Tampilkan postingan dengan label Pantang Menyerah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pantang Menyerah. Tampilkan semua postingan
Kamis, 25 Maret 2010
SUAMI BERHATI MALAIKAT
(tulisan ini diambil dari fesbuk-nya Aidil Heryana, yang saya dapati link-nya dari YM. Luar biasa, bila benar tulisan ini adalah kisah nyata, maka ini sangat mengharukan dan mengajari kita akan makna cinta, dilihat dari salah satu sisi terbersihnya) ~Dado Binagama~
Eko Pratomo Suyatno, siapa yang tidak kenal lelaki bersahaja ini? Namanya sering muncul di koran, televisi, di buku-buku investasi dan keuangan. Dialah salah seorang dibalik kemajuan industri reksadana di Indonesia dan juga seorang pemimpin dari sebuah perusahaan investasi reksadana besar di negeri ini.
Dalam posisinya seperti sekarang ini, boleh jadi kita beranggapan bahwa pria ini pasti super sibuk dengan segudang jadwal padat. Tapi dalam note ini saya tidak akan menyoroti kesuksesan beliau sebagai eksekutif. Karena ada sisi kesehariannya yang luar biasa!!!!
Usianya sudah tidak terbilang muda lagi, 60 tahun. Orang bilang sudah senja bahkan sudah mendekati malam, tapi Pak Suyatno masih bersemangat merawat istrinya yang sedang sakit. Mereka menikah sudah lebih 32 tahun. Dikaruniai 4 orang anak.
Dari isinilah awal cobaan itu menerpa, saat istrinya melahirkan anak yang ke empat. tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Hal itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang, lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.
Setiap hari sebelum berangkat kerja Pak Suyatno sendirian memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi dan mengangkat istrinya ke tempat tidur. Dia letakkan istrinya di depan TV agar istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya sudah tidak dapat bicara tapi selalu terlihat senyum. Untunglah tempat berkantor Pak Suyatno tidak terlalu jauh dari kediamannya, sehingga siang hari dapat pulang untuk menyuapi istrinya makan siang.
Sorenya adalah jadwal memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa saja yg dia alami seharian. Walaupun istrinya hanya bisa menanggapi lewat tatapan matanya, namun begitu bagi Pak Suyatno sudah cukup menyenangkan. Bahkan terkadang diselingi dengan menggoda istrinya setiap berangkat tidur. Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun. Dengan penuh kesabaran dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke 4 buah hati mereka. Sekarang anak- anak mereka sudah dewasa, tinggal si bungsu yg masih kuliah.
Pada suatu hari…saat seluruh anaknya berkumpul di rumah menjenguk ibunya– karena setelah anak-anak mereka menikah dan tinggal bersama keluarga masing-masing– Pak Suyatno memutuskan dirinyalah yang merawat ibu mereka karena yang dia inginkan hanya satu ‘agar semua anaknya dapat berhasil’.
Dengan kalimat yang cukup hati-hati, anak yang sulung berkata:
“Pak kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak……bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu.” Sambil air mata si sulung berlinang.
“Sudah keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak, dengan berkorban seperti ini, kami sudah tidak tega melihat bapak, kami janji akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian”. Si Sulung melanjutkan permohonannya.
”Anak-anakku…Jikalau perkawinan dan hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah lagi, tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian di sampingku itu sudah lebih dari cukup,dia telah melahirkan kalian….*sejenak kerongkongannya tersekat*… kalian yang selalu kurindukan hadir di dunia ini dengan penuh cinta yang tidak satupun dapat dihargai dengan apapun. Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti ini ?? Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya seperti sekarang, kalian menginginkan bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yang masih sakit.” Pak Suyatno menjawab hal yang sama sekali tidak diduga anak-anaknya.
Sejenak meledaklah tangis anak-anak Pak Suyatno, merekapun melihat butiran-butiran kecil jatuh di pelupuk mata Ibu Suyatno..dengan pilu ditatapnya mata suami yang sangat dicintainya itu……
Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada Pak Suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yg sudah tidak bisa apa-apa….disaat itulah meledak tangisnya dengan tamu yang hadir di studio kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru.
Disitulah Pak Suyatno bercerita : “Jika manusia di dunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian itu adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 anak yang lucu-lucu..Sekarang saat dia sakit karena berkorban untuk cinta kami bersama… dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit…” Sambil menangis.
” Setiap malam saya bersujud dan menangis dan saya hanya dapat bercerita kepada Allah di atas sajadah..dan saya yakin hanya kepada Allah saya percaya untuk menyimpan dan mendengar rahasia saya…”. BAHWA CINTA SAYA KEPADA ISTRI, SAYA SERAHKAN SEPENUHNYA KEPADA ALLAH”.
Eko Pratomo Suyatno, siapa yang tidak kenal lelaki bersahaja ini? Namanya sering muncul di koran, televisi, di buku-buku investasi dan keuangan. Dialah salah seorang dibalik kemajuan industri reksadana di Indonesia dan juga seorang pemimpin dari sebuah perusahaan investasi reksadana besar di negeri ini.
Dalam posisinya seperti sekarang ini, boleh jadi kita beranggapan bahwa pria ini pasti super sibuk dengan segudang jadwal padat. Tapi dalam note ini saya tidak akan menyoroti kesuksesan beliau sebagai eksekutif. Karena ada sisi kesehariannya yang luar biasa!!!!
Usianya sudah tidak terbilang muda lagi, 60 tahun. Orang bilang sudah senja bahkan sudah mendekati malam, tapi Pak Suyatno masih bersemangat merawat istrinya yang sedang sakit. Mereka menikah sudah lebih 32 tahun. Dikaruniai 4 orang anak.
Dari isinilah awal cobaan itu menerpa, saat istrinya melahirkan anak yang ke empat. tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Hal itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang, lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.
Setiap hari sebelum berangkat kerja Pak Suyatno sendirian memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi dan mengangkat istrinya ke tempat tidur. Dia letakkan istrinya di depan TV agar istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya sudah tidak dapat bicara tapi selalu terlihat senyum. Untunglah tempat berkantor Pak Suyatno tidak terlalu jauh dari kediamannya, sehingga siang hari dapat pulang untuk menyuapi istrinya makan siang.
Sorenya adalah jadwal memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa saja yg dia alami seharian. Walaupun istrinya hanya bisa menanggapi lewat tatapan matanya, namun begitu bagi Pak Suyatno sudah cukup menyenangkan. Bahkan terkadang diselingi dengan menggoda istrinya setiap berangkat tidur. Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun. Dengan penuh kesabaran dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke 4 buah hati mereka. Sekarang anak- anak mereka sudah dewasa, tinggal si bungsu yg masih kuliah.
Pada suatu hari…saat seluruh anaknya berkumpul di rumah menjenguk ibunya– karena setelah anak-anak mereka menikah dan tinggal bersama keluarga masing-masing– Pak Suyatno memutuskan dirinyalah yang merawat ibu mereka karena yang dia inginkan hanya satu ‘agar semua anaknya dapat berhasil’.
Dengan kalimat yang cukup hati-hati, anak yang sulung berkata:
“Pak kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak……bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu.” Sambil air mata si sulung berlinang.
“Sudah keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak, dengan berkorban seperti ini, kami sudah tidak tega melihat bapak, kami janji akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian”. Si Sulung melanjutkan permohonannya.
”Anak-anakku…Jikalau perkawinan dan hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah lagi, tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian di sampingku itu sudah lebih dari cukup,dia telah melahirkan kalian….*sejenak kerongkongannya tersekat*… kalian yang selalu kurindukan hadir di dunia ini dengan penuh cinta yang tidak satupun dapat dihargai dengan apapun. Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti ini ?? Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya seperti sekarang, kalian menginginkan bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yang masih sakit.” Pak Suyatno menjawab hal yang sama sekali tidak diduga anak-anaknya.
Sejenak meledaklah tangis anak-anak Pak Suyatno, merekapun melihat butiran-butiran kecil jatuh di pelupuk mata Ibu Suyatno..dengan pilu ditatapnya mata suami yang sangat dicintainya itu……
Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada Pak Suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yg sudah tidak bisa apa-apa….disaat itulah meledak tangisnya dengan tamu yang hadir di studio kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru.
Disitulah Pak Suyatno bercerita : “Jika manusia di dunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian itu adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 anak yang lucu-lucu..Sekarang saat dia sakit karena berkorban untuk cinta kami bersama… dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit…” Sambil menangis.
” Setiap malam saya bersujud dan menangis dan saya hanya dapat bercerita kepada Allah di atas sajadah..dan saya yakin hanya kepada Allah saya percaya untuk menyimpan dan mendengar rahasia saya…”. BAHWA CINTA SAYA KEPADA ISTRI, SAYA SERAHKAN SEPENUHNYA KEPADA ALLAH”.
Minggu, 07 Desember 2008
Masih Tetap Partai Dakwah
Oleh Tifatul Sembiring
Sumber: Republika, 3 Des 2008, hal 6
Banyak orang mempertanyakan mengapa PKS mengklaim dirinya sebagai
partai dakwah. Bahkan ada yang mengatakan kalau PKS ingin berdakwah,
mengapa harus bikin partai? Silakan berdakwah di masjid-masjid, di
surau-surau atau di mushala-mushala. Tidak usah ikut-ikutan maju ke
panggung politik. Pemahaman ini sering dikemukakan oleh para pengamat
maupun politisi. Mereka menganggap PKS salah kaprah ketika ikut di
kancah politik.
Sebetulnya, hakikat dakwah adalah ishlah (dari bahasa Arab), artinya
perbaikan. Bila kita ingin memperbaiki kualitas ummat, kualitas
masyarakat, berarti kita telah melakukan ishlah. Dalam terminologi
lain, kata ishlah juga bermakna reformasi. How to reform this nation.
PKS yakin perbaikan itu dapat dilakukan secara gradual dengan
meminimalkan efek-efek destruktif tentunya. Jadi, sebagai pendukung
reformasi, PKS akan terus berjuang mengemban amanah reformasi dengan
langkah-langkah dakwah.
Dakwah memiliki tahapan. Pertama, memperbaiki diri sendiri, kemudian
keluarga, masyarakat, hingga memperbaiki negara. Inilah sekarang yang
sedang dilakukan PKS. Istilah kami berdakwah di level negara. PKS,
misalnya, menganggap parlemen sebagai mimbar dakwah. Kebijakan atau
keputusan yang dihasilkan parlemen harus membela rakyat dan berpihak
pada ummat. Dengan terlibat dalam proses pengambilan keputusan di
parlemen, PKS mengadvokasi dan memberikan manfaat kepada ummat Islam
dalam skala yang lebih luas.
PKS telah bergeser?
Akhir-akhir ini kerap muncul pertanyaan, apakah PKS telah bergeser
dari ideologi dan asas Islam? Apakah sudah tergoda oleh dunia, lalu
memunculkan iklan Soeharto, meninggalkan jati dirinya, melupakan
khiththah perjuangan, dan seterusnya?
Dalam hal ini saya tegaskan asas PKS tetap Islam. PKS tetap berangkat
dari ideologi Islam dengan moral dasar Islam dan tidak akan pernah
bergeser dari prinsip-prinsip tersebut. Prinsip-prinsip ini
sesungguhnya terinspirasi oleh Piagam Madinah dimana intinya
memberikan kebebasan beribadah bagi seluruh warga sesuai dengan
keyakinannya masing-masing, tidak saling mengganggu dan bersinergi
antar komponen bangsa.
Dalam kiprah PKS, ada yang disebut mabadi' dan ada pula kaifiyah.
Mabadi' adalah hal-hal yang bersifat prinsip, yang tsabit atau kokoh.
PKS memiliki AD/ART yang menjadi pedoman keorganisasian, falsafah
dasar perjuangan dan platform pembangunan, yang semua bersumber dari
ajaran Islam tentang keadilan. Itulah mabadi' PKS. Kaifiyah adalah
sesuatu yang bersifat operasional. Untuk kasus iklan PKS yang
diantaranya menampilkan gambar Soeharto, sebenarnya DPP PKS belum
pernah memutuskan atau mengusulkan beliau sebagai pahlawan. Pada sisi
lain, kami memahami pemberian gelar pahlawan nasional adalah domain
pemerintah, bukan PKS.
Iklan yang sempat ditayangkan dalam menyambut hari pahlawan selama
tiga hari itu mendapat kritikan dan tanggapan sangat luas dari
masyarakat dan pengamat. Sebenarnya iklan tersebut tidak bermaksud
memahlawankan Soeharto. Desain awalnya ketika muncul gambar Bung Karno
dan Pak Harto diikuti dengan kalimat: "Mereka sudah lakukan apa yang
mereka bisa". Lalu muncul gambar KH Hasyim Asy'ari dan KH Ahmad Dahlan
diikuti kalimat:"Mereka sudah memberikan apa yang mereka punya", lalu
muncul gambar selanjutnya dan seterusnya. Inilah konsep storyboard
iklan yang diperlihatkan kepada DPP.
Ungkapan yang menyatakan bahwa Soekarno dan Soeharto sudah melakukan
apa yang mereka bisa adalah ungkapan yang bersifat umum dan netral.
Soal benat atau salah tindakan mereka kita serahkan penilaiannya
kepada masyarakat. Namun, pada pengolahan iklan selanjutnya, kata guru
bangsa dimunculkan terlebih dahulu dan di sinilah letak
kontroversinya. Kami menganggap sangat wajar reaksi sebagian
masyarakat terhadap penayangan iklan yang berdurasi hanya 30 detik itu
serta masa tayang yang hanya selama tiga hari.
Hasil kreasi Tim Pemenangan Pemilu serta konsultan iklan dalam rangka
memperingati Hari Pahlawan tersebut membuat banyak mata terbelalak.
Maka tudingan PKS diduga menerima aliran dana dari Cendana dan
berbagai spekulasi pun merebak, juga fitnah-fitnah lainnya.
Secara mabadi' atau prinsip, tidak ada yang berubah dari PKS. Tidak
ada keputusan yang menyatakan Soeharto adalah pahlawan. Tidak ada
perubahan khitthah. Namun, secara kaifiyah, mungkin saja ada yang
keliru. Tentunya, merupakan kewajiban kami mengoreksi dan sebagai
bahan pertimbangan sebelum penayangan iklan-iklan berikutnya di media
massa. PKS akan tetap berjuang untuk bersih, peduli, dan profesional,
sebagaimana hal tersebut menjadi salah satu tag line kami.
Dalam hal acara rekonsiliasi nasional, ini semacam proposal untuk cut
off, memutuskan dendam sejarah agar pergantian rezim tidak diikuti
oleh cercaan dan caci maki antarpengikutnya. Betapa energi bangsa ini
akan tersia-sia karenanya. Padahal banyak permasalahan mendasar masih
menghambat laju pembangunan bangsa kita.
Banyak pengamat mengatakan, pada 2009 ini the end of a political
generation, akhir dari suatu generasi politik. Jadi, tahun 2014 nanti
akan muncul pendatang baru di panggung politik dengan mimpi baru
mereka dan juga obsesi-obsesi yang baru pula. Maka, kami memandang
jangan sampai kaki kita ditarik-tarik terus ke belakang. Mari menatap
ke depan, membangun dan memajukan bangsa, menghilangkan segala bentuk
dendam sejarah. Ini agar ada kekuatan saling percaya di antara kita
dan melangkah tanpa curiga-mencurigai.
Untuk inilah digagas rekonsiliasi dan perlu dicatat bahwa rekonsiliasi
ini tidak bermaksud akan adanya pengampunan terhadap pelanggar hukum.
Yang bersalah tetap harus diproses menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku, tanpa pandang bulu.
Demikian pula denga penghargaan terhadap tokoh-tokoh muda atau para
pemimpin "balita", dimana hal ini telah kami canangkan sejak di
mukernas di Makassar. Ini adalah semacam stimulasi agar bermunculan
sosok-sosok segar dan berkualitas dari lapisan anak muda di negeri
ini. Pada sisi lain, kita melihat seluruh calon presiden yang telah
muncul rata-rata telah berusia 60 tahun ke atas. Sebagai proposal bagi
Indonesia yang lebih bernas, tentu sah-sah saja kami mengusulkan tokoh
muda.
Kriteria 106 pemimpin "balita" ini pun masih sangat sederhana.
Pertama, mereka memiliki track record moral yang baik, belum
terkontaminasi perilaku KKN. Memiliki kompetensi dan kualitas
kepemimpinan dan telah muncul di publik serta media massa. Mereka
aktif di berbagai bidang, apakah di LSM, kampus, pekerja sosial,
budayawan, pengusaha, dan sebagainya. Kami ingin mengatakan, saat ini
setidaknya ada 106 pemimpin muda yang siap membuat bangsa ini maju dan
bermartabat di hadapan bangsa-bangsa lain.
Inilah penjelasan kami terhadap beberapa kritik yang dialamatkan
kepada PKS. Masukan-masukan tersebut sungguh kami hargai dan
merefleksikan betapa eratnya saling memiliki di antara kita, anak
bangsa. Secara substansi, kritikan-kritikan tersebut menyangkut
kaifiyah, dimana hal tersebut sangat dipengaruhi oleh dinamika
kreativitas para kader dan simpatisan. Wilayah ideologis dan asas kami
ialah Islam, tetap kokoh.
Wallohu a'lam bish-showab
Sumber: Republika, 3 Des 2008, hal 6
Banyak orang mempertanyakan mengapa PKS mengklaim dirinya sebagai
partai dakwah. Bahkan ada yang mengatakan kalau PKS ingin berdakwah,
mengapa harus bikin partai? Silakan berdakwah di masjid-masjid, di
surau-surau atau di mushala-mushala. Tidak usah ikut-ikutan maju ke
panggung politik. Pemahaman ini sering dikemukakan oleh para pengamat
maupun politisi. Mereka menganggap PKS salah kaprah ketika ikut di
kancah politik.
Sebetulnya, hakikat dakwah adalah ishlah (dari bahasa Arab), artinya
perbaikan. Bila kita ingin memperbaiki kualitas ummat, kualitas
masyarakat, berarti kita telah melakukan ishlah. Dalam terminologi
lain, kata ishlah juga bermakna reformasi. How to reform this nation.
PKS yakin perbaikan itu dapat dilakukan secara gradual dengan
meminimalkan efek-efek destruktif tentunya. Jadi, sebagai pendukung
reformasi, PKS akan terus berjuang mengemban amanah reformasi dengan
langkah-langkah dakwah.
Dakwah memiliki tahapan. Pertama, memperbaiki diri sendiri, kemudian
keluarga, masyarakat, hingga memperbaiki negara. Inilah sekarang yang
sedang dilakukan PKS. Istilah kami berdakwah di level negara. PKS,
misalnya, menganggap parlemen sebagai mimbar dakwah. Kebijakan atau
keputusan yang dihasilkan parlemen harus membela rakyat dan berpihak
pada ummat. Dengan terlibat dalam proses pengambilan keputusan di
parlemen, PKS mengadvokasi dan memberikan manfaat kepada ummat Islam
dalam skala yang lebih luas.
PKS telah bergeser?
Akhir-akhir ini kerap muncul pertanyaan, apakah PKS telah bergeser
dari ideologi dan asas Islam? Apakah sudah tergoda oleh dunia, lalu
memunculkan iklan Soeharto, meninggalkan jati dirinya, melupakan
khiththah perjuangan, dan seterusnya?
Dalam hal ini saya tegaskan asas PKS tetap Islam. PKS tetap berangkat
dari ideologi Islam dengan moral dasar Islam dan tidak akan pernah
bergeser dari prinsip-prinsip tersebut. Prinsip-prinsip ini
sesungguhnya terinspirasi oleh Piagam Madinah dimana intinya
memberikan kebebasan beribadah bagi seluruh warga sesuai dengan
keyakinannya masing-masing, tidak saling mengganggu dan bersinergi
antar komponen bangsa.
Dalam kiprah PKS, ada yang disebut mabadi' dan ada pula kaifiyah.
Mabadi' adalah hal-hal yang bersifat prinsip, yang tsabit atau kokoh.
PKS memiliki AD/ART yang menjadi pedoman keorganisasian, falsafah
dasar perjuangan dan platform pembangunan, yang semua bersumber dari
ajaran Islam tentang keadilan. Itulah mabadi' PKS. Kaifiyah adalah
sesuatu yang bersifat operasional. Untuk kasus iklan PKS yang
diantaranya menampilkan gambar Soeharto, sebenarnya DPP PKS belum
pernah memutuskan atau mengusulkan beliau sebagai pahlawan. Pada sisi
lain, kami memahami pemberian gelar pahlawan nasional adalah domain
pemerintah, bukan PKS.
Iklan yang sempat ditayangkan dalam menyambut hari pahlawan selama
tiga hari itu mendapat kritikan dan tanggapan sangat luas dari
masyarakat dan pengamat. Sebenarnya iklan tersebut tidak bermaksud
memahlawankan Soeharto. Desain awalnya ketika muncul gambar Bung Karno
dan Pak Harto diikuti dengan kalimat: "Mereka sudah lakukan apa yang
mereka bisa". Lalu muncul gambar KH Hasyim Asy'ari dan KH Ahmad Dahlan
diikuti kalimat:"Mereka sudah memberikan apa yang mereka punya", lalu
muncul gambar selanjutnya dan seterusnya. Inilah konsep storyboard
iklan yang diperlihatkan kepada DPP.
Ungkapan yang menyatakan bahwa Soekarno dan Soeharto sudah melakukan
apa yang mereka bisa adalah ungkapan yang bersifat umum dan netral.
Soal benat atau salah tindakan mereka kita serahkan penilaiannya
kepada masyarakat. Namun, pada pengolahan iklan selanjutnya, kata guru
bangsa dimunculkan terlebih dahulu dan di sinilah letak
kontroversinya. Kami menganggap sangat wajar reaksi sebagian
masyarakat terhadap penayangan iklan yang berdurasi hanya 30 detik itu
serta masa tayang yang hanya selama tiga hari.
Hasil kreasi Tim Pemenangan Pemilu serta konsultan iklan dalam rangka
memperingati Hari Pahlawan tersebut membuat banyak mata terbelalak.
Maka tudingan PKS diduga menerima aliran dana dari Cendana dan
berbagai spekulasi pun merebak, juga fitnah-fitnah lainnya.
Secara mabadi' atau prinsip, tidak ada yang berubah dari PKS. Tidak
ada keputusan yang menyatakan Soeharto adalah pahlawan. Tidak ada
perubahan khitthah. Namun, secara kaifiyah, mungkin saja ada yang
keliru. Tentunya, merupakan kewajiban kami mengoreksi dan sebagai
bahan pertimbangan sebelum penayangan iklan-iklan berikutnya di media
massa. PKS akan tetap berjuang untuk bersih, peduli, dan profesional,
sebagaimana hal tersebut menjadi salah satu tag line kami.
Dalam hal acara rekonsiliasi nasional, ini semacam proposal untuk cut
off, memutuskan dendam sejarah agar pergantian rezim tidak diikuti
oleh cercaan dan caci maki antarpengikutnya. Betapa energi bangsa ini
akan tersia-sia karenanya. Padahal banyak permasalahan mendasar masih
menghambat laju pembangunan bangsa kita.
Banyak pengamat mengatakan, pada 2009 ini the end of a political
generation, akhir dari suatu generasi politik. Jadi, tahun 2014 nanti
akan muncul pendatang baru di panggung politik dengan mimpi baru
mereka dan juga obsesi-obsesi yang baru pula. Maka, kami memandang
jangan sampai kaki kita ditarik-tarik terus ke belakang. Mari menatap
ke depan, membangun dan memajukan bangsa, menghilangkan segala bentuk
dendam sejarah. Ini agar ada kekuatan saling percaya di antara kita
dan melangkah tanpa curiga-mencurigai.
Untuk inilah digagas rekonsiliasi dan perlu dicatat bahwa rekonsiliasi
ini tidak bermaksud akan adanya pengampunan terhadap pelanggar hukum.
Yang bersalah tetap harus diproses menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku, tanpa pandang bulu.
Demikian pula denga penghargaan terhadap tokoh-tokoh muda atau para
pemimpin "balita", dimana hal ini telah kami canangkan sejak di
mukernas di Makassar. Ini adalah semacam stimulasi agar bermunculan
sosok-sosok segar dan berkualitas dari lapisan anak muda di negeri
ini. Pada sisi lain, kita melihat seluruh calon presiden yang telah
muncul rata-rata telah berusia 60 tahun ke atas. Sebagai proposal bagi
Indonesia yang lebih bernas, tentu sah-sah saja kami mengusulkan tokoh
muda.
Kriteria 106 pemimpin "balita" ini pun masih sangat sederhana.
Pertama, mereka memiliki track record moral yang baik, belum
terkontaminasi perilaku KKN. Memiliki kompetensi dan kualitas
kepemimpinan dan telah muncul di publik serta media massa. Mereka
aktif di berbagai bidang, apakah di LSM, kampus, pekerja sosial,
budayawan, pengusaha, dan sebagainya. Kami ingin mengatakan, saat ini
setidaknya ada 106 pemimpin muda yang siap membuat bangsa ini maju dan
bermartabat di hadapan bangsa-bangsa lain.
Inilah penjelasan kami terhadap beberapa kritik yang dialamatkan
kepada PKS. Masukan-masukan tersebut sungguh kami hargai dan
merefleksikan betapa eratnya saling memiliki di antara kita, anak
bangsa. Secara substansi, kritikan-kritikan tersebut menyangkut
kaifiyah, dimana hal tersebut sangat dipengaruhi oleh dinamika
kreativitas para kader dan simpatisan. Wilayah ideologis dan asas kami
ialah Islam, tetap kokoh.
Wallohu a'lam bish-showab
Selasa, 01 April 2008
Taushiyah Singkat 55 : Pantang Menyerah
Saudaraku,
Mengapa kau begitu jemu menjalani hidup ini?
Mengapa kau tidak ingin berbuat banyak, padahal banyak hal bisa kau perbuat?
Mengapa kau malas untuk merealisasikan impianmu sendiri?
Mengapa kau begitu tidak bersemangat untuk membuktikan bahwa kau mampu!
Ingatlah sahabatku, Alloh Ta'ala masih dan akan selalu bersamamu.
Selama engkau senantiasa menyandarkan semua harapan dan hasil kerjamu pada-Nya.
Jadilah hamba yang dibanggakan Alloh Swt, dan ummat kebanggaan Rosululloh Saw!
Kau pasti bisa! Aku yakin itu.
Langganan:
Postingan (Atom)