selama itulah umur negeri kita. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang rumit sebenarnya tersimpan sebuah rahasia yang sederhana: keutuhan kita sebagai bangsa seumur dengan umur cinta kita.


Anis Matta
pernah dimuat Majalah Tarbawi

Masih Tetap Partai Dakwah

Oleh Tifatul Sembiring

Sumber: Republika, 3 Des 2008, hal 6


Banyak orang mempertanyakan mengapa PKS mengklaim dirinya sebagai
partai dakwah. Bahkan ada yang mengatakan kalau PKS ingin berdakwah,
mengapa harus bikin partai? Silakan berdakwah di masjid-masjid, di
surau-surau atau di mushala-mushala. Tidak usah ikut-ikutan maju ke
panggung politik. Pemahaman ini sering dikemukakan oleh para pengamat
maupun politisi. Mereka menganggap PKS salah kaprah ketika ikut di
kancah politik.

Sebetulnya, hakikat dakwah adalah ishlah (dari bahasa Arab), artinya
perbaikan. Bila kita ingin memperbaiki kualitas ummat, kualitas
masyarakat, berarti kita telah melakukan ishlah. Dalam terminologi
lain, kata ishlah juga bermakna reformasi. How to reform this nation.
PKS yakin perbaikan itu dapat dilakukan secara gradual dengan
meminimalkan efek-efek destruktif tentunya. Jadi, sebagai pendukung
reformasi, PKS akan terus berjuang mengemban amanah reformasi dengan
langkah-langkah dakwah.

Dakwah memiliki tahapan. Pertama, memperbaiki diri sendiri, kemudian
keluarga, masyarakat, hingga memperbaiki negara. Inilah sekarang yang
sedang dilakukan PKS. Istilah kami berdakwah di level negara. PKS,
misalnya, menganggap parlemen sebagai mimbar dakwah. Kebijakan atau
keputusan yang dihasilkan parlemen harus membela rakyat dan berpihak
pada ummat. Dengan terlibat dalam proses pengambilan keputusan di
parlemen, PKS mengadvokasi dan memberikan manfaat kepada ummat Islam
dalam skala yang lebih luas.

PKS telah bergeser?


Akhir-akhir ini kerap muncul pertanyaan, apakah PKS telah bergeser
dari ideologi dan asas Islam? Apakah sudah tergoda oleh dunia, lalu
memunculkan iklan Soeharto, meninggalkan jati dirinya, melupakan
khiththah perjuangan, dan seterusnya?

Dalam hal ini saya tegaskan asas PKS tetap Islam. PKS tetap berangkat
dari ideologi Islam dengan moral dasar Islam dan tidak akan pernah
bergeser dari prinsip-prinsip tersebut. Prinsip-prinsip ini
sesungguhnya terinspirasi oleh Piagam Madinah dimana intinya
memberikan kebebasan beribadah bagi seluruh warga sesuai dengan
keyakinannya masing-masing, tidak saling mengganggu dan bersinergi
antar komponen bangsa.

Dalam kiprah PKS, ada yang disebut mabadi' dan ada pula kaifiyah.
Mabadi' adalah hal-hal yang bersifat prinsip, yang tsabit atau kokoh.
PKS memiliki AD/ART yang menjadi pedoman keorganisasian, falsafah
dasar perjuangan dan platform pembangunan, yang semua bersumber dari
ajaran Islam tentang keadilan. Itulah mabadi' PKS. Kaifiyah adalah
sesuatu yang bersifat operasional. Untuk kasus iklan PKS yang
diantaranya menampilkan gambar Soeharto, sebenarnya DPP PKS belum
pernah memutuskan atau mengusulkan beliau sebagai pahlawan. Pada sisi
lain, kami memahami pemberian gelar pahlawan nasional adalah domain
pemerintah, bukan PKS.

Iklan yang sempat ditayangkan dalam menyambut hari pahlawan selama
tiga hari itu mendapat kritikan dan tanggapan sangat luas dari
masyarakat dan pengamat. Sebenarnya iklan tersebut tidak bermaksud
memahlawankan Soeharto. Desain awalnya ketika muncul gambar Bung Karno
dan Pak Harto diikuti dengan kalimat: "Mereka sudah lakukan apa yang
mereka bisa". Lalu muncul gambar KH Hasyim Asy'ari dan KH Ahmad Dahlan
diikuti kalimat:"Mereka sudah memberikan apa yang mereka punya", lalu
muncul gambar selanjutnya dan seterusnya. Inilah konsep storyboard
iklan yang diperlihatkan kepada DPP.

Ungkapan yang menyatakan bahwa Soekarno dan Soeharto sudah melakukan
apa yang mereka bisa adalah ungkapan yang bersifat umum dan netral.
Soal benat atau salah tindakan mereka kita serahkan penilaiannya
kepada masyarakat. Namun, pada pengolahan iklan selanjutnya, kata guru
bangsa dimunculkan terlebih dahulu dan di sinilah letak
kontroversinya. Kami menganggap sangat wajar reaksi sebagian
masyarakat terhadap penayangan iklan yang berdurasi hanya 30 detik itu
serta masa tayang yang hanya selama tiga hari.

Hasil kreasi Tim Pemenangan Pemilu serta konsultan iklan dalam rangka
memperingati Hari Pahlawan tersebut membuat banyak mata terbelalak.
Maka tudingan PKS diduga menerima aliran dana dari Cendana dan
berbagai spekulasi pun merebak, juga fitnah-fitnah lainnya.

Secara mabadi' atau prinsip, tidak ada yang berubah dari PKS. Tidak
ada keputusan yang menyatakan Soeharto adalah pahlawan. Tidak ada
perubahan khitthah. Namun, secara kaifiyah, mungkin saja ada yang
keliru. Tentunya, merupakan kewajiban kami mengoreksi dan sebagai
bahan pertimbangan sebelum penayangan iklan-iklan berikutnya di media
massa. PKS akan tetap berjuang untuk bersih, peduli, dan profesional,
sebagaimana hal tersebut menjadi salah satu tag line kami.

Dalam hal acara rekonsiliasi nasional, ini semacam proposal untuk cut
off, memutuskan dendam sejarah agar pergantian rezim tidak diikuti
oleh cercaan dan caci maki antarpengikutnya. Betapa energi bangsa ini
akan tersia-sia karenanya. Padahal banyak permasalahan mendasar masih
menghambat laju pembangunan bangsa kita.

Banyak pengamat mengatakan, pada 2009 ini the end of a political
generation, akhir dari suatu generasi politik. Jadi, tahun 2014 nanti
akan muncul pendatang baru di panggung politik dengan mimpi baru
mereka dan juga obsesi-obsesi yang baru pula. Maka, kami memandang
jangan sampai kaki kita ditarik-tarik terus ke belakang. Mari menatap
ke depan, membangun dan memajukan bangsa, menghilangkan segala bentuk
dendam sejarah. Ini agar ada kekuatan saling percaya di antara kita
dan melangkah tanpa curiga-mencurigai.

Untuk inilah digagas rekonsiliasi dan perlu dicatat bahwa rekonsiliasi
ini tidak bermaksud akan adanya pengampunan terhadap pelanggar hukum.
Yang bersalah tetap harus diproses menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku, tanpa pandang bulu.

Demikian pula denga penghargaan terhadap tokoh-tokoh muda atau para
pemimpin "balita", dimana hal ini telah kami canangkan sejak di
mukernas di Makassar. Ini adalah semacam stimulasi agar bermunculan
sosok-sosok segar dan berkualitas dari lapisan anak muda di negeri
ini. Pada sisi lain, kita melihat seluruh calon presiden yang telah
muncul rata-rata telah berusia 60 tahun ke atas. Sebagai proposal bagi
Indonesia yang lebih bernas, tentu sah-sah saja kami mengusulkan tokoh
muda.

Kriteria 106 pemimpin "balita" ini pun masih sangat sederhana.
Pertama, mereka memiliki track record moral yang baik, belum
terkontaminasi perilaku KKN. Memiliki kompetensi dan kualitas
kepemimpinan dan telah muncul di publik serta media massa. Mereka
aktif di berbagai bidang, apakah di LSM, kampus, pekerja sosial,
budayawan, pengusaha, dan sebagainya. Kami ingin mengatakan, saat ini
setidaknya ada 106 pemimpin muda yang siap membuat bangsa ini maju dan
bermartabat di hadapan bangsa-bangsa lain.

Inilah penjelasan kami terhadap beberapa kritik yang dialamatkan
kepada PKS. Masukan-masukan tersebut sungguh kami hargai dan
merefleksikan betapa eratnya saling memiliki di antara kita, anak
bangsa. Secara substansi, kritikan-kritikan tersebut menyangkut
kaifiyah, dimana hal tersebut sangat dipengaruhi oleh dinamika
kreativitas para kader dan simpatisan. Wilayah ideologis dan asas kami
ialah Islam, tetap kokoh.

Wallohu a'lam bish-showab

Rabu, 26 November 2008

Mari Jaga Keutuhan dan Kesatuan Kita

"Qiyadatu mukhlishoh wa jundiyatu muthi'ah"
(Pimpinan yang ikhlas dan kader yang loyal)

Kata-kata di atas merupakan salah satu jargon lahir dalam ranah tarbawiyah, menunjukkan salah satu bentuk pola hubungan timbal balik antara para qiyadah dengan para junud. Dalam skala yang paling kecil menunjukkan pola hubungan antara para murobbi dan para mutarobbi.

Keikhlasan qiyadah-lah yang akan menumbuhkan adanya keta'atan dari para junud. Keikhlasan yang tidak hanya keluar dalam tataran verbal semata tapi terlihat dalam tataran 'amal. Dalam cara pandang yang lain, contohnya, keikhlasan tersebut nuansanya akan bisa juga terlihat dalam cara berbicara, cara berpakaian, cara tersenyum bahkan dalam cara memberikan instruksi/arahan, nuansa keikhlasan kentara terasa. Dengan keikhlasan seperti inilah maka para junud merasakan adanya kenyamanan berada dalam arahan dan bimbingan para qo'id tersebut. Kenyamanan inilah yang nantinya menghasilkan sikap keta'atan dari para junud. Dalam kondisi inilah dengan sendirinya sikap tsiqoh akan muncul.

Namun jangan dilupakan pula, sebaik-baiknya taujih adalah taujih robbani. Dengan sendirinya unsur utama tersebut merupakan katalisator dalam pembentukan sikap tsiqoh ini.

Dalam perspektif organisasi, tsiqoh bil jama'ah menduduki tempat yang utama, sekaligus merupakan parameter loyalitas seorang junud. Tsiqoh bil qiyadah merupakan personifikasi sikap tsiqoh bil jama'ah, inilah pemahaman yang selayaknya hadir dalam setiap junud.

…jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti (tabayyun) agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya…" (QS.Al Hujurat;6)

Rasulullah SAW marah besar kepada Harits bin Dhirar, ketika Harits bin Dhirar datang menghadap untuk melakukan klarifikasi mengapa utusan Rasulullah SAW tidak kunjung datang untuk mengambil zakat yang terkumpul.

Ternyata sang utusan, Walid bin Uqbah, memang tidak melaksanakan tugasnya dengan amanah, dia memang tidak pernah sampai ke tempatnya Harits bin Dhirar, sebaliknya malahan dia kembali lagi ke Madinah dan sewaktu melaporkan hasil tugasnya kehadapan Rasul, Walid bin Uqbah mengabarkan bahwa Harits bin Dhirar tidak mau memberikan zakat yang telah dijanjikan dan malah mau membunuhnya. Inilah yang menjadi sebab kemarahan Rasulullah SAW kepada Harits bin Dhirar.

Harits bin Dhirar tabayyun langsung ke hadapan Rasul, dengan mengatakan "Wahai Rasulullah, kaum kami telah masuk kedalam Islam dan telah mengumpulkan zakat sebagaimana yang telah engkau perintahkan. Namun sampai dengan waktu yang ditentukan ternyata utusan-mu tidak pernah tiba ke tempat kami untuk mengambil zakat tersebut. Kami takut karena kemarahan Allah dan Rasul-nya yang menyebabkan tidak adanya utusan yang datang ke tempat kami. Karena itulah saya dan pembesar-pembesar kami datang menghadapmu. "

Dan turunlah Al-Hujurat ayat 6 di atas tersebut.

Demikianlah Walid bin Uqbah, seorang sahabat dan kader dakwah pada masa Rasulullah SAW, yang telah mendapatkan kemuliaan dengan menjadi salah seorang utusan Rasulullah SAW, ternyata tidak bisa menunaikan amanah dengan baik, malah melaporkan informasi yang menyesatkan bagi Rasulullah SAW berkaitan dengan Harits bin Dhirar. Allah dan Rasul-Nya yang akan menentukan bagaimana bentuk sanksi yang akan menimpanya.

Harits bin Dhirar, sosok kader dakwah yang lainnya, begitu dia merasakan adanya ketidaksesuaian antara janji yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW dengan kenyataan yang terjadi maka sikap yang diambilnya adalah pertama melakukan instropeksi, bila ada perilaku dia dan kaumnya yang menjadikan Allah dan Rasul-Nya murka sehingga tidak mengirim utusan sebagai salah satu bentuk sanksi yang diberikan, kedua, kemudian melakukan tabayyun langsung ke hadapan Rasulullah SAW dengan membawa para pembesar di kaumnya untuk menjelaskan keadaan yang sesungguhnya. (Lihat selengkapnya dalam tafsir Ibnu Katsir berkenaan dengan ayat tsb di atas).

Pernah ada satu masa dimana saat itu, informasi-informasi yang berkaitan dengan issue-issue kejama'ahan belum begitu semeluas sekarang ini. Saat itu informasi seputar kejama'ahan hanya berkutat dalam area yang terbatas, dan hanya dinikmati juga oleh orang-orang yang terbatas yaitu para kader dakwah itu sendiri, hal ini merupakan konsekuensi yang wajar karena dakwah saat itu masih mempersiapkan diri, menata diri untuk siap-siap memasuki pintu dakwah berikutnya yang sangat lebar yaitu dakwah kepada masyarakat dalam era keterbukaan (jahriyatu jamahiriyyah da'wah).

Dalam hal pengelolaan informasi, struktur saluran informasi yang tercipta saat itu bisa menghasilkan sterilisasi informasi dari unsur-unsur pengotor. Sehingga informasi kejama'ahan yang beredar bersih, terang dan shohih. Pola khas-nya adalah bottom up atau top down (vertical).

Karena tuntutan keniscayaan dakwah inilah, maka akhirnya tarbiyah memasuki masa keterbukaannya. Tarbiyah dalam era kekinian sebagai konsekuensinya menghadapi kenyataan bahwa betapa informasi, isu-isu seputar tarbiyah dan kejama'ahan begitu banyak berserakan dimana-mana. Saking berserakannya, maka menjadikan kita begitu mudah untuk mengambilnya. Saking berserakannya, maka timbul kesamaran mana informasi yang wadhih dan shohih, dan mana informasi yang menyesatkan. Konsumennya pun menjadi tidak semata-mata para kader saja bahkan masyarakat luas pun bisa menikmatinya. Informasi itu bisa datang dari samping kiri atau kanan kita. Tanpa kita mencaripun, tanpa menyengajapun, kita akan menemuinya.

Bila masa itu telah tiba, dimana para kader kadang mudah terprovokasi dengan pelbagai informasi yang diterima dari kanan atau kirinya. Tanpa menyadari (karena kemasan yang begitu baik, begitu ngikhwah, begitu *ks) bahwa diantara sekian informasi yang diterima itu boleh jadi ada yang sebagian dilontarkan oleh pihak yang membenci dakwah ini, memusuhi, bercita-cita agar dakwah ini hancur. Maka lunturlah ketsiqohan, terkikislah keta'atan. Persis seperti apa yang Allah gambarkan dalam ayat-Nya di atas.

Ikhtisar, Ingatlah kita semua adalah junud dalam dakwah ini, inilah saatnya kita menunjukkan sikap dan perilaku kita sebagai kader sejati. Kewajiban kitalah untuk mengawal jalannya kereta dakwah ini, karenanya kita harus tsiqoh kepada dakwah ini, tsiqoh kepada jama'ah ini, sikap kita :
1.Tolaklah lebih dulu, berilah pembelaan dakwah, bila menemui adanya informasi yang 'miring' , jangan terburu atau terpengaruh untuk ikut-ikutan membenarkan.
2.Ruju' kepada murobbi, tanyakanlah hal ihwal permasalahan ini kepada murobbi, bila ybs tidak bisa memberikan penjelasan, pasti ybs akan menanyakannya pula kepada murobbinya. Inilah salah satu saluran informasi yg bersih itu.
3.Simaklah bayanat yang di keluarkan oleh struktur, namun perlu diingat tidak setiap permasalahan memerlukan bayanat. Ada skala prioritas. Inilah saluran informasi bersih lainnya.

Wallahu a'lam.

Berharap Syurga-Mu

Memang saya tak setampan Nabi Yusuf alaihi salam, yang pesonanya
membuat Zulaikha tergila-gila kepadanya dan belasan wanita cantik
lainnya rela mengiris tangannya tanpa sadar lantaran tersihir keelokan
wajah putra Ya'kub itu. Ketampanan Yusuf bukan semata fisik, melainkan
cahaya di hatinya yang memancarkan kemuliaan. Bandingkan dengan diri
ini, tak seujung kelingking pun ketampanan saya bisa menyaingi Nabi
mulia itu.


Saya pun tak sesabar Nabi Ibrahim alaihi salam, berdakwah hingga
usianya lebih seabad namun hanya sedikit pengikutnya. Yang bersabar
hingga hari tuanya untuk bisa menimang putra tercinta Ismail. Coba
lihat diri ini, sering tergesa-gesa tak sabaran

Sosok ini pun tak setaat Ismail putra Ibrahim, yang ikhlas menjalankan
perintah Allah meskipun harus disembelih oleh ayahnya sendiri. Bahkan
Ismail tak bergeming saat setan menggodanya. Hmm, mudah sekali rasanya
setan-setan menggoda diri ini. Mungkin karena saya belum benar-benar
taat kepada-Nya.

Diri ini jelas-jelas tak setabah Nabi Ayub alaihi salam dalam
menjalani cobaan dari Allah. Ayub yang bertahun-tahun diuji Allah
dengan penyakit, tak sedikit pun mengeluh. Justru sebaliknya, ia
merasa ujian itu adalah cara Allah mendekatinya. Sedangkan saya, baru
kena flu saja sudah uring-uringan, bagaimana diberi penyakit yang
lebih parah? Bisa-bisa jadi alasan untuk malas beribadah.

Saya juga tak sehebat Nabi Daud alaihi salam, yang meski bertubuh
kecil sangat pemberani melawan Raja Jalut. Begitupun Nabi Musa alaihi
salam yang tak gentar berhadapan dengan penguasa paling lalim
sepanjang masa, Firaun. Ia berani mengungkapkan kebenaran dengan nyawa
taruhannya. Duh, jika saya berada pada posisi seperti itu, sanggupkah?
Bahkan menegur sahabat yang berbuat salah pun terasa berat lidah ini
mencobanya. Ironisnya, saya sering bersembunyi, pura-pura buta setiap
kali kemungkaran berlaku di depan mata ini.

Hati ini tak setegar Nabi Nuh alaihi salam yang tetap tersenyum
mendapati ejekan dari kaumnya, termasuk isteri dan anaknya sendiri.
Bahkan ketika air bah datang, Nuh tetap mengajak kaum yang sebelumnya
tak henti mengejeknya sebagai orang gila. Andaikan saya yang diejek,
emosi lah yang didahulukan. Kalau perlu saya menantang siapapun
penghina itu untuk berkelahi, saling menumpahkan darah. Saya mudah
marah, gampang tersulut emosinya, mudah terprovokasi, ah jauhlah dari
sifat Nabi Nuh.

Akal pikiran ini tak secerdas Nabi Harun alaihi salam, yang karena
kecerdasannya ia diperintah Allah menemani Musa menghadapi Firaun
sekaligus menghadapi para pengikutnya. Kejernihan pikirannya,
menjadikan ia teramat mudah mendapat hikmah dari Allah. Saya
benar-benar iri kepada Nabi Harun yang tak pernah berhenti belajar.
Berbeda dengan saya yang terkadang sudah merasa cukup pintar, sering
berpikir bahwa diri ini sarat ilmu pengetahuan.

Saya benar-benar tak sebijak Nabi Sulaiman alaihi salam, dalam segala
hal. Ia yang mampu mendengar suara semut yang ketakutan akan derap
pasukan Sulaiman, bahkan sangat kasih terhadap makhluk yang sangat
kecil itu. Karena kebijaksanaannya itulah, ia dicintai oleh segenap
makhluk di bumi, dari bangsa manusia hingga jin, dari hewan di darat,
udara sampai di dalam lautan. Sulit rasanya saya sekadar mencoba
berlaku bijaksana dan adil. Saya masih egois, melihat untung rugi
dalam berbuat, mengedepankan siapa yang dekat dengan saya dan siapa
yang saya suka, bukan siapa yang benar dan berbuat kebaikan.

Nabi Isa alaihi salam mengajarkan tentang kelembutan hati. Tentang
berbagi, membantu sesama, menolong orang tanpa pamrih, meringankan
beban kaum dhuafa, menyediakan tangannya untuk orang-orang yang
kesusahan, dan mengobati yang sakit. Hatinya selalu menangis melihat
orang-orang yang menderita, dirinya selalu berada di sekeliling kaum
dhuafa. Sedangkan saya, berkali-kali menyaksikan fenomena kemiskinan,
kesusahan, penderitaan di berbagai tempat, tetap saja hati ini sekeras
batu,.Tak gampang menangis jika bukan diri ini sendiri yang mengalami
kesusahan.

Bagaimana dengan Rasulullah Muhammad Sallallaahu alaihi wassallaam?
Sungguh, beliaulah teladan seluruh manusia. Tentang cinta, kasih
sayang kepada sesama, urusan rumah tangga, kelembutan sikap, kemuliaan
akhlak, tutur kata, persahabatan, persaudaraan, kepemimpinan,
berwirausaha, seluruhnya sempurna. Tak cukup jutaan lembar kertas
untuk menuliskan keindahan pribadinya, diperlukan samudera tinta guna
melukiskan kemuliaan akhlaknya.

Tetapi saya? Tak berani menyebut satu saja keunggulan pribadi diri
ini. Sebab, satu terbilang, maka seratus keburukan segera terucap.
Andaikan saya setampan Yusuf, mungkin saya akan sombong dan tak
bersyukur. Misalkan saya sepemberani Daud, belum tentu digunakan untuk
membela kebenaran. Adapun saya pernah membantu seseorang, pamrih,
ujub, riya pun mengiringi perbuatan itu.

Jangankan untuk meniru sifat para Nabi dan Rasul, mendekatinya pun tak
mungkin. Jangankan menyamai pribadi mereka, mengikuti jejak para
sahabatnya pun tak sanggup. Berkaca pada manusia-manusia pilihan-Mu ya
Rabb, saya malu, teramat malu.

Jika demikian adanya, di pintu mana saya boleh mengetuk surga-Mu?

ditulis oleh:
Sahabatku, Bayu Gautama.

Jumat, 21 November 2008

Bukan Karena Manusia!

Saudaraku,
Dalam perjalanan dakwah ini, ada yang mengeluh, merasa jenuh, ingin gugur, dan jatuh.
Ia berkata, "Aku lelah."
Namun, ada juga orang-orang yang tubuhnya lelah,
pikirannya penat, problem hidupnya banyak,
ekonominya pas-pas-an, tapi semangatnya kuat!
Ia berkata, "LILLAH." Karena ALLAH. Maka, Ikhlaslah saudaraku...
Sebab bila tidak, kau akan tersakiti.

Note:
Untuk semua saudaraku yang merasa dirinya "dikhianati" oleh dakwah,
yakinlah, kembalikanlah semua AMAL dan DAKWAH kita kepada Sang Pemilik Dakwah ini.
Jangan berhenti berjuang, jangan berhenti menasehati, dan jangan pernah berhenti untuk melangkah bersama.
Sebab kita beramal bukan untuk manusia, bukan untuk golongan, bukan untuk partai.
Semua ini hanyalah sarana, untuk mencapai ridho-Nya.

Jumat, 14 November 2008

PKS, Ambisi Besar, Tenaga Kurang

Oleh Ust. H. Mashadi

PKS, Partai Keadilan Sejahtera, seperti orang bingung. Di tengah dua partai besar, dia tak mau terikat Golkar, tapi tak cocok dengan PDI-P. Dia naik daun sejak reformasi, tapi kini menganggap Soeharto "guru bangsa" dan "pahlawan". Tokoh-tokoh partai Islam ini tak segan segan berempati dengan Amrozi, dan dengan kelompok militan seperti FPI. Mereka beraspirasi membersihkan Islam di Indonesia dari nilai-nilai abangan. Di tengah mayoritas Islam yang moderat, PKS mengejar target 20 % dalam pemilu 2009 agar dapat memegang kendali negara pada 2014. Namun, kalangan internal PKS pun meragukan prospek itu.

Baru beberapa bulan lalu, PKS yang merupakan partai dakwah, mengaku menjadi partai terbuka. Sekarang, partai yang ikut mendukung pemerintah ini, menjauhi Golkar, menolak mendukung SBY-JK untuk pilpres 2009, dan membuka diri bagi PDI-P. Bahkan partai yang populer semasa reformasi, pekan ini tampil dengan iklan yang memasang Soeharto sebagai "pahlawan" dan "guru bangsa". Ada apa dengan PKS?

Undang-Undang Pilpres memang hanya menguntungkan partai-partai besar yang dapat meraih 20 % kursi DPR atau 25% suara elektorat seperti Partai Golkar dan PDI-P, dan memaksa partai-partai menengah seperti PKS, untuk berkoalisi dengan mereka. Sejak SBY-JK mengisyaratkan maju bersama kembali, maka peluang PKS meraih kursi RI-2 hanyalah dengan PDI-P. Koalisi partai-partai menengah dan kecil, diduga bakal sulit untuk mengusung jagonya sebagai capres atau cawapres sekali pun melalui Poros Tengah yang kembali diajukan oleh Amien Rais.
Walhasil, terutama bagi PKS yang berada di peringkat empat atau lima, tak ada jalan lain kecuali memacu dukungan dari mana saja. Partai yang tidak memiliki cikal bakal sendiri ini, sekarang mengusung tokoh-tokoh historis dan panutan, seperti KH Hasyim Anshari dari Nahdlatul Ulama dan KH Ahmad Dahlan dari Muhammadiyah serta, seperti Golkar, juga mempahlawankan Soeharto.

Kelemahan strategis

Namun, di balik semua itu, PKS, partai yang terpuji berdisiplin dalam pemilu 2004, kini merosot. Untuk menjaga kesatuan internal, PKS bahkan mengajukan delapan nama pimpinannya menjadi kandidat capres. Citranya yang bersih godaan korupsi mulai pudar. PKS diduga juga tak akan mampu meraih target 20%. Demikian menurut salah satu pendiri PKS, Mashadi:
"Kami belum sukses, karena kami tidak ikut terlibat dalam pengambilan keputusan negara, terutama menyangkut hal-hal yang strategis politik dan ekonomi. Inilah kunci persoalan yang ada sekarang ini. Jumlah kader kami juga sangat terbatas. Sekarang seluruh Indonesia kurang dari 200 ribu." 
Bagi partai yang berambisi memimpin negara, semua ini merupakan kelemahan strategis. 
Mashadi: "Dalam munas memang PKS menargetkan 20 persen, pemilu 2009 nanti. Saya agak ragu ya. Jadi sangat tidak realistis kalau misalnya tahun 2014 atau 2015 sudah akan terjadi perubahan sangat drastis, saya kira tidak. Tapi kami memulai dari suatu yang fundamental. "

Ambisi besar

Betapa pun, PKS, partai yang citranya Islam garis keras ini, tetap merupakan satu-satunya partai kader dewasa ini. Dan satu-satunya partai yang tidak sulit mengajukan caleg tanpa harus mengimpor artis, aktivis dan wartawan. Mereka menggemblèng anggota-anggotanya jadi kader masuk masyarakat lewat pendidikan, masjid-masjid dan kegiatan sosial serta berupaya menguasai birokrasi negara.
Soalnya, ambisinya pun besar, yakni memperbarui Islam Indonesia. PKS bertolak dari temuan antropolog Amerika Clifford Geertz di tahun 1950an bahwa Islam di Indonesia masih terlampau dipengaruhi nilai-nilai abangan.

Mashadi: "Dan itu terbukti Masyumi dan NU itu tidak mencapai suara mayoritas ketika pemilu 1955. Dan sesudah masa Soeharto juga begitu. Memang tidak ada partai yang secara sungguh-sungguh dan serius memperjuangkan prinsip-prinsip dan membuat platform yang jelas berdasar pada nilai-nilai Islam dan PKS sendiri adanya isyu keterbukaan bagian dari elemen dalam partai yang mereka memang tidak sabar untuk mengejar kekuasaan itu sendiri. Jadi harus terbuka, harus koalisi dengan apa saja, tidak lagi akan sekat ideologis dan lain sebagainya."

Prinsip

Menurut Mashadi yang dari kelompok dakwah, PKS tidak bercita-cita melaksanakan hukum Syariah, melainkan suatu masyarakat sipil yang beretika dan bermoral Islam.
Mashadi: "Masyarakat yang egaliter berdasarkan pada prinsip-prinsip Islam."
Aboeprijadi Santoso [AS]: "Masyumi lebih jelas, dengan syariah Islam sebagai dasar negara, kan? Negara Islam."
Mashadi: "Kami tidak langsung pada keinginan untuk mendirikan negara Islam, tetapi kami ingin lebih bagaimana menyelesaikan persoalan-persoalan pokok bangsa Indonesia ini.
AS: "Tidak langsung itu apa maksudnya, Pak?"
Mashadi: "Ya kami lebih menekankan bagaimana Islam sebagai sebuah etik itu menjadi prinsip hidup semua orang yang terlibat di dalam pengelolaan negara harus tahu mana yang dilarang dan mana yang tidak oleh agama." Demikian Mashadi, salah satu pendiri PKS.

Senin, 06 Oktober 2008

Tinggal Hanya Status

Saudaraku, tulisan ini bagus untuk mengingatkan kita.
Ya, mengingatkan agar kita tidak terlena oleh tipu daya dunia.
Karena, siapapun kita, tetap tidak akan pernah lepas dari godaan dunia.
Yang bahaya adalah, jika yang terlena itu adalah para ustadz!
karena, bisa jadi mereka akan mencari-cari pembenaran atas apa yang mereka lakukan.
Bukan lagi kebenaran. TAPI pembenaran. Na'udzubillah min dzaalik.


Ditulis oleh: Ust. H. Mashadi

Wajahnya bersih. Klimis. Bibirnya kemerah-merahan. Pakaiannya selalu trendy dan nampak 'charming'. Biasanya menggunakan merk terkenal atau barang branded. Seleranya tinggi. Gaya hidupnya nyaris sempurna. Flamboyan.

Pergaulannya kalangan papan atas. Gaya bicaranya hanya bisa dipahami kalangan tertentu. Tak suka bergaul dengan orang 'udik'. Konon, tetangganya meninggalpun, tak berkenan takziyah, karena yang meninggal orang tak 'berkelas'.

Bicaranya memukau siapa saja. Retorika dan pilihan katanya menarik. Menyihir orang-orang yang ada didekatnya. Mereka sangat ta'jub. Kecerdasannya diakui banyak kalayak. Ingatannya luar biasanya. Apa saja bisa dibicarakan. Dari yang ringan sampai yang rumit. Dari soal agama sampai soal politik global. Semua faham. Posisinya amat menentukan. Banyak orang bergantung kepadanya. Semua yang diucapkan dan dilakukannya menjadi perhatian. Menjadi perhatian siapa saja. Anjuran dan arahannya diikuti. Ia menjadi sebuah 'icon' di lingkungannya, dan memiliki magnitute yang luar biasa.

Mungkin ia membaca teori-teori kepribadian dari berbagai ahli. Ahli kepribadian Barat. Kehidupannya menyesuaikan dengan ritme baru. Tak menggambarkan lagi sebagai orang lama. Orang yang konservatif. Orang yang tak berubah. Orang yang dalam terminologi lama disebut: 'puritan'.
Bersahaja. Kehidupan lama sudah tidak sesuai lagi. Ia tinggalkan semua yang berbau lama. Kaidah-kaidah lama tak lagi menguntungkan. Tak lagi dapat memberi kenyamanan. Kenyamanan kehidupan pribadinya. Karena semua berubah. Ia harus ikut berubah. Menyesuaikan. Kaidah-kaidah kehidupannya ikut berubah. Lingkungan pergaulannya menjadi luas. Tak terbatas. Tidak lagi sebatas orang-orang yang se-jenis. Dalam berbagai hal. Termasuk ideologi. Lebih luas. Lebih kosmopolitan. Lebih menjangkau seluruh kelompok-kelompok dan golongan. Tak ada sekat lagi.

Tak lagi suka menggunakan idiom-idiom agama. Karena akan menyusahkan hidupnya. Agama hanya akan menjadi penghalang cita-citanya. Agama hanya akan menjadi tembok 'barrier' bagi karirnya. Menggunakan idiom agama adalah malapetaka. Menggunakan agama dapat dituduh fundamentalis dan teroris. Agama harus dibuang jauh-jauh. Agama akan mengacaukan dukungan terhadap dirinya atau lingkungannya. Agama harus menjadi masa lalu.Tak lagi suka ceramah di masjid-masjid. Karena tak dapat memberikan 'benefit' apa-apa. Kecil. Lebih suka bertemu dengan kalangan-kalangan atas. Politisi, birokrat, atau pengusaha. Di kafe-kafe. Di lobi-lobi hotel berbintang. Nilai lebih
tinggi. Sekali 'deal' sudah dapat digunakan, memuaskan hasratnya yang obsesif dengan kekuasaan. Kekuasaan sudah menjadi 'ghoyah' tujuan. Kekuasaan adalah di atas segala-galanya. Tak lagi peduli. Tak peduli dengan kritik. Semua harus diarahkan dan diajak menjangkau kekuasaan. Betapapun mahal.

Pikiran, tenaga, dan seluruh potensi harus diarahkan menjangkau kekuasaan. Mimpi-mimpi yang dibangun adalah mimpi kekuasaan. Jangan mimpi yang lain. Ingatan kolektifnya adalah kekuasaan. Tak boleh yang lain. Seluruh lingkungan kolektifnya harus mengikutinya. Tak boleh ada yang melakukan interupsi. Kekuasaan harus segera direngkuh. Berkuasa menjadi keniscayaan. Ia yakin bisa terwujud. Yakin akan menjadi fakta kenyataan. Betapa heroiknya. Heroik yang disertai dengan daya khayal yang ambisius.Idiom-idiom baru terus disampaikan. Sebagian orang tak paham. Sebagian orang menolak. Sebagian orang menentang. Semua yang tak sepaham, akhirnya luruh dan pergi.
Memang. Agar tujuan dapat diwujudkan, tak perlu ada perbedaan. Apalagi, ada orang yang menolak dan menentang. Harus homogin. Semuanya harus satu kata dan satu tujuan. Kekuasaan. Dibenaknya kekuasaan pasti akan memberikan segalanya. Harapan yang diimpikan, pasti akan terwujud. Tak ada lagi yang tak dapat diwujudkan. Kemuliaan. Penghormatan. Harta. Semua fasilitas akan terpenuhi. Kemewahan akan dinikmati.Lalu, orang-orang melihatnya menjadi tertegun. Seakan melihat sebuah keajaiban. Seakan tak percaya. Seakan melihat bayangan dalam mimpi. Inilah generasi baru yang membuat banyak orang menjadi terpana.

Kini. Keterbukaan dan koalisi adalah 'aqidah' baru. Tak lagi berani menunjukkan identitasnya sebagai muslim. Assalamu'alaikum diganti dengan pekik 'merdeka!'. Kondisi menuntutnya seperti itu. Tak ada sekat lagi antara agama dan nasionalisme. Kaum agama dan kaum nasionalis bisa bersama-sama. Tak ada sekat lagi antara Islam dan Kristen. Tak ada sekat lagi partai yang berbasis agama dengan partai sekuler. Semua sama. Semua dalam satu cita-cita nasional. Pengorbanan harus dilakukan.Tak perlu terlalu menampakkan identitas atau jati diri. Berteman dengan siapapun tidak masalah. Berteman dengan golongan apapun tidak masalah. Karena rakyat ini tidak homogin. Tidak mengklaim kelompok yang paling benar dan ideal. Dan, tak aneh kalau kadang-kadang mengikuti selera rakyat. Rakyat suka yang 'dilarang' agama, harus diikuti selera mereka. Rakyat suka berjoget. Rakyat harus dipuaskan. Asal semua mendukung dan memilihnya. Kekuasaan harus direngkuh dengan cara apapun. Tak peduli. Melanggar atau tidak. Bukan lagi perdebatan pokok. Agama tak lagi menjadi penentu 'mizan' dalam beramal.

Kini. Semua yang melihatnya tertegun. Bagaikan tak percaya. Harapan yang dibawa pupus. Berharap akan ada alternatif. Berharap solusi masa depan mereka. Berharap akan lebih baik. Belum lagi genap sepuluh tahun harapan itu memudar. Hampa. Tak ada kebanggaan yang padu. Tak ada kepercayaan yang tersisa. Setiap orang semua menunduk malu. Seakan melihat semua tontonan yang tak pantas ditonton. Pertunjukkan di panggung yang 'absurd'. Satu-satu penonton meninggalkan panggung. Tak tertarik lagi dengan ajakan sang 'aktor'. Karena para pengunjung malu dan merasa jijik.

Memang. Masih berstatus sebagai muslim. Masih melaksanakan shalat. Masih berpuasa. Mungkin juga sering ke Timur Tengah, dan pergi umroh. Tapi, tak lagi berani menyatakan diri sebagai muslim. Tak percaya lagi. Tak yakin lagi. Tak merasa perlu berjuang bersama Islam. Islam sudah masa lalu.
Realitas hari ini tak mendukung bagi kepentingan dan kebutuhan yang diinginkan. Komunitas ini harus menjadi besar dan kuat. Kalau mau menjadi besar dan kuat, tak harus mengandalkan kepada Islam. Inilah logika orang-orang yang sudah terobsesi dengan kekuasaan. Agama Islam is 'nothing'.

Tapi, dalam sejarah ada orang-orang yang memberikan kebanggan, yang tak ada habis-habisnya. Namanya, terus menjadi diingat, tak putus-putus oleh waktu. Hasan al-Banna mati ditembak. Sayyid Qutub mati ditiang gantungan. Ali Audah mati ditiang gantungan. Syeikh Ahmad Yasin mati oleh rudal Israel. Mereka semuanya tetap berpegang dengan keyakinan dan keimanannya.

Mereka tak pernah berubah oleh waktu dan keadaan. Padahal, mereka semua mempunyai kesempatan mereguk kenikmatan dunia. Kesempatan mendapatkan segala yang menjadi ambisi manusia. Tapi, semua yang nisbi itu, dilupakannya.

Coba renungkan yang disampaikan oleh Allah Azza Wa Jalla di bawah ini: "Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (al-Qur'an), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan), maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. Dan sesungguhnya
syaitan-syaitan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk"
. (al-Qur'an: 43: 36-37). Wallahu 'alam.

Minggu, 29 Juni 2008

Motivasi 7

Saudaraku yang sholih mengirim SMS yang luar biasa kepadaku:

"Tidak yakin pada diri sendiri, merupakan penyakit mental.
Sesungguhnya, manusia terlahir di dunia ini untuk meraih sukses!
So, milikilah mental: SUCCESS IS MY RIGHT."

sent:
26 Juni 2008, pk. 11:20:21 WIB

Selasa, 24 Juni 2008

Motivasi 6

Saudaraku yang sholih mengirim SMS yang luar biasa kepadaku:

"Jika kita hanya mengerjakan yang sudah kita ketahui, kapankah kita akan mendapat pengetahuan baru?
Melakukan apa yang belum kita ketahui adalah, pintu menuju pengetahuan."

sent:
25 Juni 2008, pk. 08:02:56 WIB

Motivasi 5

Saudaraku yang sholih mengirim SMS yang luar biasa kepadaku:

"Kita tidak membutuhkan teori-teori yang rumit untuk meraih sukses.
Yang penting adalah: kita tahu, apa yang kita mau. Dan mau berikhtiar dengan kesungguhan hati.
Cukup sederhana!"

sent:
24 Juni 2008, pk. 07:46:59 WIB

Motivasi 4

Saudaraku yang sholih mengirim SMS yang luar biasa kepadaku:

"Anda tidak perlu ahli untuk mulai melakukan sesuatu, karena Anda membangun keahlian itu dari melakukannya.
Jadi, lakukanlah!"

sent:
23 Juni 2008, pk. 08:34:18 WIB

Minggu, 22 Juni 2008

Motivasi 3

Saudaraku yang sholih mengirim SMS yang luar biasa kepadaku:

"Kehancuran manusia yang paling berat adalah, hilangnya semangat hidup karena tidak memiliki cita-cita untuk diraih.
Jangan biarkan hidup menjadi layu, tentukan Target!"

sent:
22 Juni 2008, pk. 05:29:43 WIB

Sabtu, 21 Juni 2008

Motivasi 2

Saudaraku yang sholih mengirim SMS yang luar biasa kepadaku:

"Hati, pikiran, dan tindakan adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Bila hati bersih dan pikiran benar, yang melandasi setiap perbuatan, maka pasti kebahagiaan yang akan datang pada kita."

sent:
21 Juni 2008, pk. 07:49:09 WIB

Motivasi 1

Saudaraku yang sholih mengirim SMS yang luar biasa kepadaku:

"Buatlah daftar apa yang harus Anda kerjakan hari ini?
Awali dengan doa, syukur, dan spirit.. Karena kita masih mempunyai kesempatan
untuk berbuat dan berubah menjadi lebih baik."

sent:
20 Juni 2008, pk. 18:40:40 WIB

Senin, 16 Juni 2008

Puisi: Bangkit (versi Islami)

edited by: Saya sendiri :-)

BANGKIT itu: SUSAH.
Susah untuk hidup senang, disaat masih banyak saudara kita yang susah!

BANGKIT itu: TAKUT.
Takut berbuat maksiat, takut untuk tidak amanah!

BANGKIT itu: MENCURI.
Mencuri perhatian dunia barat, dengan peradaban masyarakat madani!

BANGKIT itu: MARAH.
Marah bila Islam diinjak-injak, marah bila saudara seiman di-zholimi!

BANGKIT itu: MALU.
Malu tidak bersyukur, malu karena kufur atas nikmat-Nya!

BANGKIT itu: TIDAK ADA.
Tidak ada hari tanpa dakwah, tidak ada hari tanpa kebaikan!

BANGKIT itu: BIL JAMA'AH.
Untuk kejayaan Islam!

Jumat, 13 Juni 2008

Fatwa Internasional juga Tegaskan Ahmadiyah Sesat

Jumat, 06/06/2008

Ternyata bukan saja fatwa dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menegaskasn Ahmadiyah sesat. Namun juga banyak sejumlah fatwa di dunia internasional yang sudah sejak beberapa tahun lalu menegaskan Ahmadiyah sesat dan terlarang. Hal ini diungkapkan Aminudin Yakub, Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI pada Seminar bertajuk 'Aliran Ahmadiyah, Ancaman terhadap Dunia Islam' yang digelar di kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta kemarin (4/6).

''Jadi ada fatwa dari Rabithah Alam Al Islami, sebuah lembaga fatwa yang terdiri dari ulama-ulama negara OKI yang berjumlah 144 negara. Di situ berhimpun ulama-ulama besar seperti Syekh Wahbah Zuhaili, Syekh Muhammad Fakih Utsmani, bahkan dari Indonesia dulu yang menjadi utusan adalah KH Muhammad Azhar Basyir, Ketua Umum PP Muhammadiah sebelum Pak Amien Rais. Itu memang ada fatwanya dan dapat dilihat dalam kitab atau kumpulan fatwanya. Ini kan sudah cukup menguatkan, jadi bukan hanya fatwa MUI saja yang menegaskan Ahmadiyah sesat,'' tegas Aminuddin.

Belum lagi menurutnya, negara-negara lain yang secara internal juga telah melarang Ahmadiyah. ''Sebut saja Brunei Darussalam dan Malaysia. Mereka sudah melarang keberadaan Ahmadiyah beberapa tahun yang lalu,'' ucap Aminudin.

''Bahkan kesepakatan dari Muslim Suni maupun Syiah pun juga telah mengharamkan Ahmadiyah ini,'' tambah Aminuddin. Termasuk fatwa-fatwa lain di level nasional yang juga telah mengatakan Ahmadiyah sesat. ''Fatwa Ulama Badan Koordinasi Pondok-Pondok Pesantren juga telah menegaskan Ahmadiyah sesat,'' tutur Aminuddin.

Pada kesempatan itu Aminuddin juga menegaskan betapa amburadulnya dari segi tata bahasa dan susunan kalimat, Kitab pegangan kaum Ahmadiyah, yaitu kitab Tadzkirah. ''Kita Tadzkirah ini kan hanya mencomot-comot saja ayat-ayat di Alquran, dipenggal-penggal dan disambung-sambung dengan yang lain, entah dari mana. Bahasa dan susunannya sangat amburadul,'' tegas Aminuddin.

Sebelumnya mantan Menteri Hukum dan HAM Yusril Ihza Mahendra menyatakan Ahmadiyah bisa diterima di Indonesia jika mengaku sebagai agama tersendiri dan bukan Islam. Hal itu terjadi di Pakistan, negara awal tempat lahirnya Ahmadiyah. Di negara itu tempat ibadah penganut Ahmadiyah disebut kuil. Di Arab Saudi juga pengikut Ahmadiyah dilarang mengikuti ibadah haji atau memasuki kota suci Makkah dan Madinah.

Sedangkan di Indonesia, Ahmadiyah masih hidup ekslusif dengan kelompoknya. Meskipun, rekomendasi dari Bakorpakem telah menyatakan aliran ini sesat pemerintah masih menunda-nunda menerbitkan SKB tiga menteri terkait pelarangan Jemaat Ahmadiyah di Indonesia.

Sumber : [Republika.co.id]
link : www.ikadi.org

Rabu, 07 Mei 2008

Dialog Puisi (1)

Seorang sahabat, telah mengirim sebuah puisi ruhiyah kepadaku,
Seorang sahabat yang bermuhasabah, karena refleksi keimanannya yang tinggi.

INILAH YANG DITULISNYA:

Langit telah bekerja turunkan kebaikan untukku,
Tak ada kurang dan hina sedikitpun, sempurna.

Tapi jiwa...dosalah yang kuhantar ke langit sana,
Lelah menangisi diri,
Lelah berpeluh simbah.

Kutahu 4JJI..
Kuyakin 4JJI..

Engkau..RahmatMu terhampar untukku,
untuk pendosa,
Yang menghiba ampunanMu,
Dan takut kembali salah
Walau salah tetap berlaku...

Aku mencoba untuk menanggapi posting diatas dengan puisi dibawah ini:

Jika,
Langit telah mengingatmu sebagai pendosa..
Siapakah yang bersih dari dosa, di bumi sana?!

Jika,
Bumi sudah menghinakan dirimmu, dahulu kala..
Apakah ada hidayah, tanpa jahiliyah terlebih dahulu?!

Untukmu,
Manusia-manusia yang bukan Nabi dan Rosul..
Untukmu,
Manusia-manusia yang bukan sholihin dan shiddiqin..
Untukmu,
Manusia-manusia biasa yang menghiba ridho-Nya..

YAKINLAH,
Dia senantiasa tersenyum untukmu..
Menantikan datangnya hamba dhoif yang terus belajar..
bagaimana manjadi awwabin..
dan mutathohhirin..


Yours truly
Abu Fauzan
7 Mei 2008

Menggapai Impian

Menggapai impian,
Semua manusia memang ingin semua impiannya menjadi kenyataan..
Tidak terkecuali manusia-manusia yang mendedikasikan hidupnya untuk dakwah..
Walaupun tujuan hidupnya sudah jelas,
Tapi, tetap saja Ia mempunyai impian, dan harapan..
Impian akan hidup bahagia,
Impian akan pernikahan yang berkah,
Impian akan keluarga yang sakinah,
Impian akan HUSNUL KHOOTIMAH...

Tapi Saudaraku,
Apakah engkau lupa bahwa darimana impian itu tervisualisasi..
Dari niat yang suci? Ataukah hanya syahwat di hati?
Mari, pertanyakan sekali lagi, KEDALAM DIRI..

Saudaraku,
Jika setiap nafas itu adalah dzikir,
Jika setiap detak jantung adalah mengingat maut,
Jika setiap ucapan adalah dakwah, dan
Jika setiap langkah adalah jihad di jalan-Nya,
Maka,
Sesungguhnya, itulah mimpi kita yang SEBENARNYA..
Ataukah kita hanya menjadikannya angan kosong di siang bolong?..
Ataukah kita hanya menghisap jempol dan berpangku tangan, menunggu ketetapan dari-Nya?..

Tidak Saudaraku,
Ketetapan itu akan tetap datang.. cepat ataupun lambat,
Lalu, kenapa engkau gundah saudaraku?..
itulah buah dari kelalaian,
Lalu, kenapa engkau takut saudaraku?..
itulah buah dari menggantungkan harapan selain pada-Nya.

Mari,
Siapkan diri, dan ruhani..
Menempuh setiap detik takdir yang telah digariskan..
Melangkah pasti di Jalan Penuh Harapan..
Menyadari akan hakikat kehidupan..
Menyaksikan diri, bahwa janji-Nya adalah kebenaran..
Memuaskan diri, bahwa kehendak-Nya adalah kebaikan..

Demi Jiwa yang tertatih dalam keputus-asaan..
Buanglah semua keraguan dan kegalauan..
Sungguh, Dia sedang berbicara padamu..
Bicara tentang: Komitmen, dan Keikhlashan.


© Abu Fauzan (5 Maret 2008)

Selasa, 15 April 2008

Taushiyah Singkat 56 : Melangkahlah ke Masjid

Saudaraku,
Mari mudahkan langkah kita menuju masjid, agar Alloh Ta'ala memudahkan kita melangkah menuju Jannah-Nya..
Mari ringankan badan kita pergi ke masjid, agar Alloh Ta'ala meringankan kita menuju ampunan-Nya..
Mari tambatkan hati kita kepada masjid, agar Alloh Ta'ala menambatkan kita untuk menjadi hamba yang dicintai-Nya..

Ayo, kita bersama-sama memakmurkan masjid!

Kamis, 03 April 2008

Renungan: Menyambut 4 April

Tulisan ini saya buat, sebagai rasa syukur atas segala nikmat dan karunia-Nya pada diri ini. Karena sungguh, betapapun diri ini adalah insan yang dhoif, penuh dengan kelalaian dan kekhilafan. Semoga, self-introspection ini, dapat membuat saya lebih baik di kemudian hari. Sebagai seorang ayah, seorang suami, juga seorang hamba Alloh Swt.

Renungan Seorang Ayah.
Untuk menjadi seorang ayah yang baik, saya masih harus banyak belajar. Saya merasa, anak-anak saya masih menganggap saya adalah ayah yang galak. Pernah terlintas pendengaran, ketika anak saya bicara dengan ummi-nya, bahwa abi-nya galak bahkan tukang marah. Masya4JJI, padahal dalam islam kita tidak boleh marah. Namun kebanyakan orang masih salah paham, antara marah dengan tegas. Tegas itu, bukan berarti marah. Kita harus menjauhi marah. Karena marah itu temannya syaithon. Tidak boleh ada istilah: marah karena karana 4JJI.
“Tapi, yakinlah Nak... Tidak ada sedikitpun terlintas dalam hati ini untuk marah padamu. Seandainya kalian tahu, bahwa hati ini menangis, bahkan seringkali menangis setelah merenungi apa yang telah abi lakukan padamu. Mungkin hukuman abi kepadamu, ketika kau melakukan kesalahan / kenakalan, masih terlalu berat, atau bahkan menyakitimu. Tapi, itu semua abi lakuan karena abi sangat menyayangimu. Aku tidak ingin kau melakukan kesalahan atau perbuatan yang buruk. Padahal, abi tahu benar, bahwa secara fase perkembangan anak, usiamu adalah masa-masa seorang anak untuk selalu ingin tahu, dan mencoba hal-hal baru, bahkan meniru-niru perkataan atau perbuatan orang lain / teman yang kau sendiri tidak tahu artinya…”
“Maafkan abi, ya Fauzan… abi ingin sekali, kau sebagai seorang abang bisa dicontoh keteladanan-nya dalam berprilaku dan berkata-kata… Abi ingin sekali, kau menjadi abang yang sangat menyayangi dan melindungi adik-adiknya... Abi ingin sekali, kelak kau menjadi abang yang bertanggung-jawab dan bisa mewakili posisi abi rumah, ketika kau sudah dewasa, atau abi sudah tiada. Juga untuk menjaga ummi… mematuhi semua kata-katanya… menjadi harapan kami. Kau adalah anak pertama… maka sudah sepantasnyalah kau kami tumpukan harapan dan cita-cita kami, lebih besar dari adik-adikmu. Sesuai nama dan doa yang abi sematkan padamu seumur hidupmu… Afuza Fauzan ‘Azhima, yang artinya adalah: aku dapatkan kemenangan yang besar! Ketahuilah Nak.. dalam al-Qur’an, kemenangan yang besar adalah, kemenangan untuk setiap hamba-hamba 4JJI yang beriman dan beramal sholih, dan mereka berjihad di jalan 4JJI. Maka berjihadlah dalam setiap langkah hidupmu, Nak…”
“Tumbuhlah sebagai seorang anak yang sholih, pintar, dan sehat. Karena abi selalu tidak kuat untuk menahan laju airmata ini, jikalau mendapatkanmu terbaring sakit. Kau tidak tahu, setiap kali kau jatuh sakit, abi selalu berbaring disisimu yang sedang tidur, abi menangis, dan menangis seraya berdoa syafaakaLLoohu…”
“Maafkan abi, ya Husna… anak gadis abi satu-satunya. Setidaknya, untuk saat ini, karena adikmu adalah laki-laki. Maafkan abi, kalau sering melukai perasaanmu yang halus dan lembut. Sungguh kau benar-benar beda dengan abang dan adikmu. Betapa kecintaanmu pada abi sangat dalam. Terbukti setiap abi pulang, yang kau tanyakan adalah abi.. (kalau abang fauzan lebih sering menanyakan, abi bawa oleh-oleh apa / makanan apa) Kau peluk dan kau cium abi. Abi sering menitikan airmata, setiap kali mendengarkan ummi-mu bercerita, tentang kerinduanmu pada abi, setiap kali abi tidak di rumah. Kau tanyakan kepada ummi, setiap kali abi belum pulang ketika malam sudah larut, atau abi pergi keluar kota, bahkan kau sekuat tenaga sampai menunggu abi pulang hingga kau tertidur dengan sendirinya karena lelah…”
“Kau tidak pernah tahan untuk tidak menangis, bila abi bicara kepadamu agak keras. Padahal abi sangat tidak tega untuk tegas padamu, terlebih mukamu yang paling mirip abi, dibanding abang Fauzan dan adik Ayyasy. Sungguh abi sangat menyayangimu, hingga abi sering 'mendoktrin'mu untuk tidak mau menikah, agar menjadi anak abi selamanya. Dan itu berhasil, hingga ummi-mu sebel dengan abi. Kau anak yang paling pandai mengambil hati abi dan merayu abi. Kau anak yang paling 'dewasa' dalam berkata-kata dan memberikan 'nasihat' kepada abang dan adikmu. Sungguh abi sangat bersyukur 4JJI memberikan kesempatan pada abi untuk mempunyai dan mendidik anak perempuan. Dan karena itulah, abi memberikanmu nama yang indah... seindah harapan dan doa abi padamu.. Fastawa Jamil Al-Husna.”
“Maafkan abi, ya Ayyasy... anak abi yang paling mirip ummi. Maafkan kalau abi suka meledekmu: 'anak sipit' dan perkataan lainnya, yang menurut ummi adalah perlakuan deskriminasi. Walaupun kau belum mengerti, tapi setidaknya abi tidak boleh seperti itu. Abi hanya bercanda kok, Nak. Abi sering sedih, bila ummi-mu bicara, 'nanti juga Abi paling sayang sama kamu Ayyasy, kalau ummi sudah tidak ada.. karena kamu yang paling mirip ummi..' Ah, ada-ada saja ummi-mu itu Ayyasy.”
“Nak, kau perlu tahu, bahwa dalam namamu ada semangat ummi.. ketika mengandungmu, ummi sangat bersemangat untuk menghafalkan juz 29. Kesan yang mendalam itulah, yang membuatnya ingin menyematkan nama Hafizh untuk bayi laki-lakinya, sesuai cita-cita dan doanya untuk hafal qur'an. Kemudian abi melengkapinya menjadi Ayyasy Hafizh 'Akafa.”


Renungan Seorang Suami.
Bila mengingat-ingat apa yang sudah saya berikan pada istri saya yang sabar, sholihah, dan pintar masak ini.. rasanya malu. Saya merasa, belum menjadi suami seperti yang diidamkannya selama ini. Saya ingin menjadi yang terbaik untuknya. Saya sering berbuat tidak adil untuknya (oleh karenanya, masih agak jauh untuk berpoligami), masih sering menyakiti hatinya, padahal Rosululloh SAW, sudah mengingatkan bahwa sebaik-baiknya seorang muslim adalah yang paling baik pada istrinya (setidaknya, hadits itu menjadi salah satu parameter menilai seseorang diantara beberapa hadits serupa yang lainnya).
Ia sudah memelihara dan mendidik 3 anak-anak saya, dengan baik, dan tidak menuntut macam-macam. Namun, pada saat yang sama, saya belum optimal dalam memberikan apresiasi atas jihadnya itu. Saya hanya tidak lupa untuk memberikannya hadiah ataupun kejutan-kejutan kecil yang membahagiakannya, seperti di hari ulang tahunnya, ulang tahun pernikahan, ulang tahun anak-anak, dan ulang tahun saya sendiri. Selebihnya, saya hanya berdoa dan berharap, semoga usaha saya untuk tetap menjaga keharmonisan dan keromantisan keluarga bersamanya tetap terjaga. Saya akan menjaga hal itu, dan komitmen untuk terus meningkatkannya di masa yang akan datang. Semoga 4JJI memudahkan saya, untuk mewujudkan visi: baiti jannati, seperti yang kami cita-citakan bersama, sejak hari pertama kami hidup bersama.
“Ling-ling (panggilan sayang untuknya), maafkan abi ya.. kalau selama ini terlalu banyak kelalaian yang abi lakukan sebagai seorang suami. Khususnya dalam membantumu mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga. Abi sadar, bahwa selama 7 tahun pernikahan kita, banyak sudah airmatamu yang mengalir.. semoga, semua pengorbanan dan kesabaranmu, juga atas setiap doa yang kau panjatkan pada-Nya, dalam setiap tahajjud dan dluha-mu, dikabulkan 4JJI dan diberi ganjaran berupa jannatun na'im.”
“Doakan selalu keluargamu ini, semoga senantiasa diberikan yang terbaik menurut 4JJI, hingga ridho-Nya bisa kita dapatkan. Semoga, kita dapat menerima semua yang sudah menjadi taqdir kita, dengan lapang dada dan penuh rasa syukur. Ling-ling cinta, Semoga kau senantiasa diberikan kesabaran dalam menjalani hidup dan dakwah ini. Doakan suamimu, agar selalu diberikan kemudahan dalam setiap langkah dan usahanya.. untuk membawamu dan anak-anak meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.”


Renungan Seorang Hamba.
Bagian ini yang buat saya paling memprihatinkan. Betapa tidak, sebagai seorang hamba, saya masih belum bisa menta'ati-Nya dengan penuh totalitas. Bercermin dan bermuhasabah, untuk kemudian melihat kedalam diri ini, dari kisah hidup, perjuangan, dan pengabdian orang-orang sholih, dan para mujahid... masih jauh dari dekat. (ya Robb, semoga masih ada kesempatan bagi diri ini untuk menjemput kematian sebagai syuhada... amiin)
Dakwah telah membawa saya semakin mengenal hakikat kehidupan. Akan kemana dan mau bagaimana hidup ini, tidak lepas dari usaha kita dalam mencari dan memelihara hidayah 4JJI Ta'ala, mengikuti sunnah Nabi-Nya sholaLLoohu 'alaihi wasallam, dan mengambil hikmah dari kehidupan para salafus-sholih. (ya Robb, izinkan hamba suatu saat nanti bisa benar-benar mengikuti sikap hidup dan prinsip-prinsip mereka dalam mengaplikasikan keseimbangan dunia dan akhirat... amin)
“Duhai 4JJI yang Maha Rahman, jangan Engkau biarkan hamba bedosa, kecuali Engkau mengampuninya. Jangan Engkau biarkan hamba malas, kecuali Engkau memaafkannya. Jangan Engkau biarkan hamba berhutang, kecuali Engkau membuat hamba mampu membayarnya. Jangan Engkau biarkan hamba mempunyai keinginan di dunia dan akhirat, kecuali Engkau mengabulkannya... amiin”
“Duhai 4JJI yang Maha Lembut, sungguh hamba meminta padaMu lisan yang senantiasa berdzikir padaMu, hati yang peka dan senantiasa bersyukur padaMu, dan tubuh yang kuat dan sempurna yang selalu tunduk padaMu. Allohumma ya Alloh.. sungguh hamba meminta iman yang indah, hati yang khusyu', keyakinan yang benar, dan kelebihan yang bermanfaat untuk manusia... amiin”
“Duhai 4JJI... jika Engkau tidak mengampuni, kepada siapa lagi kami harus bertaubat?.. Jika Engkau tidak mengabulkan doa kami, kepada siapa lagi kami memohon?.. Jika Engkau tidak menerima ibadah kami, kepada siapa lagi kami mengabdi? Jika Syurga itu hanya untuk orang-orang sholih, maka kepada siapa lagi kami berharap?.. Ya Hannaan ya Mannaan, jangan redupkan hati ini dari harapan akan ridhoMu dan rasa takut akan siksaMu...”
“Duhai 4JJI... berikan kekuatan dalam diri hamba untuk dapat membangun keluarga yang bahagia, penuh kasih sayang dan cinta.. Ya 4JJI.. Berikan kepada hamba, kemampuan untuk memberi contoh, sebagai seorang ayah yang mengayomi, suami yang melindungi, dan hamba yang ta'at padaMu. Berikan ya Robb, sebagaimana Engkau telah memberikannya selama ini... amiin”



Pamulang, 3 April 2008.

Nice Poem : Sebuah Renungan

Assalaamu'alaikum...
Saudaraku, puisi dibawah ini sangat layak untuk jadi bahan renungan kita.
Semoga, kita dimudahkan 4JJI untuk menumbuhkembangkan sikap konsisten,
dalam berdakwah, beramal sholih, dan memberikan contoh... (Abu Fauzan)

Ditulis oleh: Tomy Saleh,
Tebet, 16 Mei 2006. pk.11.13 WIB

Kami diajarkan kejujuran,
Tapi ketika kami jujur, kami dibilang bodoh.

Kami diajarkan kritis,
Tapi ketika kami kritis, kami dibilang membangkang.

Kami diajarkan istiqomah,
Tapi ketika kami istiqomah, kami dibilang kuno

Kami diajarkan tegas pada musuh,
Tapi ketika kami tegas pada musuh, kami dibilang terlalu ekstrim

Kami diajarkan hidup sederhana,
Tapi ketika kami hidup sederhana, kami dibilang tidak bisa menerima kemajuan.

Kami diajarkan menolak harta syubhat,
Tapi ketika kami tolak harta syubhat, kami dibilang payah.

Kami diajarkan menghindari hidup bermewah-mewahan,
Tapi ketika kami menghindari hidup bermewah-mewahan, kami dibilang kampungan.

Kami diajarkan untuk mengatakan kebenaran dan melawan kebathilan,
Tapi ketika kami berdiri untuk melakukannya, kami kaget, karena kami berhadapan langsung denganmu!

Selasa, 01 April 2008

Taushiyah Singkat 55 : Pantang Menyerah

Saudaraku,
Mengapa kau begitu jemu menjalani hidup ini?
Mengapa kau tidak ingin berbuat banyak, padahal banyak hal bisa kau perbuat?
Mengapa kau malas untuk merealisasikan impianmu sendiri?
Mengapa kau begitu tidak bersemangat untuk membuktikan bahwa kau mampu!
Ingatlah sahabatku, Alloh Ta'ala masih dan akan selalu bersamamu.
Selama engkau senantiasa menyandarkan semua harapan dan hasil kerjamu pada-Nya.
Jadilah hamba yang dibanggakan Alloh Swt, dan ummat kebanggaan Rosululloh Saw!
Kau pasti bisa! Aku yakin itu.

Selasa, 25 Maret 2008

Taushiyah Singkat 54 : Bangkit dan Semangatlah!

Saudaraku,
Bangkit dan semangatlah! Ketika kau merasa dirimu cukup kuat
untuk terus "melanjutkan perjalanan"...
Namun, berhenti dan beristirahatlah! ketika kau merasa dirimu tidak lagi
cukup kuat untuk "melangkah lebih jauh"...
Tidakpun kau merasa dalam kondisi dua hal itu, maka duduklah sejenak.
Bersamaku, disini.
Bersama, mari kita mengingat-ingat nikmat 4JJI Ta'ala, dan mensyukurinya...

Taushiyah Singkat 53 : Menghadapi Ujian-Nya

Saudaraku,
Kecewa dan merasa sakit hati, dalam hidup ini adalah hal yang manusiawi.
Namun, apapun yang kita alami, dan kita rasakan... semoga membuat kita menjadi lebih BIJAK,
lebih SABAR, dan lebih dekat dengan 4JJI Ta'ala.
Tidak ada yang lebih baik dari itu, dalam menjalani kehidupan ini.
Semoga, 4JJI semakin cinta pada kita. Amiin.

Senin, 25 Februari 2008

Artikel : Fitnah Harta

Harta adalah alat penunjang kehidupan manusia. Tanpa harta kehidupan berjalan dengan sulit. Ia juga dibutuhkan dalam perjuangan mewujudkan cita-cita. Harta memang secara naluri, dikejar manusia. Di dalam Alqur'an, Allah swt memberitahu hal itu, "dan sesungguhnya manusia mencintai harta itu, sangatlah hebat."

Tanpa diajari atau dirangsang, manusia sudah dengan sendirinya mendambakan punya harta yang banyak. Karena harta berpotensi mendatangkan kesenangan. Yang perlu dipelajari manusia adalah bagaimana mendapatkan harta dengan cara yang benar. Juga bagaimana mengelola harta dengan benar, agar ia tidak berubah menjadi fitnah.

Jadi kalau ada orang menceritakan dirinya mendambakan punya rumah mewah, kendaraan mewah, atau apa saja yang menyenangkan dari dunia, sebenarnya dia sedang menceritakan kenaifan dirinya, sekaligus menyingkap keruntuhan ma'nawiyah (jati diri)nya di hadapan orang lain. Karena Islam diturunkan bukan untuk mengajari manusia mencintai semua itu. Tanpa diajaripun, kesenangan dunia, sudah melekat pada diri manusia.

Justru kedatangan Alqur'an untuk mewanti-wanti manusia akan bahaya harta. Karena harta berpotensi menyeret manusia kepada kebinasaan di dunia dan akhirat. Harta berpotensi melalaikan manusia dari Allah. Harta berpotensi melupakan manusia dari tujuan hidupnya yang hakiki, yakni mencari kesenangan akhirat.Tanpa harus dikomentari, silakan baca ayat-ayat berikut ini:
1) Dan tidaklah kehidupan dunia melainkan kesenangan yang menipu.
2) Dan tidaklah kehidupan dunia melainkan permainan dan lahwun.
3) Apakah kamu lebih suka pada kehidupan dunia ketimbang akhirat, maka tidaklah kesenangan hidup dunia di akhirat melainkan hanya sedikit (at Taubah:38).
4) Dijadikan indah dalam pandangan manusia, kecintaan pada syahwat dari perempuan, anak, tumpukan emas, perak, kuda tunggangan, hewan ternak, dan pertanian. Yang demikian itu adalah kesenangan hidup di dunia, dan Allah memiliki tempat kembali yang jauh lebih baik (Ali Imron 14).
5) Carilah apa yang didatangkan Allah bagimu berupa negeri akhirat. Dan jangan engkau lupakan bagianmu di dunia (al-Qashash: 77).

Masih banyak ayat lain dengan nada serupa, menceritakan rendahnya hakikat dunia dan harta di mata Allah. Dan Allah memperingatkan orang-orang beriman agar tidak tertipu oleh dunia yang telah banyak menggelincirkan umat lain di luar Islam.Tapi tidak satu pun ayat Allah atau hadits Nabi yang menggesa manusia untuk mengejar harta dan kenikmatan dunia, apalagi dengan mengatakan "jangan tanya darimana sumbernya".

Tak diragukan, ucapan itu hanya muncul dari golongan 'Ahlud Dunia'. Kalau ini dibiarkan berlarut-larut, bukan tidak mungkin manusia mengganti Tuhannya dari Allah menjadi hawa nafsu. Mengganti alhaq menjadi albatil.Terjemahannya dalam dunia politik praktis, mengganti calon kepala daerah yang soleh tapi dananya terbatas, dengan calon yang koruptor asal uangnya banyak.Jika pola pikir seperti ini tidak pantas ada pada seorang mukmin biasa, apalagi pada level seorang pemimpin (al Qa'id atau Imam).

Jika itu benar-benar terjadi, maka inilah namanya qiyadah sedang menebar racun kepada bawahannya. Atau juga bisa dikatakan sang Imam sudah batal wudhu'nya, sehingga keimamannya sudah tidak sah lagi.Dalam sebuah ayat, Allah benar-benar melarang hamba-Nya melirik kekayaan/kelebihan yang dimiliki orang lain. Ayat itu berbunyi sebagai berikut: "Janganlah kamu mendambakan apa yang diberikan Allah kepada sebagian kamu di atas sebagian lain."

Jadi artinya apa? Memperhatikan kesenangan orang lain, kemudian mengkhayal-khayalkan kelebihan yang dimiliki orang lain, ternyata dalam perspektif Qurani, adalah perbuatan tercela, dan merusak muru'ah.Konon lagi mengelus-ngelus mobil mewah orang, terpesona dengan rumah orang, mirip seperti orang sedang mengalami gangguan kejiwaan, wal 'Iyadzu billah.

Orang-orang mukmin tak perlu diajari mencintai harta. Ajaran itu justru adalah ajaran syetan. Hanya syetan yang mengajarkan cinta harta. Yang perlu diajarkan kepada orang-orang mukmin, agar tetap tabah menghadapi rintangan dalam perjuangan.Perjuangan sungguh memerlukan kesabaran yang luar biasa. Apalagi perjuangan menegakkan Dienullah. Tetapi ganjaran yang dijanjikan Allah di balik perjuangan itu adalah aljannah, sebuah kesenangan tanpa batas, tak pernah terlintas di benak manusia, tak pernah terlihat di dunia dan tak pernah kedengaran sebelumnya.

Kesenangan yang ada di sini (dunia) hanyalah kesenangan palsu; jika ada, ia disyukuri, tak perlu menyibukkan. Jika tidak, tak perlu bersedih. Justru kesedihan kita, apabila kita kehilangan iman dan idealisme. Jika sebuah kemenangan diraih, ia bukan kenikmatan yang perlu ditepuki, tetapi justru amanah yang harus dipertanggungjawabkan pada hari tidak ada sesuatu pun yang dapat disembunyikan, perhitungan sangat keras dan dahsyat.Begitulah seharusnya nasihat seorang pemimpin yang istiqomah di jalan Allah. Sebagaimana dulu nasehat Khoirul Anbiya' Muhammad Saw kepada shahabatnya seperti dilaporkan oleh Abu Sa'id al-Khudry r.a, beliau berkata, ketika kami duduk di sekitar mimbar Rasul, kudengar beliau bersabda, "Yang paling kutakutkan pada kalian, jika dibukakan Allah kepada kalian kesenangan dunia dan gemerlapnya."

Jika nash-nash yang ada kita perhatikan, Allah dan Rasul-Nya tidak mengkhawatirkan umat ini akan bahaya kekurangan dan kemiskinan, sebagaimana peringatannya terhadap kesenangan, harta dan dunia. Artinya, orang tidak akan sampai jatuh dalam dosa besar karena kemiskinannya. Tetapi manusia bisa jatuh dalam dosa besar karena kekayaan yang dia miliki. Bahaya-bahaya apa sajakah itu? Mulai dari sumber kekayaan itu.Seseorang banyak menjadi kaya dengan cara yang tidak halal. Setelah menjadi kaya, ia tidak kuat menghadapi dorongan hawa nafsu yang muncul karena harta. Karena dengan harta yang banyak, pintu-pintu maksiat terbuka luas di hadapannya. Dalam kondisi ini banyak orang yang tidak kuat menahannya.

Oleh karena itulah dalam suatu kesempatan, Nabi Saw memberitahukan bahwa cobaan paling berat bagi Bani Israil adalah perempuan. Sedang cobaan yang paling berat bagi ummatku adalah harta (Hadits Shohih).Lalu apakah pantas seorang pemimpin merangsang anggotanya untuk mengejar harta, sementara Nabi Saw menyuruh ummatnya agar berhati-hati dengan harta dan dunia?!


Dr. Daud Rasyid, M.A.

Senin, 18 Februari 2008

Artikel : Macam-macam Fitnah

Allah swt pada surat Al Baqarah [2]:191, lebih lengkap terjemahannya adalah: "Dan Bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), Maka Bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir."

Kata fitnah yang dosanya lebih besar dari pembunuhan disebutkan pula dalam firman lain yang artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh, mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya."(QS Al Baqarah [2]:217).

Ayat ini penting untuk kita pahami karena ia seringkali digunakan untuk sesuatu yang bukan maksudnya, hal ini karena kata fitnah sudah menjadi bahasa Indonesia yang konotasinya adalah mengemukakan tuduhan negatif kepada seseorang padahal orang itu tidak seperti yang dituduhkan. Bisa jadi banyak istilah dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Arab atau dari kata yang terdapat di dalam Al-Qur’an tapi maknanya tidak seperti yang dimaksud oleh Al-Qur’an dan ketika orang menggunakan kata itu, ia menggunakan dalil Al-Qur’an untuk membenarkannya, bukankah ini namanya penyalahgunaan suatu ayat?.

Dalam Ensiklopedi Al-Qur’an, fitnah berasal dari kata fatana yang berarti membakar logam, emas atau perak untuk menguji kemurniannya. Juga berarti membakar secara mutlak, meneliti, kekafiran, perbedaan pendapat dan kezaliman, hukuman dan kenikmatan hidup.

MAKSUD AYAT.

Bila diteliti ayat sebelum dan sesudah ayat di atas, turunnya ayat ini menurut Ibnu Katsir dalam tafsirnya merupakan perintah atau izin kepada Nabi dan kaum muslimin untuk melakukan peperangan terhadap orang-orang kafir yang memerangi kaum muslimin, namun memerangi mereka yang memerangi kaum muslimin tidak boleh melampaui batas seperti membunuh musuh sampai memotong-motong atau mencincang mereka, membunuh wanita, anak-anak, orang tua yang lanjut usia, rahib dan pendeta yang ada di rumah ibadah mereka padahal mereka tidak terlibat dalam peperangan, membunuh hewan dan merusak lingkungan seperti menebang atau membakar pohon, merusak rumah ibadah dan sebagainya.

Dibolehkan dan diperintahkannya kaum muslimin memerangi orang-orang kafir karena kekufuran dan kemusyrikan serta menghalangi manusia dari jalan Allah merupakan perbuatan yang lebih parah dan lebih fatal, ini merupakan fitnah besar dalam kaitan dengan agama sehingga pada surat Al Baqarah [2] ayat 193, Allah swt berfirman: "Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu Hanya semata-mata untuk Allah. jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), Maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim."

Lebih lanjut, Sayyid Quthb dalam tafsirnya Fii Dzilalil Quran menegaskan: “Sesungguhnya 'fitnah terhadap agama' berarti permusuhan terhadap sesuatu yang paling suci dalam kehidupan manusia. Karena itu, ia lebih besar bahayanya daripada pembunuhan, lebih kejam daripada membunuh jiwa seseorang, menghilangkan nyawa dan menghilangkan kehidupan. Baik fitnah itu berupa intimidasi maupun perbuatan nyata atau berupa peraturan dan perundang-undangan bejat yang dapat menyesatkan manusia, merusak dan menjauhkan mereka dari manhaj Allah serta menganggap indah kekafiran dan memalingkan manusia dari agama Allah itu."


Sebagai agama yang menekankan perdamaian, pada dasarnya Islam tidak menghendaki terjadinya peperangan dan permusuhan antar manusia meskipun mereka berbeda agama, tapi bila orang-orang kafir sudah sampai pada tingkat memerangi kaum muslimin, maka pembalasan harus dilakukan dan bila mereka berhenti memerangi umat Islam apalagi mereka masuk Islam, maka permusuhanpun diakhiri. Karena itu, Sayyid Quthb menambahkan: “Betapa mulianya Islam ini. Dia melambai-lambaikan ampunan dan rahmat bagi orang-orang kafir dan menggugurkan hukum qishash dari mereka semata-mata karena mereka mau masuk ke dalam barisan Islam setelah sebelumnya mereka membunuh dan memfitnahnya serta melakukan berbagai macam tindakan kasar terhadapnya. Tujuan perang ialah memberikan jaminan agar manusia tidak difitnah lagi dari (memasuki atau melaksanakan) agama Allah, dan agar mereka tidak dijauhkan atau dimurtadkan darinya dengan kekuatan atau semacamnya seperti kekuatan undang-undang yang mengatur kehidupan umum manusia dan kekuatan-kekuatan untuk menyesatkan dan merusak”.

MACAM-MACAM FITNAH.

Fitnah yang dikategorikan lebih kejam dari pembunuhan bisa dikelompokkan menjadi beberapa macam. Pertama adalah syirik, yakni mensekutukan Allah swt, hal ini dinyatakan dalam firman Allah swt yang artinya: "Kelak kamu akan dapati (golongan-golongan) yang lain, yang bermaksud supaya mereka aman dari pada kamu dan aman (pula) dari kaumnya. setiap mereka diajak kembali kepada fitnah (syirik), merekapun terjun kedalamnya. Karena itu jika mereka tidak membiarkan kamu dan (tidak) mau mengemukakan perdamaian kepadamu, serta (tidak) menahan tangan mereka (dari memerangimu), Maka tawanlah mereka dan Bunuhlah mereka dan merekalah orang-orang yang kami berikan kepadamu alasan yang nyata (untuk menawan dan membunuh) mereka." (QS An Nisa [4]:91)

Kedua, kezaliman yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak suka kepada kaum muslimin, Allah swt berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan (fitnah) kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan Kemudian mereka tidak bertaubat, Maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar." (QS Al Buruj [85]:10)

Menurut Prof. DR. Wahbah Az Zuhaili, yang dimaksud dengan cobaan atau fitnah adalah berbagai macam siksaan seperti dibakar hidup-hidup supaya orang beriman menjadi murtad. Maka bila mereka tidak bertaubat, siksaan jahannam yang membakar mereka akan menjadi balasannya.

Pada masa Rasulullah saw banyak sahabat yang mengalami fitnah berupa siksaan seperti yang dialami oleh Bilal bin Rabah yang diseret di atas padang pasir yang panas, dicambuk, dijemur sampai ditindihkan batu besar. Begitu juga dengan Yasir dan Sumayyah yang akhirnya mati karena mengalami siksaan yang amat berat.

Ketiga adalah fitnah dalam arti memperebutkan harta yang tidak hanya dilakukan oleh orang-orang yang zalim saja, tapi bisa terjadi pada siapa saja karena sikap mereka yang melampaui batas, bahkan bisa jadi antar sesama saudara, suku dan dalam organisasi perjuangan, mereka bisa bermusuhan karena berebut harta. Hal yang amat mengkhawatirkan adalah dengan sebab harta seseorang menggadaikan nilai-nilai idealisme kebenaran yang selama ini telah diperjuangkannya dan ini merupakan fitnah yang besar, karenanya bagi mereka akan disiapkan siksa yang Amat keras, Allah swt berfirman: "Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan (fitnah) yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya." (QS Al Anfal [8]:25).

Dalam menghadapi fitnah, setiap kita harus berlindung kepada Allah swt agar tidak termasuk orang-orang yang menjadi pelaku fitnah. Disinilah letal pentingnya bagi untuk memiliki kekuatan rohani.


Drs. H. Ahmad Yani (ayani_ku@yahoo.com)