Kamis, 03 April 2008

Renungan: Menyambut 4 April

Tulisan ini saya buat, sebagai rasa syukur atas segala nikmat dan karunia-Nya pada diri ini. Karena sungguh, betapapun diri ini adalah insan yang dhoif, penuh dengan kelalaian dan kekhilafan. Semoga, self-introspection ini, dapat membuat saya lebih baik di kemudian hari. Sebagai seorang ayah, seorang suami, juga seorang hamba Alloh Swt.

Renungan Seorang Ayah.
Untuk menjadi seorang ayah yang baik, saya masih harus banyak belajar. Saya merasa, anak-anak saya masih menganggap saya adalah ayah yang galak. Pernah terlintas pendengaran, ketika anak saya bicara dengan ummi-nya, bahwa abi-nya galak bahkan tukang marah. Masya4JJI, padahal dalam islam kita tidak boleh marah. Namun kebanyakan orang masih salah paham, antara marah dengan tegas. Tegas itu, bukan berarti marah. Kita harus menjauhi marah. Karena marah itu temannya syaithon. Tidak boleh ada istilah: marah karena karana 4JJI.
“Tapi, yakinlah Nak... Tidak ada sedikitpun terlintas dalam hati ini untuk marah padamu. Seandainya kalian tahu, bahwa hati ini menangis, bahkan seringkali menangis setelah merenungi apa yang telah abi lakukan padamu. Mungkin hukuman abi kepadamu, ketika kau melakukan kesalahan / kenakalan, masih terlalu berat, atau bahkan menyakitimu. Tapi, itu semua abi lakuan karena abi sangat menyayangimu. Aku tidak ingin kau melakukan kesalahan atau perbuatan yang buruk. Padahal, abi tahu benar, bahwa secara fase perkembangan anak, usiamu adalah masa-masa seorang anak untuk selalu ingin tahu, dan mencoba hal-hal baru, bahkan meniru-niru perkataan atau perbuatan orang lain / teman yang kau sendiri tidak tahu artinya…”
“Maafkan abi, ya Fauzan… abi ingin sekali, kau sebagai seorang abang bisa dicontoh keteladanan-nya dalam berprilaku dan berkata-kata… Abi ingin sekali, kau menjadi abang yang sangat menyayangi dan melindungi adik-adiknya... Abi ingin sekali, kelak kau menjadi abang yang bertanggung-jawab dan bisa mewakili posisi abi rumah, ketika kau sudah dewasa, atau abi sudah tiada. Juga untuk menjaga ummi… mematuhi semua kata-katanya… menjadi harapan kami. Kau adalah anak pertama… maka sudah sepantasnyalah kau kami tumpukan harapan dan cita-cita kami, lebih besar dari adik-adikmu. Sesuai nama dan doa yang abi sematkan padamu seumur hidupmu… Afuza Fauzan ‘Azhima, yang artinya adalah: aku dapatkan kemenangan yang besar! Ketahuilah Nak.. dalam al-Qur’an, kemenangan yang besar adalah, kemenangan untuk setiap hamba-hamba 4JJI yang beriman dan beramal sholih, dan mereka berjihad di jalan 4JJI. Maka berjihadlah dalam setiap langkah hidupmu, Nak…”
“Tumbuhlah sebagai seorang anak yang sholih, pintar, dan sehat. Karena abi selalu tidak kuat untuk menahan laju airmata ini, jikalau mendapatkanmu terbaring sakit. Kau tidak tahu, setiap kali kau jatuh sakit, abi selalu berbaring disisimu yang sedang tidur, abi menangis, dan menangis seraya berdoa syafaakaLLoohu…”
“Maafkan abi, ya Husna… anak gadis abi satu-satunya. Setidaknya, untuk saat ini, karena adikmu adalah laki-laki. Maafkan abi, kalau sering melukai perasaanmu yang halus dan lembut. Sungguh kau benar-benar beda dengan abang dan adikmu. Betapa kecintaanmu pada abi sangat dalam. Terbukti setiap abi pulang, yang kau tanyakan adalah abi.. (kalau abang fauzan lebih sering menanyakan, abi bawa oleh-oleh apa / makanan apa) Kau peluk dan kau cium abi. Abi sering menitikan airmata, setiap kali mendengarkan ummi-mu bercerita, tentang kerinduanmu pada abi, setiap kali abi tidak di rumah. Kau tanyakan kepada ummi, setiap kali abi belum pulang ketika malam sudah larut, atau abi pergi keluar kota, bahkan kau sekuat tenaga sampai menunggu abi pulang hingga kau tertidur dengan sendirinya karena lelah…”
“Kau tidak pernah tahan untuk tidak menangis, bila abi bicara kepadamu agak keras. Padahal abi sangat tidak tega untuk tegas padamu, terlebih mukamu yang paling mirip abi, dibanding abang Fauzan dan adik Ayyasy. Sungguh abi sangat menyayangimu, hingga abi sering 'mendoktrin'mu untuk tidak mau menikah, agar menjadi anak abi selamanya. Dan itu berhasil, hingga ummi-mu sebel dengan abi. Kau anak yang paling pandai mengambil hati abi dan merayu abi. Kau anak yang paling 'dewasa' dalam berkata-kata dan memberikan 'nasihat' kepada abang dan adikmu. Sungguh abi sangat bersyukur 4JJI memberikan kesempatan pada abi untuk mempunyai dan mendidik anak perempuan. Dan karena itulah, abi memberikanmu nama yang indah... seindah harapan dan doa abi padamu.. Fastawa Jamil Al-Husna.”
“Maafkan abi, ya Ayyasy... anak abi yang paling mirip ummi. Maafkan kalau abi suka meledekmu: 'anak sipit' dan perkataan lainnya, yang menurut ummi adalah perlakuan deskriminasi. Walaupun kau belum mengerti, tapi setidaknya abi tidak boleh seperti itu. Abi hanya bercanda kok, Nak. Abi sering sedih, bila ummi-mu bicara, 'nanti juga Abi paling sayang sama kamu Ayyasy, kalau ummi sudah tidak ada.. karena kamu yang paling mirip ummi..' Ah, ada-ada saja ummi-mu itu Ayyasy.”
“Nak, kau perlu tahu, bahwa dalam namamu ada semangat ummi.. ketika mengandungmu, ummi sangat bersemangat untuk menghafalkan juz 29. Kesan yang mendalam itulah, yang membuatnya ingin menyematkan nama Hafizh untuk bayi laki-lakinya, sesuai cita-cita dan doanya untuk hafal qur'an. Kemudian abi melengkapinya menjadi Ayyasy Hafizh 'Akafa.”


Renungan Seorang Suami.
Bila mengingat-ingat apa yang sudah saya berikan pada istri saya yang sabar, sholihah, dan pintar masak ini.. rasanya malu. Saya merasa, belum menjadi suami seperti yang diidamkannya selama ini. Saya ingin menjadi yang terbaik untuknya. Saya sering berbuat tidak adil untuknya (oleh karenanya, masih agak jauh untuk berpoligami), masih sering menyakiti hatinya, padahal Rosululloh SAW, sudah mengingatkan bahwa sebaik-baiknya seorang muslim adalah yang paling baik pada istrinya (setidaknya, hadits itu menjadi salah satu parameter menilai seseorang diantara beberapa hadits serupa yang lainnya).
Ia sudah memelihara dan mendidik 3 anak-anak saya, dengan baik, dan tidak menuntut macam-macam. Namun, pada saat yang sama, saya belum optimal dalam memberikan apresiasi atas jihadnya itu. Saya hanya tidak lupa untuk memberikannya hadiah ataupun kejutan-kejutan kecil yang membahagiakannya, seperti di hari ulang tahunnya, ulang tahun pernikahan, ulang tahun anak-anak, dan ulang tahun saya sendiri. Selebihnya, saya hanya berdoa dan berharap, semoga usaha saya untuk tetap menjaga keharmonisan dan keromantisan keluarga bersamanya tetap terjaga. Saya akan menjaga hal itu, dan komitmen untuk terus meningkatkannya di masa yang akan datang. Semoga 4JJI memudahkan saya, untuk mewujudkan visi: baiti jannati, seperti yang kami cita-citakan bersama, sejak hari pertama kami hidup bersama.
“Ling-ling (panggilan sayang untuknya), maafkan abi ya.. kalau selama ini terlalu banyak kelalaian yang abi lakukan sebagai seorang suami. Khususnya dalam membantumu mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga. Abi sadar, bahwa selama 7 tahun pernikahan kita, banyak sudah airmatamu yang mengalir.. semoga, semua pengorbanan dan kesabaranmu, juga atas setiap doa yang kau panjatkan pada-Nya, dalam setiap tahajjud dan dluha-mu, dikabulkan 4JJI dan diberi ganjaran berupa jannatun na'im.”
“Doakan selalu keluargamu ini, semoga senantiasa diberikan yang terbaik menurut 4JJI, hingga ridho-Nya bisa kita dapatkan. Semoga, kita dapat menerima semua yang sudah menjadi taqdir kita, dengan lapang dada dan penuh rasa syukur. Ling-ling cinta, Semoga kau senantiasa diberikan kesabaran dalam menjalani hidup dan dakwah ini. Doakan suamimu, agar selalu diberikan kemudahan dalam setiap langkah dan usahanya.. untuk membawamu dan anak-anak meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.”


Renungan Seorang Hamba.
Bagian ini yang buat saya paling memprihatinkan. Betapa tidak, sebagai seorang hamba, saya masih belum bisa menta'ati-Nya dengan penuh totalitas. Bercermin dan bermuhasabah, untuk kemudian melihat kedalam diri ini, dari kisah hidup, perjuangan, dan pengabdian orang-orang sholih, dan para mujahid... masih jauh dari dekat. (ya Robb, semoga masih ada kesempatan bagi diri ini untuk menjemput kematian sebagai syuhada... amiin)
Dakwah telah membawa saya semakin mengenal hakikat kehidupan. Akan kemana dan mau bagaimana hidup ini, tidak lepas dari usaha kita dalam mencari dan memelihara hidayah 4JJI Ta'ala, mengikuti sunnah Nabi-Nya sholaLLoohu 'alaihi wasallam, dan mengambil hikmah dari kehidupan para salafus-sholih. (ya Robb, izinkan hamba suatu saat nanti bisa benar-benar mengikuti sikap hidup dan prinsip-prinsip mereka dalam mengaplikasikan keseimbangan dunia dan akhirat... amin)
“Duhai 4JJI yang Maha Rahman, jangan Engkau biarkan hamba bedosa, kecuali Engkau mengampuninya. Jangan Engkau biarkan hamba malas, kecuali Engkau memaafkannya. Jangan Engkau biarkan hamba berhutang, kecuali Engkau membuat hamba mampu membayarnya. Jangan Engkau biarkan hamba mempunyai keinginan di dunia dan akhirat, kecuali Engkau mengabulkannya... amiin”
“Duhai 4JJI yang Maha Lembut, sungguh hamba meminta padaMu lisan yang senantiasa berdzikir padaMu, hati yang peka dan senantiasa bersyukur padaMu, dan tubuh yang kuat dan sempurna yang selalu tunduk padaMu. Allohumma ya Alloh.. sungguh hamba meminta iman yang indah, hati yang khusyu', keyakinan yang benar, dan kelebihan yang bermanfaat untuk manusia... amiin”
“Duhai 4JJI... jika Engkau tidak mengampuni, kepada siapa lagi kami harus bertaubat?.. Jika Engkau tidak mengabulkan doa kami, kepada siapa lagi kami memohon?.. Jika Engkau tidak menerima ibadah kami, kepada siapa lagi kami mengabdi? Jika Syurga itu hanya untuk orang-orang sholih, maka kepada siapa lagi kami berharap?.. Ya Hannaan ya Mannaan, jangan redupkan hati ini dari harapan akan ridhoMu dan rasa takut akan siksaMu...”
“Duhai 4JJI... berikan kekuatan dalam diri hamba untuk dapat membangun keluarga yang bahagia, penuh kasih sayang dan cinta.. Ya 4JJI.. Berikan kepada hamba, kemampuan untuk memberi contoh, sebagai seorang ayah yang mengayomi, suami yang melindungi, dan hamba yang ta'at padaMu. Berikan ya Robb, sebagaimana Engkau telah memberikannya selama ini... amiin”



Pamulang, 3 April 2008.

Nice Poem : Sebuah Renungan

Assalaamu'alaikum...
Saudaraku, puisi dibawah ini sangat layak untuk jadi bahan renungan kita.
Semoga, kita dimudahkan 4JJI untuk menumbuhkembangkan sikap konsisten,
dalam berdakwah, beramal sholih, dan memberikan contoh... (Abu Fauzan)

Ditulis oleh: Tomy Saleh,
Tebet, 16 Mei 2006. pk.11.13 WIB

Kami diajarkan kejujuran,
Tapi ketika kami jujur, kami dibilang bodoh.

Kami diajarkan kritis,
Tapi ketika kami kritis, kami dibilang membangkang.

Kami diajarkan istiqomah,
Tapi ketika kami istiqomah, kami dibilang kuno

Kami diajarkan tegas pada musuh,
Tapi ketika kami tegas pada musuh, kami dibilang terlalu ekstrim

Kami diajarkan hidup sederhana,
Tapi ketika kami hidup sederhana, kami dibilang tidak bisa menerima kemajuan.

Kami diajarkan menolak harta syubhat,
Tapi ketika kami tolak harta syubhat, kami dibilang payah.

Kami diajarkan menghindari hidup bermewah-mewahan,
Tapi ketika kami menghindari hidup bermewah-mewahan, kami dibilang kampungan.

Kami diajarkan untuk mengatakan kebenaran dan melawan kebathilan,
Tapi ketika kami berdiri untuk melakukannya, kami kaget, karena kami berhadapan langsung denganmu!

Selasa, 01 April 2008

Taushiyah Singkat 55 : Pantang Menyerah

Saudaraku,
Mengapa kau begitu jemu menjalani hidup ini?
Mengapa kau tidak ingin berbuat banyak, padahal banyak hal bisa kau perbuat?
Mengapa kau malas untuk merealisasikan impianmu sendiri?
Mengapa kau begitu tidak bersemangat untuk membuktikan bahwa kau mampu!
Ingatlah sahabatku, Alloh Ta'ala masih dan akan selalu bersamamu.
Selama engkau senantiasa menyandarkan semua harapan dan hasil kerjamu pada-Nya.
Jadilah hamba yang dibanggakan Alloh Swt, dan ummat kebanggaan Rosululloh Saw!
Kau pasti bisa! Aku yakin itu.