tag:blogger.com,1999:blog-10559415930517827362024-03-14T01:06:10.548-07:00" Renungan Hati ""Kehidupan hati, adalah sumber dari segala kebaikan. Kematian hati, adalah sumber dari segala keburukan. Hati tidak bisa hidup dan sehat, kecuali dengan menjadikan Alloh Swt, sebagai Tuhannya, Tujuan hidupnya, dan Sesuatu yang paling dicintainya." (Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah)Abu Fauzanhttp://www.blogger.com/profile/10244044276040129483noreply@blogger.comBlogger96125tag:blogger.com,1999:blog-1055941593051782736.post-86364208432632236272013-08-07T19:38:00.001-07:002013-08-07T20:17:57.289-07:00Selamat Iedul Fitri 1434 H<i>Assalaamu'alaikum wa rohmatullohi wa barokaatuh,</i><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Saudaraku yang sholih-ah, sahabat yang menginspirasi dan rekan-rekan bloger yg baik. </span><br />
<br />
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Insya Alloh, 1 Syawal 1434 H ini akan aku jadikan titik kembali aktifnya blog KEAJAIBANHATI ini :-)</span></span><br />
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Mohon doa dan dukungan-nya dari rekan-rekan sekalian, agar semangat menulisku bisa bangkit lagi,
dan makin terasah seiring dengan berjalan-nya waktu.</span></span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">SEMUA komentar juga akan aku jawab secara bertahap, maka mohon kesabaran-nya ya..
kita sama-sama belajar, and it will never have an ending.
<b> </b></span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Certainly yes, we can change our destiny, with hope, pray and effort.
But we must not forgetting something, that we won't never know whether our destiny is already changed or not?
before it happened.</b></span><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYitQscXKfrsJDjw2if0wJT9KmGeMOsK2hh1IIivK2D0FbfiYxyDP07g6WWTo8QVEdtgrs1xSvC6BRoIV2MUobLiEWJQDQLE5d2EiCQCPDyh18QazHIpyxs1M7BbOmg4hTL189LmzWCE4/s1600/japanese-flower.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYitQscXKfrsJDjw2if0wJT9KmGeMOsK2hh1IIivK2D0FbfiYxyDP07g6WWTo8QVEdtgrs1xSvC6BRoIV2MUobLiEWJQDQLE5d2EiCQCPDyh18QazHIpyxs1M7BbOmg4hTL189LmzWCE4/s320/japanese-flower.jpg" /></a></b></span></div>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
SO, let's keep our spirit!
JANGAN bersikap lemah, minta tolonglah hanya kepada Alloh 'Azza wa Jalla. </span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">JUST DO YOUR BEST, and LET IT BACK TO ALLOH ^_^ </span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Salam hangat, </span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Dado Binagama</span>Abu Fauzanhttp://www.blogger.com/profile/10244044276040129483noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1055941593051782736.post-43483567161900413922011-02-08T22:38:00.000-08:002011-02-09T01:38:09.591-08:00DIMANAKAH KITA?!Menangislah...<br />Mungkin itulah kata yang tepat, untuk pertama kali saya ucapkan pada diri ini (jiwa dan ruh ini) ... Karena begitu 'menonjok'-nya nasihat dari salah satu sahabat Rosululloh SAW yang mulia ini.<br /><br />"Duhai Alloh yang Maha Mengampuni, ampuni aku.. Wahai Robb yang Maha Menyayangi, sayangi aku.."<br /><br />Dado Binagama<br /><br />---)|(---<br /><br /><br />Aku khawatir terhadap suatu masa yang rodanya dapat menggilas keimanan.<br />Keyakinan tinggal pemikiran, yang tidak berbekas pada perbuatan.<br />Banyak orang baik, tapi tidka berakal..<br /><br />Ada orang berakal, tapi tidak beriman..<br /><br />Ada yang berlidah fasih, tapi berhati lalai..<br /><br />Ada yang khusyuk, tapi sibuk dalam kesendirian..<br /><br />Ada yang ahli ibadah, tapi mewarisi kesombongan iblis..<br /><br />Ada yang ahli maksiat, tapi rendah hati bagaikan sufi..<br /><br />Ada yang banyak tertawa hingga hatinya berkarat, dan..<br /><br />Ada yang banyak menangis karena kufur nikmat..<br /><br />Ada yang murah senyum, tapi hatinya mengumpat..<br /><br />Ada yang berhati tulus, tapi wajahnya cemberut..<br /><br />Ada yang berlisan bijak, tapi tak memberi teladan..<br /><br />Ada pezina, yang tampil jadi figur..<br /><br />Ada yang punya ilmu, tapi tidak paham..<br /><br />Ada yang paham, tapi tidak menjalankan..<br /><br />Ada yang pintar, tapi membodohi..<br /><br />Ada yang bodoh, tapi tak tahu diri..<br /><br />Ada yang beragama, tapi tidak berakhlak..<br /><br />Ada yang berakhlak, tapi tidak ber-Tuhan..<br /><br />Lalu, diantara semua itu.. aku ada dimana?!<br /><br />(ALI BIN ABI THOLIB, rodhiyaLLohu 'anhu)Abu Fauzanhttp://www.blogger.com/profile/10244044276040129483noreply@blogger.com13tag:blogger.com,1999:blog-1055941593051782736.post-35143755585919066882011-01-17T23:26:00.000-08:002011-01-17T23:33:56.406-08:00Lelaki AkhiratTulisan dibawah ini saya kutip, karena sangat memberikan inspirasi dan motivasi untuk selalu istiqomah dan semangat menjaga cita-cita tertinggi setiap dai: syahid fi sabilillah..<br /><br />Kadar dan proposi seseorang dalam perannya di dunia, tidak boleh melupakan dan menggeser cita-cita perjuangannya, walaupun sedikit!<br /><br />Selamat membaca kisah nyata dibawah ini:<br /><br />--------------------------------<br /><br /><br />BRIGADE IZZUDIN AL-QOSSAM, sangat ditakuti israel. Tak mudah memang menjadi anggota brigade ini, benar-benar mujahid pilihan. Tangguh, skill tempur yang tinggi, mental membaja, tekad yang kuat, dan semangat jihad yang senantiasa menggelora, bergemuruh di jiwa mereka, tak pernah padam, dilandasi keimanan yang kokoh dan keikhlasan dalam berjuang. Jika belum hafizh al-Qur’an (30 juz), tak bisa masuk dalam pasukan elit ini. Wajar jikaisrael gentar nyalinya, meski dipersenjatai dengan tank baja, senjata mutakhir dan pesawat tempur canggih pasokan amerika serikat. Tentara langit tentu berbeda dengan tentara bumi. Lelaki akhirat pasti berbeda dengan lelaki bumi. Prajurit fikroh dan aqidah pasti berbeda dengan prajurit dengan ambisi duniawi dan polutannya.<br /><br />Suatu ketika seorang ikhwah diizinkan masuk ke terowongan bawah tanah milik Hamas. Disitu ia bertemu dengan satu katibah al-Qassam. Semua memakai penutup wajah, sehingga ikhwah ini tak bisa melihat wajah dan tak kenal siapa lelaki-lelaki akhirat ini. Berkali-kali ia membujuk agar diizinkan melihat wajah pasukan khusus ini, tak seorangpun yang membukanya. Melihat keinginan kuatnya, akhirnya satu persatu mujahid membuka penutup wajahnya, semuanya, kecuali satu orang. Ikhwah ini kembali membujuk, hingga menyebut nama Allah, barulah ia mau menampakkan wajahnya. Betapa terkejutnya ikhwah ini, termasuk sebagian mujahidin al-Qassam, karena lelaki terakhir yang membuka penutup wajah itu, yang tak ingin orang-orang mengenalnya, yang sering terjun langsung berjihad melalui terowongan bawah tanah itu, yang menggentarkan tentaraisrael la’natullah, ternyata adalah orang nomor satu di Pemerintahan Palestina, pejabat tertinggi negara, perdana menteri, Ustadz Ismail Hanniyah. Allaahu Akbar…Allaahu Akbar.<br /><br />Ikhwah fillah, <br /><br />Sesungguhnya banyak kisah menakjubkan dari mujahid-mujahid ikhwan yang patut menjadi contoh dan penumbuh semangat kita untuk bergerak di jalan dakwah ini. Beliau yang di satu sisi berpenampilan rapi, berjas berdasi, memimpin rapat-rapat kenegaraan bersama menteri-menteri, menerima tamu-tamu negara, tapi di saat lain ia al-hafizh berada di dalam terowongan bersama lelaki-lelaki akhirat, ia adalah anggotabrigade super khusus yang siap menggempur israel la’natullah. Begitu sulit merangkai kata menjelaskannya.<br /><br />Ikhwah fillah,<br /><br />Sementara kita disini merangkai amal demi amal, berharap dengan amal yang sedikit ini mampu membuat kita dipilih oleh Allah menjadi lelaki dan wanita akhirat, lelaki dan wanita surga. Maka kita malu jika lalai dalam ibadah, malu jika lalai menghadiri usroh dan liqo-liqo apapun termasuk atas keterlambatan hadir, malu jika amanah dakwah tidak sempurna kita tunaikan, malu jika tidak memiliki semangat dalam harokah ini, malu untuk menyusun kata atas seringnya udzur, malu jika masih memiliki prasangka negatif kepada ikhwah, qiyadah dan jamaah ini, malu jika kita masih memiliki lintasan harapan keduniaaan dalam dakwah ini, berupa ambisi jabatan, popularitas, maupun kepentingan-kepentingan pribadi. Lindungi kami ya Allah. <br /><br />Ikhwah fillah, yakinilah bahwa setiap apapun yang kita lakukan untuk dakwah ini, perjalanan kita menghadiri liqo di siang dan malam hari, ataupun rapat, aksi, silaturahim, maupun program dakwah lainnya, pasti dicatat oleh Allah SWT. Bahkan atsar atau bekas-bekas amal yang kita tinggalkan pun akan dikumpulkan Allah dalam Kitab-Nya. Ilmu dan nasihat yang kita sampaikan dalam halaqoh, ide-ide hasanah yang kita sampaikan dalam rapat-rapat…semua amal dan bekas-bekasnya itu, akan dikumpulkan lagi oleh Allah SWT. Allaahu Akbar.<br /><br />Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang yang telah mati dan Kami mencatat apa-apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang nyata (QS Yasin:12)<br /><br />Oleh karena itu ikhwah fillah, berikan yang terbaik dalam setiap amal kita, berikan yang terbaik dalam setiap liqo’ kita, landasi setiap amal dan pembicaraan dengan keikhlashan, pasti Allah mencatat itu semua.<br /><br />Sumber : milist PKPUAbu Fauzanhttp://www.blogger.com/profile/10244044276040129483noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1055941593051782736.post-86131513996117332402010-12-03T03:51:00.000-08:002010-12-03T04:10:56.295-08:00Kecewa Pertanda Cinta<blockquote><br /><span style="font-style:italic;">Tulisan ini sangat bagus. Bahasanya sederhana, analoginya pun tepat. Menyentuh sanubari dan ruang kesadaran, menggugah daya kritis akal yang selalu menuntut untuk dipenuhi..<br />Semoga setelah membaca tulisan ini, tidak ada lagi jiwa-jiwa perfeksionis, yang menempatkan manusia pada tempat yang tidak semestinya..</span><br /></blockquote><br />---------------------------------------------------------<br /><br /><br />“Orang-orang partai politik itu mudah kecewa. Begitu keinginannya tidak terpenuhi, lalu keluar dari partainya dan membuat partai baru”, kata seorang teman kuliah di Lemhannas berapi-api. Aku hanya mengatakan, “Tergantung partainya, dan tergantung orangnya”. Dia terus saja mengomel tentang jeleknya orang-orang parpol, dan jawabanku pun tetap sama.<br /><br />Ini soal perasaan kecewa. Sesungguhnyalah kecewa muncul karena adanya harapan yang tidak kesampaian. Ada harapan yang ditanam, dan ternyata tidak didapatkan dalam kenyataan. Inilah yang menyebabkan muncul kekecewaan. Jarak yang terbentang antara harapan dengan kenyataan itulah ukuran besarnya kekecewaan. Semakin lebar jarak yang terbentang, semakin besar pula kekecewaan. Oleh karena itu, kecewa itu ada di mana-mana, di lingkungan apa saja, di dunia mana saja, selalu ada kecewa.<br /><br />Mari kita mulai dari yang paling kecil dan sederhana. Kadang kita kecewa dengan diri kita sendiri. “Mengapa saya tidak begini, mengapa saya tidak begitu”, adalah contoh kekecewaan yang kita alamatkan kepada keputusan kita sendiri yang telah terjadi. Kita menyesal di kemudian hari.<br /><br />Dalam kehidupan rumah tangga yang isinya hanya dua orang saja, yaitu suami dan isteri, bisa muncul kekecewaan. Suami kecewa kepada isteri, dan isteri kecewa kepada suami. Hidup berdua saja bisa menimbulkan kecewa, apalagi kehidupan organisasi atau negara. Jika di dalam rumah tangga mulai ada anak-anak, kekecewaan bisa bertambah luas. Anak kecewa dengan sikap orang tuanya, dan orang tua kecewa dengan kelakuan anaknya. Satu anak dengan anak lainnya juga bisa saling kecewa mengecewakan.<br /><br />Satu keluarga bisa kecewa atas perbuatan keluarga lainnya dalam sebuah lingkungan tempat tinggal. Satu desa bisa kecewa dengan desa lainnya dalam satu kecamatan. Indonesia sangat kecewa dengan sikap Amerika yang arogan, kecewa dengan sikap Israel yang merampas hak warga sipil Palestina secara semena-mena. Sebagaimana Amerika kecewa dengan Indonesia karena kurang akomodatif dengan kebijakan Amerika. Israel kecewa dengan Indonesia karena tidak mau membuka hubungan diplomatik dengan Israel.<br /><br />Jamaah sebuah masjid bisa kecewa dengan sikap imam masjid, sebagaimana imam masjid bisa kecewa dengan kondisi jamaah. Masyarakat gereja bisa kecewa terhadap pendeta sebagaimana pendeta bisa kecewa terhadap keadaan jemaatnya. Suporter sepak bola sering kecewa terhadap tim yang dibelanya, sebagaimana pemain sepak bola sering kecewa kepada sikap para suporter.<br /><br />TNI bisa kecewa terhadap kebijakan dan sikap Polri sebagaimana Polri bisa kecewa terhadap TNI. Angkatan Darat bisa kecewa terhadap Angkatan Laut dan Udara, sebagaimana Angkatan Laut bisa kecewa terhadap Angkatan Darat dan Udara, atau Angkatan Udara kecewa terhadap Angkatan Darat dan Angkatan Laut. Di Angkatan Darat, seorang komandan bisa kecewa terhadap anak buahnya, sebagaimana anak buah bisa kecewa kepada komandannya.<br /><br />Dalam gerakan dakwah, seorang kader bisa kecewa kepada pemimpin, sebagaimana pemimpin bisa kecewa atas sikap para kader. Seorang kader PKS menyampaikan pesan lewat SMS kepada saya, yang isinya mengatakan sangat kecewa dengan PKS dan akan keluar serta bergabung dengan sebuah gerakan dakwah tertentu, sebut saja gerakan G. Saya menjawab dengan dua kali jawaban. Pertama, bahwa hak masuk dan keluar dari PKS adalah di tangan anda sendiri, tak ada yang boleh memaksa. Kedua, kalau anda keluar dari PKS karena kecewa dan akan bergabung dengan gerakan dakwah G, maka ketahuilah bahwa gerakan G itu juga pernah mengecewakan anggotanya. Ada banyak orang kecewa dari gerakan G dan berpindah ke gerakan yang lainnya. Di setiap gerakan dakwah, selalu ada orang yang kecewa dan meninggalkan gerakan dakwah itu. Selalu.<br /><br />Sepanjang sejarah kemanusiaan paska masa kenabian, tidak ada satupun organisasi yang tidak pernah mengecewakan anggotanya. Semua organisasi, semua gerakan, semua harakah pernah mengecewakan anggotanya. Selalu ada anggota organisasi atau anggota gerakan yang kecewa dan terluka. Selalu.<br /><br />Ini bukan soal benar atau salahnya kondisi tersebut. Ini hanya potret sesungguhnya, begitulah kenyataan yang ada. Cobalah sebut satu saja contoh organisasi, ormas, gerakan dakwah, instansi, atau apapun. Pasti ada riwayat pernah ada anggota atau pengurus yang kecewa. Kalau tidak ada yang pernah dikecewakan, berarti organisasi tersebut belum pernah beraktiviktas nyata.<br /><br />Bahkan organisasi yang dibuat dari kumpulan orang kecewa, pasti pernah mengecewakan anggotanya pula. Misalnya sekelompok orang kecewa dengan kebijakan organisasi A, lalu mereka menyingkir dan berkumpul. Mereka bersepakat, “Kita berkumpul di sini karena dikecewakan para pemimpin kita. Sekarang kita himpun potensi kita, dan kita berjanji untuk tidak saling mengcewakan lagi. Jangan ada yang dikecewakan disini”. Tatkala mereka sudah eksis sebagai organisasi, maka pasti ada yang kecewa di antara mereka.<br /><br />Mereka tidak tahu, bahwa kecewa itu tanda cinta. Kalau tidak cinta, tidak mungkin kecewa. Karena cinta, maka muncullah berbagai harapan kita. Setelah harapan tertanam, ternyata apa yang kita lihat dan kita alami tidak seperti yang diharapkan. Maka muncullah kecewa.<br /><br />Mengapa beberapa orang parpol yang kecewa lalu membuat parpol baru lagi ? Karena boleh menurut Undang-undang. Coba kalau Undang-undang membolehkan membuat TNI baru, atau Polri baru, atau Mahkamah Agung baru, atau DPR baru, pasti sudah banyak orang membuat dari dulu. Banyak orang kecewa dengan TNI, banyak orang kecewa dengan Polri, banyak orang kecewa dengan Mahkamah Agung, banyak orang kecewa dengan DPR, banyak orang kecewa dengan Presiden dan Wakil Presiden, banyak orang kecewa dengan Menteri, banyak orang kecewa dengan Gubernur, Bupati, Walikota, Camat, Kepala Desa, Ketua RW atau Ketua RT.<br /><br />Jadi, kecewa itu ada dimana-mana, karena cinta ada dimana-mana, karena harapan ada dimana-mana. Namun muncul pertanyaan, pantaskah kita tidak berani memiliki harapan karena takut dikecewakan ? Jawabannya jelas, tidak pantas !<br /><br />Karena harapan itulah yang membuat kita bersemangat, karena harapan itulah yang membuat kita bekerja, karena harapan itulah yang membuat kita selalu berusaha melakukan dan memberikan yang terbaik, bahkan karena harapan itu pula yang membuat kita ada. Jangan takut memiliki harapan masuk surga. Jangan takut memiliki harapan Indonesia yang makmur dan sejahtera. Jangan takut memiliki harapan Indonesia menjadi negara paling adil dan paling maju di seluruh dunia.<br /><br />So, teruslah memiliki dan memupuk harapan. Teruslah bekerja, teruslah berkarya, hingga akhir usia. Jangan takut kecewa.<br /><br />Pancoran Barat 30 Nopember 2010<br />taken from: http://cahyadi-takariawan.web.id/?p=519Abu Fauzanhttp://www.blogger.com/profile/10244044276040129483noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1055941593051782736.post-75798309713219187882010-10-20T00:38:00.000-07:002010-10-20T00:58:06.803-07:00Hidayat Nur Wahid: Konspirasi Internasional di Balik Terorisme<span style="font-weight:bold;">Ada keinginan global agar bangsa Indonesia ini menjadi bangsa yang lemah.<br /></span><br />dakwatuna.com – Merebaknya aksi-aksi terorisme di Indonesia menyeret kalangan pesantren dan alumni dari universitas-universitas di Timur Tengah ke dalam pandangan stereotipe oleh banyak kalangan, bahkan dari aparat penegak hukum.<br /><br />Seolah hendak menyelesaikan masalah dengan cepat, aparat keamanan justru melihat persoalan ini melalui perspektif yang dangkal, yaitu sebatas pada simbol-simbol keislaman. Pendangkalan perspektif ini mengakibatkan kecerobohan dalam pengambilan tindakan. Mereka yang berjenggot dan berbaju gamis ditangkap dan dakwah diawasi.<br /><br />Ketua MPR RI (periode 2004 – 2009, red.) Hidayat Nur Wahid melihat persoalan ekstremisme dan terorisme jauh lebih dalam. Menurutnya, ekstremisme dan terorisme tidak dapat dipisahkan dari kebijakan ekonomi, politik, dan militer negara-negara besar yang tidak mengindahkan prinsip-prinsip keadilan. Ia menjelaskan, kebijakan tersebut merupakan sebab, sedangkan aksi terorisme adalah akibat.<br /><br />Kepada Damanhuri Zuhri dan Ali Rido dari Republika, Hidayat memaparkan beberapa pandangan mengenai terorisme dan solusi untuk merajut hubungan yang lebih harmonis antara umat Islam dan pengambil kebijakan global. Berikut petikannya.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Belakangan ini, banyak pihak mengaitkan isu terorisme di Indonesia dengan gerakan Islam radikal di Timur Tengah (Timteng). Kecurigaan ini meluas kepada alumni dari universitas-universitas di Timteng. Bagaimana sebenarnya karakter pemikiran keislaman alumni Timteng?<br /></span><br />Alumni Timur Tengah sebenarnya seperti juga alumni dari lembaga-lembaga pendidikan di negara lainnya, alumninya punya ragam karakter dan pandangan. Namun, secara prinsip, karena Islam datang dari Makkah, Madinah, yang keduanya di Timteng, harapannya pemikiran Islam melanjutkan tradisi terdahulu ketika Islam dihadirkan sebagai agama dakwah. Yaitu, dakwah yang bijak, dialogis, menampilkan Islam yangrahmatan lil ‘alamin, serta menuntun manusia menjadi khairunnasi ‘anfauhum linnas (sebaik-baik manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya).<br />Azyumardi Azra dalam disertasinya menulis, ulama dari Timteng mempunyai pengaruh yang positif dalam kehidupan sosial dan keagamaan di Indonesia. Ada Syekh Ahmad Khatib Minangkabawi yang pernah menjadi imam di Masjidil Haram. Ada pula Syekh Nawawi Al-Bantani yang karya tafsirnya sangat dihormati di Timur Tengah.<br /><br />Ada dua murid Syekh Minangkabawi yang tersohor dan menghadirkan Islam di Indonesia dengan wajah moderat, yaitu Ahmad Dahlan dan Hasyim Asy’ari. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah dan Hasyim Asy’ari mendirikan Nahdlatul Ulama (NU). Dengan demikian, Islam Indonesia yang moderat ternyata dasar pemikirannya dari Timur Tengah, bukan dari mana-mana.<br /><br />Pada era berikutnya, ada Prof Dr HM Rasyidi. Beliau yang menghubungkan delegasi dari Indonesia yang waktu itu dipimpin Sutan Syahrir untuk bertemu dengan tokoh-tokoh di Timteng, termasuk dengan Imam Hasan Al-Banna, pemimpin organisasi Ikhwanul Muslimin di Kairo. Delegasi ini mencari dukungan bagi kemerdekaan Indonesia. Dan, Imam Hasan Al-Banna menjadi tokoh pertama yang mengobarkan dukungan untuk kemerdekaan Indonesia.<br />Tokoh-tokoh Indonesia saat ini yang kita kenal moderat juga banyak yang alumni Timteng. Artinya, beragam kesan alumni Timteng sangat ekslusif dan tidak mungkin mengindonesia dan tidak mungkin membaur, ternyata terbantahkan dengan hadirnya mereka.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Namun, sekarang muncul asumsi bahwa radikalisme beragama di Indonesia berakar dari Wahabisme yang lahir dan berkembang di Arab Saudi. Pendapat Anda?<br /></span><br />Apakah orang yang belajar di Madinah dan Makkah serta-merta adalah Wahabi? Pasti tidak. Mengapa? Karena, kita tahu yang mendirikan NU dan Muhammadiyah juga alumni Makkah. Apakah Anda akan mengatakan, NU dan Muhammadiyah adalah Wahabi? Tidak. Mengapa? Karena, gerakan Wahabi adalah satu pemikiran yang berkembang di sebagian kawasan di Timteng yang mengharamkan partai politik dan sistem demokrasi.<br /><br />Saya dan kawan-kawan membuat dan mendirikan partai politik, berjuang untuk umat melalui partai politik. Apa iya saya mendirikan partai politik untuk menjadi ahlul bidah. Dan, karenanya menjadi dlalalah (sesat–Red), lalu disebut fin-naar (di neraka–Red)?<br /><br />Lembaga pendidikan di Arab Saudi tidak pernah melarang alumninya untuk bergerak di berbagai bidang kehidupan. Kami juga tidak pernah diajari harus mem-bidahkan orang lain atau memusyrikkan orang lain. Justru, kami diajari bagaimana berdakwah sesuai dengan Alquran dan sunah. Kemudian, misalnya, ada yang melakukan tindak kekerasan atas nama agama, saya yakin itu bukan merupakan ajaran mainstream dari Timteng pada tingkat umum atau tingkat Arab Saudi.<br /><br />Pada level kehidupan sosial politik, alumni Timteng tidak serta-merta harus diartikan sebagai sesuatu yang antinegara, tidak taat hukum, tidak mengerti aturan, tidak mengerti hukum, menjadi yang paling terlambat, atau kalau mengelola keuangan menjadi yang paling buruk. Kita tahu bahwa Menteri Agama Bapak M Maftuh Basyuni sangat bagus dalam komitmen dan upaya memberantas korupsi di departemennya.<br /><br />Saya sendiri adalah pimpinan MPR yang pertama kali melaksanakan sosialisasi UUD RI tahun 1945. Ini belum terjadi pada masa-masa sebelumnya. Sekarang inilah justru UUD 1945 disosialisasikan melalui beragam metode, di pusat, di daerah, bahkan di luar negeri. Di dalam UUD, tentunya ada NKRI dan karena itu kita menyatakan UUD 1945 tidak bisa diubah.<br /><br />Ketika melakukan sosialisasi itu, kita bekerja sama dengan rekan-rekan dari banyak partai. Semuanya berjalan dengan sangat harmonis, sangat kooperatif. Mereka sangat akrab dan saling dukung. Itu artinya, walapun saya alumnus Timteng dan mantan ketua partai Islam, saya tetap bisa diterima rekan-rekan saya anggota MPR dari lintas partai. Mereka tahu, kami bukan ancaman bagi mereka karena kami mengembangkan sikap hidup yang terbuka dan toleran.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Menurut Anda, dari mana akar radikalisme atau ekstremisme beragama di Indonesia?<br /></span><br />Permasalahan ini perlu pengkajian yang komprehensif dan mendalam. Jika orang menyebut ekstremisme dan terorisme dari Timur Tengah, itu karena ada masalah di Palestina. Palestina adalah kondisi di mana satu bangsa sedang memperjuangkan kemerdekaannya dari penjajah Israel.<br /><br />Nah, dahulu kita memiliki kondisi yang agak mirip. Dalam peristiwa Bandung Lautan Api, Muhammad Thoha meledakkan diri dan tidak ada yang mengatakan bahwa Muhammad Thoha seorang teroris. Justru, dia seorang pahlawan kemerdekaan.<br /><br />Sama halnya dengan aksi peledakan diri para pejuang Palestina. Jadi, ada yang berpandangan bahwa akar terorisme itu karena konflik berkepanjangan di Timteng. Kemudian, berkembang dengan konflik di Afghanistan dan Irak.<br />Kalau memang konflik ini menjadi salah satu sebab berkembangnya ekstremisme dan terorisme, siapa yang menciptakan konflik ini? Yang menjajah Palestina adalah Israel dengan dukungan Inggris dan sekutu-sekutunya. Yang menjajah Afghanistan adalah Rusia dan Amerika. Bahkan, yang mendidik Osama bin Ladin adalah CIA (Central Intelligence Agency). Di Irak, seandainya tidak ada ekspansi Amerika, saya rasa tidak ada kerusuhan di sana.<br />Kita harus berani jujur mengatakan bahwa ini permasalahan yang tidak sederhana. Akibat dari penjajahan Israel terhadap Timteng; akibat penjajahan Rusia terhadap Afghanistan; akibat penyerangan Amerika terhadap Irak, ekstremisme itu muncul.<br /><br />Saya tertarik dengan analisis Pak Hendro Priyono bahwa akar terorisme ada dua. Selain terkait dengan problematika internal umat, juga terkait dengan hegemoni negara lain melalui penjajahan, kesemena-menaan, dan ketidakadilan.<br />Oleh karena itu, kalau kita ingin menyelesaikan masalah ini, jangan hanya akibatnya yang diselesaikan. Kalau sebabnya tidak diselesaikan, bagaimana mungkin akibat itu akan menjadi tiba-tiba selesai.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Kekuatan apa yang mampu menghadapi negara-negara produsen ketidakadilan itu?<br /></span><br />Menurut saya, diperlukan satu tata dunia baru karena Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kini sudah mandul, tidak bisa mengoreksi perilaku jahatnya Israel. Begitu banyak resolusi PBB yang dimentahkan oleh negara adikuasa yang punya hak veto dan itu sesuatu yang aneh.<br /><br />Orang selalu berbicara demokrasi, tapi ada negara yang punya hak veto dalam lembaga internasional. Ini demokrasi macam apa? Ya, nggak ada demokrasi kalau masih ada hak veto. Apalagi hak vetonya permanen dan tidak bisa dikoreksi.<br /><br />Nah, tata dunia baru yang kita harapkan betul-betul menghadirkan pendekatan yang berkeadilan dan berorientasi kesejahteraan. Betul-betul berprinsip pada kesetaraan, saling menghormati, dan mencari solusi terbaik terhadap perkara-perkara yang ada.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Terkait dengan masalah dalam negeri, bagaimana seharusnya pihak aparat mengambil kebijakan terhadap kelompok-kelompok Islam tertentu yang sudah dituding sebagai biang ekstremisme?<br /></span><br />Saya kira, sebagaimana pihak polisi bekerja sama dengan pihak-pihak dari Amerika dan Australia, akan bijak jika polisi juga bekerja sama dengan pihak-pihak di Indonesia. Isu ini dikaitkan dengan pesantren sehingga polisi dapat bekerja sama dengan komunitas pesantren, baik itu melalui jalur ormas LSM, parpol, maupun para tokoh. Kalau polisi bisa kerja sama dengan Australia dengan Amerika, masak tidak bisa bekerja sama dengan sesama warga bangsanya.<br />Polisi itu mengayomi masyarakat. Tugas ini bisa dilakukan dengan maksimal ketika kepolisian mengenali masalah dari akarnya, dari sumbernya, dan kemudian menghadirkan solusi yang baik. Mencari solusi masalah ini ibarat menarik rambut dari tepung tanpa harus terputus rambutnya dan tanpa harus terbelah tepungnya.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Apa pesan Anda untuk kaum Muslim, khususnya generasi muda supaya menampilkan Islam yang rahmatan lil alamin?<br /></span><br />Pesan saya adalah Anda tidak perlu merasa bahwa Anda calon tertuduh sebagai teroris. Dan, kemudian Anda takut ke masjid, takut berlaku santun, takut menggunakan simbol-simbol keislaman. Kalau Anda melakukan itu, menanglah teroris.<br /><br />Saya khawatir, bagian dari maksud terorisme adalah keinginan global agar bangsa Indonesia ini menjadi bangsa yang lemah. Ketika kita saling mencurigai, saling menuduh, anak mudanya tidak lagi suka ke masjid, tidak kuat beragama, lebih suka berbuat amoral, atau mengonsumsi narkoba; Indonesia pasti menjadi negara yang lemah.<br /><br />Buktikan keislaman Anda, kesantunan Anda, aktifnya Anda di masjid, di parpol, atau ormas Islam karena berangkat dari ideologi Islam yang benar. Buktikan bahwa Islam dan bangsa Indonesia adalah bangsa yang berkeunggulan. Dan, itu bisa kita lihat gerakan pemuda Islam dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.<br /><br />Dalam sejarah, H Agus Salim pada masa mudanya bergerak untuk kemerdekaan bangsa. HOS Cokroaminoto ketika muda membuat partai Islam yang pertama kali di Indonesia. Samanhudi bergerak di Syarikat Dagang Islam. Jadi, para pahlawan nasional kita yang menjadi tonggak sejarah berdirinya bangsa ini adalah yang muda, santun, dan dekat dengan masjid. Maka, jadilah Anda pahlawan berikutnya.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Anda tadi menyebutkan ada semacam konspirasi internasional untuk melemahkan bangsa Indonesia. Apa indikasinya?<br /></span><br />Saat terjadi bom Bali II, saya katakan ini tidak ada kaitannya dengan agama apa pun. Ini lebih disebabkan persaingan bisnis pariwisata internasional. Ternyata, saya dibenarkan oleh Ketua Kadin Bali, I Ketut Gde Wiratna. Dia mengatakan bahwa ini memang tidak ada hubungannya dengan agama.<br /><br />Di Bali, Hindu dan Islam sangat dekat, sangat akrab, bahkan berdirinya beragam budaya di Bali selalu terkait dengan dukungan umat Islam sehingga di Bali begitu banyak komponen dan komunitas Muslim karena diberikan hak oleh raja-raja di Bali.<br /><br />Ketika terjadi bom Bali I, yang pertama kali membantu adalah umat Islam. Di agama Hindu, ada kepercayaan bahwa darah yang tertumpah bisa mengakibatkan karma buruk.<br /><br />Terkait dengan masalah terorisme, ada kepentingan untuk melemahkan Indonesia melalui cara ini. Tampaknya, banyak negara yang khawatir bila demokratisasi di Indonesia menghadirkan Indonesia yang kuat.<br /><br />Kekhawatiran negara lain yang tidak suka Indonesia menjadi kuat tampak setelah pemilihan presiden.Nggak ada ba-bi-bu, kemudian meledaklah bom supaya mengesankan bahwa demokrasi di Indonesia ternyata tidak bisa dipercaya karena menghadirkan aksi teror, sekalipun memang masyarakat dunia sudah semakin hafal dengan pola-pola semacam ini.<br /><br />Sekali lagi, Indonesia ini negara yang seksi. Namun, banyak pihak tidak menghendakinya menjadi kuat. Sebab, kalau Indonesia kuat, banyak yang merasa kepentingannya akan terganggu karena mayoritas penduduk negeri ini beragama Islam. Maka itu, terjadinya berbagai upaya yang melemahkan Indonesia. Karena itu, pemuda Indonesia harus waspada betul. Jangan sampai menjadi bagian dari yang membenarkan dan menyukseskan pelemahan negeri ini.Abu Fauzanhttp://www.blogger.com/profile/10244044276040129483noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1055941593051782736.post-86708050408137798732010-07-29T21:02:00.000-07:002010-07-29T21:02:49.612-07:00Air Mata Kerinduan<a href="http://fathelvi.blogspot.com/2010/07/air-mata-kerinduan.html">Air Mata Kerinduan</a>Abu Fauzanhttp://www.blogger.com/profile/10244044276040129483noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1055941593051782736.post-60153594056311046582010-07-07T01:07:00.000-07:002010-07-07T04:45:20.667-07:00BUKAN ITU~ Mencoba tuk mengungkapkan, apa yang hati ini rasakan, memang tak semudah membalikan telapak tangan~ (Dado Binagama)<br /><br />---)|(---<br /><br />Jangan pedulikan apa yang orang katakan,<br />Karena dia tidak mengenalmu, lebih dari aku mengenalmu..<br /><br />Bagiku, kau adalah pribadi hari ini,<br />Karena hari ini, kau adalah bukan yang dulu..<br /><br />Jangan pusingkan penilaian orang,<br />Karena itu, sama sekali tidak menggangguku..<br /><br />Bagiku, kau adalah hati hari ini,<br />Karena itu, yang sungguh ku harapkan darimu..<br /><br />Jangan khawatirkan itu,<br />Karena, bukan itu yang ku inginkan..<br /><br />Bagiku, semua yang lalu biarkanlah,<br />Karena, itu tak lagi penting bagimu..<br /><br />Jangan biarkan semua berlalu tanpa makna..<br />Jangan biarkan semua kembali tanpa tanya..<br /><br />Kau, adalah cinta hari ini, dan asa masa depan..<br /><br />© Februari 2010 (Abu Fauzan)Abu Fauzanhttp://www.blogger.com/profile/10244044276040129483noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1055941593051782736.post-40242066744848524972010-07-07T01:00:00.000-07:002010-07-09T22:43:40.988-07:00LELAH(seorang yang beraktivitas, tidak hanya butuh untuk mengistirahatkan dirinya, tapi juga hatinya.. Walau sejenak, RosuluLLoh SholaLLohu 'Alaihi Wa Sallam menganjurkan kita untuk duduk sejenak menata iman kita kembali)<br /><br /><span style="font-style:italic;">26 Januari 2010</span><br /><br /><br />Kalau lelah, lantaran langkah..<br />Bersimpuh jiwa, menata hati..<br /><br />Biarlah tergantung, asa dambaan..<br />Masih mencoba, menggamit mimpi..<br /><br />Ada hati, berlimpah cinta..<br />Mengapa tangis, tak juga reda..<br /><br />Kalau lelah, lantaran langkah..<br />Bersimpuh diri, tenangkan hati..<br /><br />Yakin pelangi, hadir kembali..<br />Terbanglah tinggi, asa terpatri...Abu Fauzanhttp://www.blogger.com/profile/10244044276040129483noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1055941593051782736.post-15255301784637117762010-03-25T23:32:00.000-07:002010-03-26T00:02:16.114-07:00SUAMI BERHATI MALAIKAT<span style="font-style:italic;">(tulisan ini diambil dari fesbuk-nya Aidil Heryana, yang saya dapati link-nya dari YM. Luar biasa, bila benar tulisan ini adalah kisah nyata, maka ini sangat mengharukan dan mengajari kita akan makna cinta, dilihat dari salah satu sisi terbersihnya) ~Dado Binagama~</span><br /><br /><br />Eko Pratomo Suyatno, siapa yang tidak kenal lelaki bersahaja ini? Namanya sering muncul di koran, televisi, di buku-buku investasi dan keuangan. Dialah salah seorang dibalik kemajuan industri reksadana di Indonesia dan juga seorang pemimpin dari sebuah perusahaan investasi reksadana besar di negeri ini.<br />Dalam posisinya seperti sekarang ini, boleh jadi kita beranggapan bahwa pria ini pasti super sibuk dengan segudang jadwal padat. Tapi dalam note ini saya tidak akan menyoroti kesuksesan beliau sebagai eksekutif. Karena ada sisi kesehariannya yang luar biasa!!!!<br /><br />Usianya sudah tidak terbilang muda lagi, 60 tahun. Orang bilang sudah senja bahkan sudah mendekati malam, tapi Pak Suyatno masih bersemangat merawat istrinya yang sedang sakit. Mereka menikah sudah lebih 32 tahun. Dikaruniai 4 orang anak.<br />Dari isinilah awal cobaan itu menerpa, saat istrinya melahirkan anak yang ke empat. tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Hal itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang, lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.<br /><br />Setiap hari sebelum berangkat kerja Pak Suyatno sendirian memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi dan mengangkat istrinya ke tempat tidur. Dia letakkan istrinya di depan TV agar istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya sudah tidak dapat bicara tapi selalu terlihat senyum. Untunglah tempat berkantor Pak Suyatno tidak terlalu jauh dari kediamannya, sehingga siang hari dapat pulang untuk menyuapi istrinya makan siang.<br /><br />Sorenya adalah jadwal memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa saja yg dia alami seharian. Walaupun istrinya hanya bisa menanggapi lewat tatapan matanya, namun begitu bagi Pak Suyatno sudah cukup menyenangkan. Bahkan terkadang diselingi dengan menggoda istrinya setiap berangkat tidur. Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun. Dengan penuh kesabaran dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke 4 buah hati mereka. Sekarang anak- anak mereka sudah dewasa, tinggal si bungsu yg masih kuliah.<br /><br />Pada suatu hari…saat seluruh anaknya berkumpul di rumah menjenguk ibunya– karena setelah anak-anak mereka menikah dan tinggal bersama keluarga masing-masing– Pak Suyatno memutuskan dirinyalah yang merawat ibu mereka karena yang dia inginkan hanya satu ‘agar semua anaknya dapat berhasil’.<br /><br />Dengan kalimat yang cukup hati-hati, anak yang sulung berkata:<br /><span style="font-style:italic;">“Pak kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak……bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu.”</span> Sambil air mata si sulung berlinang.<br /><span style="font-style:italic;">“Sudah keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak, dengan berkorban seperti ini, kami sudah tidak tega melihat bapak, kami janji akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian”</span>. Si Sulung melanjutkan permohonannya.<br /><span style="font-style:italic;">”Anak-anakku…Jikalau perkawinan dan hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah lagi, tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian di sampingku itu sudah lebih dari cukup,dia telah melahirkan kalian….*sejenak kerongkongannya tersekat*… kalian yang selalu kurindukan hadir di dunia ini dengan penuh cinta yang tidak satupun dapat dihargai dengan apapun. Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti ini ?? Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya seperti sekarang, kalian menginginkan bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yang masih sakit.”</span> Pak Suyatno menjawab hal yang sama sekali tidak diduga anak-anaknya.<br /><br />Sejenak meledaklah tangis anak-anak Pak Suyatno, merekapun melihat butiran-butiran kecil jatuh di pelupuk mata Ibu Suyatno..dengan pilu ditatapnya mata suami yang sangat dicintainya itu……<br />Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada Pak Suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yg sudah tidak bisa apa-apa….disaat itulah meledak tangisnya dengan tamu yang hadir di studio kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru.<br />Disitulah Pak Suyatno bercerita : <span style="font-style:italic;">“Jika manusia di dunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian itu adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 anak yang lucu-lucu..Sekarang saat dia sakit karena berkorban untuk cinta kami bersama… dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit…”</span> Sambil menangis.<br /><span style="font-style:italic;">” Setiap malam saya bersujud dan menangis dan saya hanya dapat bercerita kepada Allah di atas sajadah..dan saya yakin hanya kepada Allah saya percaya untuk menyimpan dan mendengar rahasia saya…”.</span> BAHWA CINTA SAYA KEPADA ISTRI, SAYA SERAHKAN SEPENUHNYA KEPADA ALLAH”.Abu Fauzanhttp://www.blogger.com/profile/10244044276040129483noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-1055941593051782736.post-34562978277487330722010-03-25T23:20:00.000-07:002010-03-25T23:25:33.883-07:00SUAMI YANG SERING BERDUSTA<span style="font-style:italic;">(tulisan ini, saya ambil dari fesbuk-nya teman baik saya, mas Bayu. Semoga bisa menjadi renungan, hiburan, dan motivasi untuk menjadi suami yang terbaik.. minimal untuk istri kita) ~Dado Binagama~</span><br /><br />By: Bayu Gawtama<br /><br />Entah kapan saya punya keberanian untuk mengakui, mungkin suatu saat tanpa harus saya ceritakan, isteri akan tahu sendiri bahwa suaminya ini sering berdusta, dalam banyak hal. Kata orang, sepandai-pandainya menyimpan bangkai, akan tercium juga. Sehebat apapun seseorang menyembunyikan kebohongan, suatu saat akan terbongkar, bagaimana pun cara dan jalannya. Setiap dusta harus ditutupi oleh dusta yang lain, parahnya semakin lama energi ini akan habis terkuras karena fitrah manusia itu adalah kebenaran. <br /><br />Ada nasihat yang bagus dari seorang sahabat sebelum saya menikah. Mudah sekali membuat wanita bahagia, kuncinya ada di telinga. Telinga dia dan telinga kita. Maksudnya, wanita itu hanya suka mendengar hal-hal yang indah dan menyenangkan. Maka ketika berbicara dengannya cukup bicarakan yang baik-baik, yang indah-indah dan hindari sesuatu yang bisa menyakitinya, meskipun itu sebuah kejujuran. Sebaliknya, ketika ia berbicara maka sediakan telinga kita seluas samudera untuk menampung segala cerita, kisah, curahan hati hingga keluh kesahnya.<br /><br />Akhirnya waktu itu pun tiba, saya tak bisa lagi menahan untuk tidak bicara. Meskipun saya tahu, tanpa saya berterus terang pun isteri sudah bisa merasakannya. Mata batinnya selalu menyala, jiwanya selalu terasah untuk mampu menangkap sinyal-sinyal yang tak sesuai dengan kenyataan. Ia seperti tahu banyak hal yang sering saya sembunyikan, karenanya buat apa juga saya terus menahan hati untuk tidak berbicara empat mata dengannya.<br /><br />Saya berterus terang, bahwa saya pernah mendustainya soal makan. Setiap pulang kerja, isteri hampir tak pernah absen untuk menyiapkan makan malam. Setiap kali isteri bertanya, <span style="font-style:italic;">“Makan sudah disiapkan, mau makan dulu apa mandi dulu?”</span>. Nah disaat seperti inilah saya kerap berdusta, saya selalu bilang belum makan dan selalu menunggu untuk makan di rumah karena masakan isteri yang paling nikmat. Padahal, sering sebelum pulang ada rekan yang mengajak saya makan, atau teman-teman di kantor menyediakan makan malam. Saya berdusta untuk tetap menghormati isteri yang sudah sepenuh hati menyiapkan masakan, akan bagaimana perasaanya jika saya tak menyentuh makanannya?<br /><br />Masih tentang makanan, saya juga pernah berdusta berkenaan soal rasa. Kadang, mungkin karena ia terlalu letih mengurus rumah dan anak-anak seharian, ada yang kurang dalam rasa masakannya. Kadang kurang garam, atau terlalu manis. Saya harus menyembunyikan ekspresi saya ketika makanannya kurang atau kebanyakan garam misalnya. Kalau soal yang satu ini, biasanya isteri langsung tahu karena ia pun ikut makan. Paling-paling ia bilang, <span style="font-style:italic;">“iiih kok nggak bilang kalau belum digaramin…”</span> saya hanya tersenyum.<br /><br />Saya pernah berdusta kalau sepulang kerja isteri bertanya, <span style="font-style:italic;">“Abi capek nggak? Ada yang mau Ummi bicarakan…”</span>. Selelah apapun saya saat itu, selalu saya bilang, <span style="font-style:italic;">“masih seger begini kok, ayo kita bicara…”. </span>Belum satu jam berbicara, beberapa kali mata ini terpejam menahan kantuk. <span style="font-style:italic;">“iih diajak bicara kok malah tidur…”.</span> Segera saya membelalakkan mata dan bilang,<span style="font-style:italic;"> “Nggak, tadi merem itu lagi menghayati kok…”</span>, sering pula isteri masih berbicara saya benar-benar tertidur lelap. Esok paginya, saya benar-benar minta maaf kepadanya.<br /><br />Kadang isteri bertanya, <span style="font-style:italic;">“Abi ada waktu? Sedang tidak sibuk kan?”</span> Pertanyaan itu kerap ia lontarkan ketika saya sedang di rumah. Saya belum bilang kalau hari itu ada kegiatan atau ada acara lain di luar rumah. Tapi karena isteri yang meminta, maka saya katakan waktu saya sangat longgar hari itu. Maka kami pun berjibaku menyelesaikan pekerjaan rumah, namun diam-diam saya sambil kirim pesan singkat ke beberapa orang yang sudah terlanjur janji bahwa saya datang telat. <br /><br />Soal uang pun demikian. Saya sering berusaha untuk tidak berkata, “<span style="font-style:italic;">tidak punya uang” saat isteri bertanya, “masih punya uang nggak? Uang belanja sudah habis…”</span> atau <span style="font-style:italic;">“anak-anak perlu beli buku baru, Abi masih ada simpanan?”</span>. Tidak tega rasanya kalau harus “jujur” mengatakan saya tidak punya uang saat itu. Saya hanya ingin membuat isteri tenang menjalani aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga tanpa harus memikirkan hal yang menjadi kewajiban saya. Jawaban untuk pertanyaan diatas, biasanya yang keluar dari mulut ini, <span style="font-style:italic;">“Ooh, perlunya kapan? Insya Allah akan selalu ada pada saat diperlukan.”<br /></span><br />Satu lagi dusta yang sangat umum dilakukan banyak suami, meskipun sang isteri benar-benar tahu kalau suaminya berdusta dalam hal ini, tetapi ia tetap senang dengan “dusta” suaminya ini. Yakni ketika suaminya berkata, <span style="font-style:italic;">“Dik, kamu adalah wanita tercantik di dunia ini…”</span> Ini bisa dibilang jujur, bisa juga dibilang dusta, tergantung bagaimana memandang dan memersepsikannya. Sejujurnya memang mungkin isteri kita bukanlah yang benar-benar tercantik di dunia, karena boleh jadi secara fisik mungkin ada yang lebih cantik darinya. Tetapi, jika ini diungkapkan berdasarkan perasaan cinta yang sebenarnya, maka wajar jika di hati sang suami hanya kecantikan isterinyalah nomor satu di dunia, bukan yang lain. Cantik wajahnya, terlebih hatinya. Ajaibnya, meskipun terdengar “merayu” tetap saja semua isteri paling suka “dusta” yang satu ini.Abu Fauzanhttp://www.blogger.com/profile/10244044276040129483noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1055941593051782736.post-9940025805819381832010-02-12T04:01:00.000-08:002010-02-12T04:11:54.352-08:00Ibnu Taimiyah Membungkam Wahhabi # 2<span style="font-weight:bold;">Keenam, Ibnu Taimiyah dukung amalan nisfu syaban<br /></span><br />IBNU TAIMIYAH MENGKHUSUSKAN AMALAN SOLAT PADA NISFU SYA’BAN & MEMUJINYA<br />Berkata Ibnu Taimiyah dalam kitabnya berjudul Majmuk Fatawa pada jilid 24 mukasurat 131 mengenai amalan Nisfu Sya’ban teksnya:<br /><br />إذا صلَّى الإنسان ليلة النصف وحده أو في جماعة خاصة كما كان يفعل طوائف من المسلمين فهو: حَسَنْ<br /><br />Ertinya: ” Apabila seorang itu menunaikan solat pada malam Nisfu Sya’ban secara individu atau berjemaah secara KHUSUS sepertimana yang dilakukan oleh sebilangan masyarakat Islam maka ianya adalah BAIK “.<br /><br />IBNU TAIMIYAH MENGKHUSUSKAN AMALAN SOLAT NISFU SYA’BAN KERANA ADA HADITS YG MEMULIAKANNYA<br />Berkata Ibnu Taimiyah pada kitab Majmuk Fatawa jilid 24 juga pada mukasurat seterusnya 132 teksnya:<br /><br />وأما ليلة النصف – من شعبان – فقد رُوي في فضلها أحاديث وآثار ، ونُقل عن طائفة من السلف أنهم كانوا يصلون فيها، فصلاة الرجل فيها وحده قد تقدمه فيه سلف وله فيه حجة (( فلا ينكر مثل هذا )) ، أما الصلاة جماعة فهذا مبني على قاعدة عامة في الاجتماع على الطاعات والعبادات<br /><br />Terjemahan kata Ibnu Taimiyah di atas:<br />” Berkenaan malam Nisfu Sya’ban maka telah diriwayatkan mengenai kemulian dan kelebihan Nisfu Sya’ban dengan hadith-hadith dan athar, dinukilkan dari golongan AL-SALAF (bukan wahhabi) bahawa mereka menunaikan solat khas pada malan Nisfu Sya’ban, solatnya seseorang pada malam itu secara berseorangan sebenarnya telahpun dilakukan oleh ulama Al-Salaf dan dalam perkara tersebut TERDAPAT HUJJAH maka jangan diingkari, manakala solat secara jemaah (pd mlm nisfu sya’ban) adalah dibina atas hujah kaedah am pada berkumpulnya manusia dalam melakukan amalan ketaatan dan ibadat” .<br /><br />IBNU TAIMIYAH MENGALAKKAN KITA MENGIKUT AS-SALAF YANG MENGKHUSUSKAN AMALAN PADA NISFU SYA’BAN<br />Berkata Ibnu Taimiyah dalam kitabnya berjudul Iqtido’ As-sirot Al-Mustaqim pada mukasurat 266 teksnya:<br /><br />ليلة النصف مِن شعبان. فقد روي في فضلها من الأحاديث المرفوعة والآثار ما يقتضي: أنها ليلة مُفضَّلة. وأنَّ مِن السَّلف مَن كان يَخُصّها بالصَّلاة فيها، وصوم شهر شعبان قد جاءت فيه أحاديث صحيحة. ومِن العلماء من السلف، من أهل المدينة وغيرهم من الخلف: مَن أنكر فضلها ، وطعن في الأحاديث الواردة فيها، كحديث:[إن الله يغفر فيها لأكثر من عدد شعر غنم بني كلب] وقال: لا فرق بينها وبين غيرها. لكن الذي عليه كثيرٌ مِن أهل العلم ؛ أو أكثرهم من أصحابنا وغيرهم: على تفضيلها ، وعليه يدل نص أحمد – ابن حنبل من أئمة السلف – ، لتعدد الأحاديث الواردة فيها، وما يصدق ذلك من الآثار السلفيَّة، وقد روي بعض فضائلها في المسانيد والسنن<br /><br />Terjemahan kata Ibnu Taimiyah di atas:<br />((”Malam Nisfu Sya’ban. Telah diriwayatkan mengenai kemuliannya dari hadith-hadith Nabi dan kenyataan para Sahabat yang menjelaskan bahawa ianya adalah MALAM YANG MULIA dan dikalangan ulama As-Salaf yang MENGKHUSUSKAN MALAM NISFU SYA’BAN DENGAN MELAKUKAN SOLAT KHAS PADANYA dan berpuasa bulan Sya’ban pula ada hadith yang sahih. Ada dikalangan salaf, sebahagian ahli madinah dan selain mereka sebahagian dikalangan khalaf yang mengingkarinya kemuliannya dan menyanggah hadith-hadith yang diwaridkan padanya seperti hadith: ‘Sesungguhnya Allah mengampuni padanya lebih banyak dari bilangan bulu kambing bani kalb’ katanya mereka tiada beza dengan itu dengan selainnya, AKAN TETAPI DI SISI KEBANYAKAN ULAMA AHLI ILMU ATAU KEBANYAKAN ULAMA MAZHAB KAMI DAN ULAMA LAIN ADALAH MEMULIAKAN MALAM NISFU SYA’BAN, DAN DEMIKIAN JUGA ADALAH KENYATAAN IMAM AHMAD BIN HAMBAL DARI ULAMA AS-SALAF kerana terlalu banyak hadith yang dinyatakan mengenai kemulian Nisfu Sya’ban, begitu juga hal ini benar dari kenyataan dan kesan-kesan ulama As-Salaf, dan telah dinyatakan kemulian Nisfu Sya’ban dalam banyak kitab hadith Musnad dan Sunan“))<br />Tamat kenyataan Ibnu Taimiyah dalam kitabnya berjudul Iqtido’ As-sirot Al-Mustaqim pada mukasurat 266.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Ketujuh, Ibnu Taimiyah Bertobat dari aqidah sesat<br /></span><br />Syeikhul Islam Imam Al-Hafiz As-Syeikh Ibnu Hajar Al-Asqolany yang hebat dalam ilmu hadith dan merupakan ulama hadith yang siqah dan pakar dalam segala ilmu hadith dan merupakan pengarang kitab syarah kepada Sohih Bukhari berjudul Fathul Bari beliau telah menyatakan kisah taubat Ibnu taimiah ini serta tidak menafikan kesahihannya dan ianya diakui olehnya sendiri dalam kitab beliau berjudul Ad-Durar Al-Kaminah Fi ‘ayan Al-Miaah As-Saminah yang disahihkan kewujudan kitabnya oleh ulama-ulama Wahhabi. Kenyatan bertaubatnya Ibnu Taimiah dari akidah sesat tersebut juga telah dinyatakan oleh seorang ulama sezaman dengan Ibnu Taimiah iaitu Imam As-Syeikh Syihabud Din An-Nuwairy wafat 733H. (Imam Ibnu Hajar Al-Asqolany,kitab : Ad-Durar Al-Kaminah Fi “ayan Al-Miaah As-Saminah cetakan 1414H Dar Al-Jiel juzuk 1 m/s 148, dan Imam As-Syeikh Syihabuddin An-Nuwairy wafat 733H :cetakan Dar Al-Kutub Al-Misriyyah juzuk 32 m/s 115-116 dalam kitab berjudul Nihayah Al-Arab Fi Funun Al-Adab)<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Kedelapan, Ibnu Taimiyah Memuji Golongan Islam AL-ASYA’IRAH Manakala Semua Wahhabi Pula Mengkafirkan Al-Asya’irah<br /></span><br />Berkata Syeikhul IslamWahhabi Ahmad Bin Taimiyah Al-Harrani mengenai golongan Islam iaitu Al-Asya’irah (teksnya):<br />”Manakala sesiapa yang melaknat ulama-ulama Al-Asya’irah maka si pelaknat itu hendaklah dihukum ta’zir dan kembali laknat itu kepada sesiapa yang melaknat Al-Asyairah juga sesiapa yang melaknat orang yang bukan ahli untuk dilaknat maka dialah yang perlu dilaknat, ulama adalah pendukong cabangan agama dan AL-ASYA’IRAH PULA ADALAH PENDUKONG DAN PEJUANG ASAS AGAMA ISLAM“.<br />Demikan kenyataan Ibnu Taimiyah mengenai Al-Asya’irah.<br /><br />Teks Ibnu Taimiyah tersebut in arabic dalam kitabnya berjudul Majmuk Fatawa pada juzuk 4 mukasurat12:<br /><br />وأما لعن العلماء لأئمة الأشعرية فمن لعنهم عزر. وعادت اللعنة عليه فمن لعن من ليس أهلاً للعنة وقعت اللعنة عليه. والعلماء أنصار فروع الدين، والأشعرية أنصار أصول الدين<br /><br />Ke sembilan: Wahaby mensyariatkan Shalat Sunnah Tarawih 8 rekaat, padahal tidak ada satupun Imam Madzab Sunni yang mensyariatkan.<br /><br />Pendapat jumhur ahlusunnah : mazhab Hanafi, Syafi’e dan Hanbali: 20 rakaat (selain Sholat Witir) berdasarkan ijtihad Sayyiduna Umar bin Khattab. Menurut mazhab Maliki: 36 rakaat berdasarkan ijtihad Khalifah Umar bin Abd al-Aziz. Bahkan Ibnu taymiyah dan ibnu qayyim pun berpendapat bahwa shalat tarawih 20 rekaat.<br /><br />Sholat Qiyam Ramadhan (sholat pada malam bulan Ramadhan) dinamakan Sholat Tarawih kerana sholat ini panjang dan banyak rakaatnya. Jadi, orang yang mendirikannya perlu berehat. Rehat ini dilakukan selepas mendirikan setiap 4 rakaat, kemudian mereka meneruskannya kembali (sehingga 20 rakaat). Sebab itulah ia dipanggil Sholat Tarawih[4].<br /><br />Ibn Manzhur menyebutkan di dalam Lisan al-Arab: “ اَلتَّرَاوِيحُ “ adalah jama’ (plural) “ تَرْوِيحَةٌ “, yang bermaksud “sekali istirehat”, seperti juga “ تَسْلِيمَةٌ “ yang bermaksud “sekali salam”. Dan perkataan “Tarawih” yang berlaku pada bulan Ramadhan dinamakan begitu kerana orang akan beristirehat selepas mendirikan 4 rakaat[5].<br /><br />Menurut pendapat jumhur iaitu mazhab Hanafi, Syafi’e dan Hanbali: 20 rakaat (selain Sholat Witir) berdasarkan ijtihad Sayyiduna Umar bin Khattab. Menurut mazhab Maliki: 36 rakaat berdasarkan ijtihad Khalifah Umar bin Abd al-Aziz. Imam Malik dalam beberapa riwayat memfatwakan 39 rakaat[6]. Walau bagaimana pun, pendapat yang masyhur ialah mengikut pendapat jumhur.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Kesepuluh, Ibnu Taimiyah dan Imam 4 madzab fatwakan khamr NAJIS</span><br /><br />Data-data di atas adalah sekelumit dari hasil penelitian obyektif pada kitab-kitab mereka sendiri, sekedar wacana bagi siapa saja yang ingin mencari kebenaran. Mudah mudahan dengan mengetahui tulisan-tulisan pendahulunya, mereka lebih bersikap arif dan tidak arogan dalam menilai kelompok lain. (Ibnu Khariq)<br /><br />Referensi<br /><br />- Majmu’ fatawa Ibn Taimiyah<br />- Qasidah Nuniyyah karya Ibnul Qayyim Al-Jauziyah<br />- Iqtidha’ Shirathil Mustaqim karya Ibn Taimiyah cet. Darul Fikr<br />- Ar-Ruh karya Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, cet I Darul Fikr 2003<br />- Ahkam Tamannil Maut karya Muhammad bin Abdul Wahhab, cet. Maktabah<br /><br />Saudiyah Riyadh Nasihat li ikhwanina ulama Najd karya Yusuf Hasyim<br /><br />Ar-Rifa’i<br /><br />Diambil dari rubrik Ibrah, Majalah Dakwah Cahaya Nabawiy Edisi 60 Th. IV Rabi’ul Awwal 1429 H / April 2008 MAbu Fauzanhttp://www.blogger.com/profile/10244044276040129483noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1055941593051782736.post-15122073048286381362010-02-12T03:10:00.000-08:002010-02-12T04:04:38.966-08:00Ibnu Taimiyah Membungkam Wahhabi # 1(tulisan ini dihadirkan, untuk sekeder membangun second opinion terhadap sekelompok orang yang mengatasnamakan gerakan dakwahnya dengan SALAFI. mereka dengan membabi-buta mengkafirkan dan mengatakan sesat para ulama2 dan tokoh2 pergerakan dakwah islam selain dari kelompoknya, juga dengan mudahnya mengatakan dan menuduh kelompok2 / ormas / parpol / harokah islam lainnya, dengan bid'ah) -> jadi, hanya mereka yang BENAR islamnya.<br /><br />---###---<br /><br />Belakangan ini kata ‘salaf’ semakin populer. Bermunculan pula kelompok yang mengusung nama salaf, salafi, salafuna, salaf shaleh dan derivatnya. Beberapa kelompok yang sebenarnya berbeda prinsip saling mengklaim bahwa dialah yang paling sempurna mengikuti<br />jalan salaf. Runyamnya jika ternyata kelompok tersebut berbeda dengan generasi pendahulunya dalam banyak hal. Kenyataan ini tak jarang membuat umat islam bingung, terutama mereka yang masih awam. Lalu siapa pengikut salaf sebenarnya? Apakah kelompok yang konsisten menapak jejak salaf ataukah kelompok yang hanya menggunakan nama salafi?<br /> Tulisan ini mencoba menjawab kebingungan di atas dan menguak siapa pengikut salaf sebenarnya. Istilah salafi berasal dari kata salaf yang berarti terdahulu. Menurut ahlussunnah yang dimaksud salaf adalah para ulama’ empat madzhab dan ulama sebelumnya yang kapasitas ilmu dan amalnya tidak diragukan lagi dan mempunyai sanad (mata rantai keilmuan) sampai pada Nabi SAW. Namun belakangan muncul sekelompok orang yang melabeli diri dengan nama salafi dan aktif memakai nama tersebut pada buku-bukunya.<br /> Kelompok yang berslogan “kembali” pada Al Qur’an dan sunnah tersebut mengaku merujuk langsung kepada para sahabat yang hidup pada masa Nabi SAW, tanpa harus melewati para ulama empat madzhab. Bahkan menurut sebagian mereka, diharamkan mengikuti madzhab tertentu. Sebagaimana diungkapkan oleh Syekh Abdul Aziz bin Baz dalam salah satu majalah di Arab Saudi, dia juga menyatakan tidak mengikuti madzhab Imam Ahmad bin Hanbal.Pernyataan di atas menimbulkan pertanyaan besar di kalangan umat islamyang berpikir obyektif. Sebab dalam catatan sejarah,ulama-ulama besar pendahulu mereka adalah penganut madzhab Imam Ahmad<br />bin Hanbal. Sebut saja Syekh Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim, Ibnu Rajab, Ibnu Abdil Hadi, Ibnu Qatadah, kemudian juga menyusul setelahnya Al Zarkasyi, Mura’i, Ibnu Yusuf, Ibnu Habirah, Al Hajjawiy, Al Mardaway, Al Ba’ly, Al Buhti dan Ibnu Muflih. Serta yang terakhir Syekh Muhammad<br />bin Abdul Wahhab beserta anak-anaknya, juga mufti Muhammad bin Ibrahim, dan Ibnu Hamid. Semoga rahmat Allah atas mereka semua.<br /> Ironis sekali memang, apakah berarti Imam Ahmad bin Hanbal dan para imam lainnya tidak berpegang teguh pada Al-Qur’an dan sunnah? Sehingga kelompok ini tidak perlu mengikuti para pendahulunya dalam bermadzhab?. Apabila mereka sudah mengesampingkan kewajiban<br />bermadzhab dan tidak mengikuti para salafnya, layakkah mereka menyatakan dirinya salafy?<br /> <br /><span style="font-weight:bold;">Aksi Manipulasi Mereka Terhadap Ilmu Pengetahuan</span><br /><br />Belum lagi aksi manipulasi mereka terhadap ilmu pengetahuan. Mereka memalsukan sebagian dari kitab kitab karya ulama’ salaf. Sebagai contoh, kitab Al Adzkar karya Imam Nawawi cetakan Darul Huda, Riyadh,1409 H, yang ditahqiq oleh Abdul Qadir Asy Syami. Pada halaman 295, pasal tentang ziarah ke makam Nabi SAW, dirubah judulnya menjadi pasal tentang ziarah ke masjid Nabi SAW. Beberapa baris di awal dan akhir pasal itu juga dihapus. Tak cukup itu, mereka juga dengan sengaja menghilangkan kisah tentang Al Utbiy yang diceritakan Imam Nawawi dalam<br />kitab tersebut. Untuk diketahui, Al Utbiy (guru Imam Syafi’i) pernah menyaksikan seorang arab pedalaman berziarah dan bertawassul kepada Nabi SAW. Kemudian Al Utbiy bermimpi bertemu Nabi SAW, dalam mimpinya Nabi menyuruh memberitahukan pada orang dusun tersebut bahwa ia diampuni Allah berkat ziarah dan tawassulnya. Imam Nawawi juga menceritakan<br />kisah ini dalam kitab Majmu’ dan Mughni.<br />Pemalsuan juga mereka lakukan terhadap kitab Hasyiah Shawi atas Tafsir Jalalain dengan membuang bagian-bagian yang tidak cocok dengan pandangannya. Hal itu mereka lakukan pula terhadap kitab Hasyiah Ibn Abidin dalam madzhab Hanafi dengan menghilangkan pasal khusus yang menceritakan para wali, abdal dan orang-orang sholeh.<br /> <br /><span style="font-weight:bold;">Ibnu Taymiyah Vs Wahhaby</span><br /><br />Parahnya, kitab karya Ibnu Taimiyah yang dianggap sakral juga tak luput dari aksi mereka. Pada penerbitan terakhir kumpulan fatwa Syekh Ibnu Taimiyah, mereka membuang juz 10 yang berisi tentang ilmu suluk dan tasawwuf. (Alhamdulilah, penulis memiliki cetakan lama) Bukankah<br />ini semua perbuatan dzalim? Mereka jelas-jelas melanggar hak cipta karya intelektual para pengarang dan melecehkan karya-karya monumental yang sangat bernilai dalam dunia islam. Lebih dari itu, tindakan ini juga merupakan pengaburan fakta dan ketidakjujuran terhadap dunia ilmu pengetahuan yang menjunjung tinggi sikap transparansi dan obyektivitas.<br /> <br /><span style="font-weight:bold;">Mengikuti salaf?</span><br /><br />Berikut ini beberapa hal yang berkaitan dengan masalah tasawwuf, maulid, talqin mayyit, ziarah dan lain-lain yang terdapat dalam kitab-kitab para ulama pendahulu wahhabi. Ironisnya, sikap mereka sekarang justru bertolak belakang dengan pendapat ulama mereka sendiri.<br /> <br /><span style="font-weight:bold;">Pertama, tentang tasawuf.<br /></span><br /> Dalam kumpulan fatwa jilid 10 hal 507 Syekh Ibnu Taimiyah berkata, “Para imam sufi dan para syekh yang dulu dikenal luas, seperti Imam Juneid bin Muhammad beserta pengikutnya, Syekh Abdul Qadir al-Jailani serta lainnya, adalah orang-orang yang paling teguh dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah. Syekh Abdul Qadir al-Jailani, kalam-kalamnya secara keseluruhan berisi anjuran untuk mengikuti ajaran syariat dan menjauhi larangan serta bersabar menerima takdir Allah.<br /> Dalam “Madarijus salikin” hal. 307 jilid 2 Ibnul Qayyim Al-Jauziyah berkata, “Agama secara menyeluruh adalah akhlak, barang siapa melebihi dirimu dalam akhlak, berarti ia melebihi dirimu dalam agama. Demikian pula tasawuf, Imam al Kattani berkata, “Tasawwuf adalah akhlak, barangsiapa melebihi dirimu dalam akhlak berarti ia melebihi dirimu dalam tasawwuf.”<br /> Muhammad bin Abdul Wahhab berkata dalam kitab Fatawa wa Rosail hal. 31 masalah kelima. “Ketahuilah -mudah-mudahan Allah memberimu petunjuk – Sesungguhnya Allah SWT mengutus Nabi Muhammad dengan petunjuk berupa ilmu yang bermanfaat dan agama yang benar berupa amal shaleh. Orang yang dinisbatkan kepada agama Islam, sebagian dari mereka ada yang memfokuskan diri pada ilmu dan fiqih dan sebagian lainnya memfokuskan diri pada ibadah dan mengharap akhirat seperti orang-orang sufi. Maka sebenarnya Allah telah mengutus Nabi-Nya dengan agama yang meliputi dua kategori ini (Fiqh dan tasawwuf)”. Demikianlah penegasan Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab bahwa ajaran tasawuf bersumber dari Nabi SAW.<br /> <br /><span style="font-weight:bold;">Kedua, mengenai pembacaan maulid.</span><br /><br />Dalam kitab Iqtidha’ Sirathil Mustaqim “Di dalam kitab beliau, Iqtidha’ as-Shiratil Mustaqim, cetakan Darul Hadis, halaman 266, Ibnu Taimiyah berkata, Begitu juga apa yang dilakukan oleh sebahagian manusia samada menyaingi orang Nasrani pada kelahiran Isa عليه السلام, ataupun kecintaan kepada Nabi صلى الله عليه وسلم dan mengagungkan baginda, dan Allah mengurniakan pahala kepada mereka atas kecintaan dan ijtihad ini…” Seterusnya beliau nyatakan lagi : “Ia tidak dilakukan oleh salaf, tetapi ada sebab baginya, dan tiada larangan daripadanya.”<br /><br />Kita pula tidak mengadakan maulid melainkan seperti apa yang dikatakan oleh Ibn Taimiyah sebagai: “Kecintaan kepada Nabi dan mengagungkan baginda.”<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Ketiga, tentang hadiah pahala</span><br /><br /> Ibnu Taimiyah menegaskan bahwa barang siapa mengingkari sampainya amalan orang hidup pada orang yang meninggal maka ia termasuk ahli bid’ah. Dalam Majmu’ fatawa juz 24 hal 306 ia menyatakan, “Para imam telah sepakat bahwa mayit bisa mendapat manfaat dari hadiah pahala orang lain. Ini termasuk hal yang pasti diketahui dalam agama islam dan telah ditunjukkan dengan dalil kitab, sunnah dan ijma’ (konsensus ulama’). Barang siapa menentang hal tersebut maka ia termasuk ahli bid’ah”.<br /> Lebih lanjut pada juz 24 hal 366 Ibnu Taimiyah menafsirkan firman Allah “dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (QS an-Najm [53]: 39) ia menjelaskan, Allah tidak menyatakan bahwa seseorang tidak bias mendapat manfaat dari orang lain, Namun Allah berfirman, seseorang hanya berhak atas hasil usahanya sendiri. Sedangkan hasil usaha orang lain adalah hak orang lain. Namum demikian ia bisa memiliki harta orang lain apabila dihadiahkan kepadanya.<br />Begitu pula pahala, apabila dihadiahkan kepada si mayyit maka ia berhak menerimanya seperti dalam solat jenazah dan doa di kubur. Dengan demikian si mayit berhak atas pahala yang dihadiahkan oleh kaum muslimin, baik kerabat maupun orang lain” Dalam kitab Ar-Ruh hal 153-186 Ibnul Qayyim membenarkan sampainya pahala kepada orang yang telah meninggal. Bahkan<br />tak tangung-tanggung Ibnul Qayyim menerangkan secara panjang lebar sebanyak 33 halaman tentang hal tersebut<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Keempat, masalah talqin.</span><br /><br />Dalam kumpulan fatwa juz 24 halaman 299 Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa sebagian sahabat Nabi SAW melaksanakan talqin mayit, seperti Abu Umamah Albahili, Watsilah bin al-Asqa’ dan lainnya. Sebagian pengikut imam Ahmad menghukuminya sunnah. Yang benar, talqin hukumnya boleh dan bukan merupakan sunnah. (Ibnu Taimiyah tidak menyebutnya bid’ah)<br />Dalam kitab AhkamTamannil Maut Muhammad bin Abdul Wahhab juga meriwayatkan hadits tentang talqin dari Imam Thabrani dalam kitab Al Kabir dari Abu Umamah.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Kelima, tentang ziarah ke makam Nabi Muhammad SAW.</span> <br /><br />Dalam qasidah Nuniyyah (bait ke 4058) Ibnul Qayyim menyatakan bahwa ziarah ke makam Nabi SAW adalah salah satu ibadah yang paling utama “Diantara amalan yang paling utama dalah ziarah ini. Kelak menghasilkan pahala melimpah di timbangan amal pada hari kiamat”. Sebelumnya ia mengajarkan tata cara ziarah (bait ke 4046-4057). Diantaranya, peziarah hendaklah memulai dengan sholat dua rakaat di masjid Nabawi. Lalu memasuki makam dengan sikap penuh hormat dan takdzim, tertunduk diliputi kewibawaan sang Nabi. Bahkan ia menggambarkan pengagungan tersebut dengan kalimat “Kita menuju makam Nabi SAW yang mulia sekalipun harus berjalan dengan kelopak mata (bait 4048).<br />Hal ini sangat kontradiksi dengan pemandangan sekarang. Suasana khusyu’ dan khidmat di makam Nabi SAW kini berubah menjadi seram. Orang-orang bayaran wahhabi dengan congkaknya membelakangi makam Nabi yang mulia. Mata mereka memelototi peziarah dan membentak-bentak mereka yang sedang bertawassul kepada beliau SAW dengan tuduhan syirik dan bid’ah. Tidakkah mereka menghormati jasad makhluk termulia di semesta ini..? Tidakkah mereka ingat firman Allah “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras, sebagaimana<br />kerasnya suara sebagian kamu terhadap yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari. “Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah, mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa.<br />Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar” (QS Al Hujarat, 49: 2-3).<br /><br />-- To be continued --Abu Fauzanhttp://www.blogger.com/profile/10244044276040129483noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1055941593051782736.post-60462391401034694382010-02-08T02:54:00.000-08:002010-02-08T02:58:32.238-08:00Masa Depan Ikhwanul Muslimin<span style="font-style:italic;">Oleh: Fathuddin Ja’far </span><br /><br />Panasnya suhu politik di kalangan Ikhwanul Muslimin di Mesir sekarang ini banyak mendapat perhatian dari berbagai kalangan. Paling tidak ada dua kategori kelompok yang concern terhadap perkembangan terakhir Ikhwanul Muslimin, khususnya terkait pemilihan Mursyid Am (pimpinan tertinggi Ikhwan) yang akan menggantikan Dr. Mahdi Akif yang akan berakhir Januari 2010 ini. <br /><br />Kelompok pertama, yang mengharapkan Ikhwan sebagai Kubrol Harokah Al-Islamiyah (Gerakan Islam Terbesar) masa kini tetap memiliki program mengembalikan eksistensi umat sampai berdirinya kembali Khilafah Islamiyah. <br /><br />Kelompok kedua, yang menginginkan Ikhwan tunduk kepada situasi dan kondisi yang berkembang, baik di tingkat lokal, yakni Mesir maupun di tingkat global, sehingga misi pengembalian eksistensi umat yang dirancang pendirinya, As-Syahid Hasan Al-Banna kandas di tengah jalan. <br /><br />Kelompok kedua ini, paling tidak diwakili oleh pemerintah Mesir sendiri dan berbagai kekuatan dunia lain yang tidak ingin melihat Ikhwanul Muslimin bergerak sesuai manhaj (konsep) dasar yang dirumuskan pendirinya Al-Imam Asy-Syahid Hasan Al-banna rahimahullah. <br /><br />Tulisan ini tidak bertujuan mengomentari kelompok kedua, akan tetapi terkait dengan kelompok pertama, yakni yang menginginkan Ikhwan tetap diharapkan mampu berperan dalam mengembalikan kejayaan umat Islam yang sudah hilang sejak runtuhnya Khilafah Islamiyah Usmaniyah yang berpusat di Turkey tahun 1924 di tangan Mustafa Kemal Ataturk. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">Background Sejarah </span><br /><br />Untuk memahami Ikhwanul Muslimin dengan baik kita perlu memahami situasi dan kondisi umat Islam saat gerakan tersebut didirikan, yakni tahun 1928. Saat Ikhwanul Muslimin dideklarasikan Hasan Al-Banna bersama 6 orang sahabatnya, Khilafah Usmaniyah yang berpusat di Turkey sudah jatuh 4 tahun sebelumnya, yakni 1924. <br /><br />Kejatuhan Khilafah Islamiyah yang berusia enam abad itu menyebabkan umat Islam benar-benar berada di bawah kendali kaum Kolonialis Barat Kristen dan dominasi konspirasi Yahudi. Dunia Islam tercabik-cabik oleh paham nasionalisme sempit sehingga dengan mudah dikapling (dipetak-petak) oleh kaum penjajah menjadi lebih dari 50 negara, yang sebagiannya hanya berpenduduk ratusan ribu jiwa, seperti sebagian Negara Teluk dan beberapa negara di Asia. <br /><br />Target kaum penjajah berhasil dengan bangkitnya spirit nasionalisme masing-masing suku dan kabilah yang ada di dunia Islam yang membentang dari Jakarta sampai Maroko. <br /><br />Nasionalisme telah merusak dan merobek pikiran, tubuh, negeri, ukhuwah Islamiyah dan sekaligus meruntuhkan Negara superpower mereka serta mencabut izzah (kemuliaan) diri mereka sehingga umat Islam di seluruh dunia dengan mudah dijajah dan dikendalikan oleh kaum kolonialis Barat Kristen. <br /><br />Komentar Amir Faisal (Raja Arab) : Ikhwanul Muslimin adalah pahlawan yang berjihad fi sabilillah dengan jiwa dan harta mereka. <br /><br />Yang lebih memprihatinkan lagi, Palestina sebagai tanah suci umat Islam yang ketiga dan kawasan negeri Syam lainnya berhasil pula diduduki oleh Inggris dan direkayasa sebagai cikal bakal Negara kaum Yahudi dengan berkolaborasi dengan negara-negara adidaya saat itu seperti Prancis dan Uni Soviet. <br /><br />Di tengah situasi seperti itu, tokoh umat Islam dan para ulamanya, termasuk ulama kalangan Al-Azhar sibuk berdebat soal furu’iyah fiqhiyyah (cabang-cabang hukum Islam) seperti qunut dan sebagainya sehingga lupa atau sengaja melupakan masalah-masalah fundamental Islam seperti al-wala' wal baro' (loyalitas dan disloyalitas) terhadap pemimpin yang kafir, jihad melawan penjajah, masalah kemiskinan, kebodohan, penerapan hukum Islam dan sebagainya. <br /><br />Umat Islam saat itu, tak terkecuali di Mesir sendiri benar-benar ibarat anak ayam kehilangan induknya. Sementara kaum penjajah Barat Kristen semakin menancapkan hegemoninya dengan mengusai semua kekuatan dan potensi umat Islam yang ada. Bahkan hukum Islam yang berabad-abad lamanya menjadi aturan kehidupan dirubah dengan hukum barat sekular dan sebagiannya berdasarkan spirit agama Kristen. <br /><br />Situasi, kondisi dan semua masalah tersebut merupakan titik tolak keprihatian seorang anak muda yang bernama Hasan Al-Banna. Keprihatinan itu beliau rumuskan dengan sangat baik dan matang dalam sebuah gerakan dakwah yang diberi nama dengan Ikhwanul Muslimin. Lalu Ikhwanul Muslimin dideklarasikan sebagai sebuah gerakan dakwah yang komprehensif, baik pemikiran, konsep maupun program dan aktivitasnya. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">Ideologi dan Manhaj Ikhwan </span><br /><br />Ada dua hal yang sangat menentukan apakah sebuah gerakan dakwah itu akan menjadi sebuah gerakan yang mendunia dan berumur panjang, atau hanya menjadi gerakan bersifat lokal dan berumur pendek. Pertama, ideologi dan kedua ialah manhaj. Kalau kita lihat gerakan dakwah Ikhwanul Muslimin, bahwa ideologinya adalah Islam itu sendiri. Yakni, Islam yang berasal dari Allah Ta’ala dan diturunkan untuk seluruh umat manusia, tanpa kecuali. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">Hasan Al-Banna bersama pasukan Mujahidin Ikhwanul Muslimin </span><br /><br />Hasan Al-Banna dalam tulisanya yang berjudul ”Da’watuna Fi Thaurin Jadid” menjelaskan : “Karakteristik dakwah kita yang sangat spesifik ialah Robbaniyyah ‘Alamiyah (Ketuhanan Allah dan Global). Artinya, dasar yang melandasi semua tujuan kita ialah bahwa manusia harus mengenal Tuhan Pencipta mereka dan dari hubungan ruhaniyah karimah (spiritulaitas mulia) itulah jiwa mereka terangkat dari kebekuan material yang tuli dan keras kepada kesucian kemanusiaan yang mulia dan indah. <br /><br />Kita, Ikhwanul Muslimin, menyuarakan dari setiap lubuk hati kita : Allahu ghoyatuna (Allah adalah tujuan kami). Sebab itu, target utama dakwah ini ialah bahwa manusia kembali mengingat hubungan ini (hubungan keimanan) yang menghubungkan mereka dengan Allah Tabaraka Wata’ala yang telah lama mereka lupakan. <br /><br />Karena itu, Allah menjadikan mereka lupa terhadap diri mereka sendiri. “Wahai manusia, sembahlah Tuhan Penciptamu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang sebelum kamu, semoga kamu menjadi orang-orang yang bertakwa”. (QS.Al-Baqarah ; 21). Dalam keterkunciaannya (hati), maka ini adalah anak kunci yang pertama yang akan membuka gembok-gembok persoalan kemanusian yang beku dan materialistik di kalangan semua umat manusia. Mereka tidak akan menemukan soluisinya dan tidak akan ada perbaikan tanpa kunci ini.” <br /><br /><span style="font-weight:bold;">Hasan Al-Banna memimpin sholat pasukan Mujahidin Ikhwanul Muslimin </span><br /><br />Kemudian beliau menjelaskan : ”Adapun dakwah kita bersifat alamiyyah (global), karena ditujukan kepada seluruh umat manusia, karena pada dasarnya semua manusia besaudara; asal mereka satu, bapak mereka satu, keturunan mereka satu dan tidak ada yang melebihkan antara seorang dengan yang lain kecuali hanya taqwallah dan apa yang diberikan kepada sekelompok lain berupa kebaikan dan keutamaan yang banyak”. <br /><br />“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan Pencipta-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu” (QS. Annisa’ : 1) <br /><br />“Sebab itu, kita tidak mempercayai hubungan yang dibangun di atas dasar kebangsaan (nasionalisme) dan kita juga tidak akan memotivasi hubungan yang dibangun di atas dasar kesukuan dan warna kulit. Akan tetapi, kita akan menyeru kepada persaudaraan yang adil dan penuh kasih sayang di antara manusia”, ujar Al-Banna. <br /><br />Saat menutup penjelasan “Risalah Ta’lim”, Hasan Al-Banna menjelaskan : “Ini adalah ringkasan dakwah Anda, penjalasan singkat fikroh (ideologi) Anda dan Anda dapat menghimpunkannya dalam lima prinsip: 1. Allahu ghoyatuna (Alah adalah tujuan kami). 2. Ar-Rasulu Qudwatuna (Rasul saw. adalah teladan kami). 3. Al-Qur’anu syir’atuna (Al-Qur’an adalah dasar hukum kami). 4. Al-Jihadu sabiluna (Jihad adalah jalan kami). 5. Asy-syahadatu umniyatuna (Mati Syahid adalah cita-cita kami). <br /><br />Demikian pula ketika menjelaskan shibghah (format) pemikiran dan ideologi dalam ”Da’watuna Fi Thaurin Jadid”, Hasan Al-Banna menjelaskan : “Kita menginginkan pribadi Muslim, rumah tangga Muslim dan masyarakat Muslim. Akan tetapi, sebelum segala sesuatunya, kita menginginkan tersebarnya fikrah (idoelogi) Islam sehingga mampu mempengaruhi semua kondisi itu dan memformatnya dengan format Islam. Tanpa format Islam, kita tidak akan mencapai apa-apa. Kita ingin mengembangkan fikroh independen yang hanya bersandar atas dasar Islam yang lurus, bukan bersandar atas dasar fikroh tradisional yang menyebabkan kita terikat pada teori-teori Barat dan orientasi berfikir mereka dalam segala sesuatu.” <br /><br />Terkait dengan manhaj, Ikhwanul Muslimin tidak hanya memiliki manhaj dakwah yang ashil (orisinil) secara konseptual, akan tetapi berhasil merumuskan manhaj amali (konsep praktis) yang aplikatif dan sangat jelas dan mudah untuk dipahami. Menariknya lagi, manhaj amali tersebut dimasukkan ke dalam arkanul bai’ah (komitment dakwah) setiap anggota jamaah Ikhwan pada poin ketiga, yakni AMAL , setelah FAHAM dan IKHLASH. <br /><br />Untuk pengertian AMAL, Hsalan Al-Banna mejelaskan: “Yang saya maksudkan dengan AMAL itu ialah buah ilmu dan ikhlas. Kemudian Beliau menjelaskan maratib (tingkatan) AMAL itu ada tujuh : <br /><br />Memperbaiki diri sehingga memiliki 10 karakter mulia (Fisik kuat, akhlak kokoh, wawasan luas, memiliki profesi ma’isyah, aqidah bersih, ibadah benar, mampu mengendalikan syahwat, manajemen waktu baik, urusan teratur dan memiliki tanggung jawab sosial). <br />Membentuk rumah tangga Muslim sehingga keluarganya menghormati fikrahnya dan konsisten terhadap nilai-nilai Islam. <br />Mengayomi masyarakat dengan menyebarkan dakwah kebaikan, memerangi keburukan dan kemungkaran serta memotivasi masyarakat terhadap hal-hal yang bermutu. <br />Memerdekakan tanah air Islam dan membersihkannya dari setiap pengaruh / kekuasaan asing yang tidak Islami, baik politik, ekonomi maupun spiritualitas. <br />Memperbaiki pemerintahan sehingga menjadi benar-benar Islami. Hanya dengan itulah pemerintah benar-benar mampu menjadi pelayan umat atau pegawai masyarakat. <br />Mengembalikan bangunan Umat Islam internasional dengan memerdekakan setiap tanah air mereka dan menghidupkan kemuliaannya, menghadirkan budayanya, menghimpun kekuatannya sehingga dengan demikian dapat mengembalikan Khilafah (sistem pemerintahan Islam Internasional) yang hilang dan terjalinnya kesatuan yang diharapkan. <br />Sokoguru bagi dunia internasional, dengan tersebarnya dakwah Islam di seluruh penjuru bumi sehingga tidak ada lagi kezaliman dan agama ini semuanya milik Allah.”Dan Allah tidak ingin kecuali menyempurnakan cahaya-Nya”. (QS. Attaubah : 32). <br />Terkait dengan orisinilitas Islam dan syumuliyyatul manhaj (konprehensifitas manhaj), dalam “Risalah Muktmar Al-Khomis”, Hasan Al-Banna menjelaskan : “ Karena itu, saya wakafkan diri saya sejak kecil untuk satu tujuan, yaitu menunjukkan manusia kepada Islam, hakikat dan prakteknya. Sebab itu, fikrah (ideologi) Ikhwanul Muslimin adalah Islam murni, baik dalam tujuannya, maupun sarananya dan tidak ada kaitannya sama sekali dengan selain Islam. <br /><br />Untuk lebih mudah dipahami, Beliau mengatakan : “Fikrah Ikhwanul Muslimin itu mencakup semua makna ishlah (reformasi). Sebab itu, dapat disimpulkan dengan : 1) Dakwah Salafiyah. 2) Thariqah Suniyyah. 3)Haqiqah Shufiyyah. 4) Hai-atun siyasiyyah. 5) Jama’ah riyadhiyyah. 6) Rabithatun ilmiyyah tsaqafiyyah. 7) Syirkatun Iqtishadiyyah dan Fikrah Ijtimaiyyah. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">Musibah Musyarokah </span><br /><br />Situasi yang berkembang sekarang di kalangan Ikhwanul Muslimin di Mesir, khususnya di kalangan para elitenya, sedikit banyak akan mempengaruhi masa depan gerakan Ikhwanul Muslimin, baik di tingkat lokal (Mesir) maupun di tingkat global (dunia Islam). Sebagai sebuah gerakan dakwah terbesar di Mesir dan tersebar pemikirannya di seluruh penjuru dunia Islam, maka para pemimpin Ikhwanul Muslimin tidak perlu memperlihatkan kondisi internal mereka secara terbuka seperti yang terjadi dua bulan terakhir ini. <br /><br />Berdasarkan puluhan tulisan dan wawancara para pemimpin Ikhwanul Muslimin yang tersebar di berbagai media dua bulan terakhir ini, kiranya dapat dipahami bahwa mereka sedang mengalami suatu kondisi yang kritis. Kondisi kritis yang dapat menjadi ancaman tersebut datang dari dua kubu yang mereka namakan dengan kubu konservatif dan kubu reformis. <br /><br />Anehnya, kalau kita lihat apa yang mereka persoalkan itu ternyata hanya sebatas AD dan ART jama’ah, bukan terkait dengan fikroh, manhaj dan program Ikhwanul Muslimin sebagai sebuah gerakan dakwah yang bertujuan mengembalikan kejayaan umat . Artinya, perkembangan yang ada sekarang lebih bernuansa politis yang sifatnya elitis. Dengan kata lain, saling memperebutkan kepemimpinan organisasi atau jamaah. Hal semacam ini belum pernah terjadi di zaman Umar At-Tilmisani atau Hasan Hudhaibi, apalagi di zaman Hasan Al-Banna. <br /><br />Seperti yang ditulis oleh Ibrahim Al-Hudhaibi pada Islamoline 03-11-2009 : “Ancaman terbesar yang sedang mengelilingi Ikhwan bukanlah dari pihak keamanan (Mesir). Karena bagaimanapun (pihak kemanan Mesir) tidak akan mampu mempengaruhi pemikiran dan manhajnya. Akan tetapi ancaman terbesar terhadap Ikhwan ialah yang datang dari dalam, yakni saat jamaah Ikhwan sudah menjadi legalitas atas dirinya sendiri dan tidak mau menerima pendapat para Ulama, kecuali yang sesuai dengan agendanya." <br /><br />Pada akhirnya, agenda-agenda itu akan menjadi aspek legalitas sedangkan para Ulama hanya sarana untuk melayani agenda-agenda itu (tukang stempel). Saat itulah Ikhwan sebenarnya – seperti yang diungkapkan musuh-musuhnya dengan “illegal” – memperalat agama untuk melayani politik, bukan sebaliknya. Semoga hal itu tidak terjadi.” <br /><br />Sesungguhnya persolaan yang sedang dihadapi Ikhwanul Muslimin di Mesir sekarang adalah persoalan percaturan dikalangan elite internal yang saling memperebutkan kekuasaan organisasi. Sumbernya tak lain adalah ketika, Ikhwan sudah memasuki ranah politik praktis, dan politik sudah menjadi agenda utama, maka secara otomatis membuka peluang saling bersaing tidak sehat. Tarbiyahpun tidak berjalan dengan baik dan efektif. Ditambah lagi faktor lain yang tak kalah dahsyatnya, yaitu tertular virus politik praktis jahiliyah, sehingga dorongan untuk menduduki kekuasaan internal semakin tak terbendung, karena secara otomatis akan dapat mempunyai nilai tawar dan pengaruh politik eksternal, khususnya dengan penguasa dan pemerintah untuk menikmati kue musyarokah. Apalagi Ikhwanul Muslimin adalah gerakan dakwah terbesar yang terlibat politik praktis, sudah pasti memiliki nilai tawar yang tinggi di mata lawan politik mereka. <br /><br />Fakta membuktikan bahwa sejak IKhwan mendapat angin segar untuk terlibat politik praktis atau musyarokah di akhir 70an dan awal 80an, yakni di mana Presiden Anwar Sadat meniupkan iklim keterbukaan, sejak itulah mulailah bibit-bibit perpecahan di kalangan elitnya tumbuh. Suasana keterbukaan itu mereka sambut dengan istilah musyarokah (koalisi) dengan pemerintah. <br /><br />Merekapun mendapat jatah beberapa menteri di pemerintahan dan bahkan puluhan tokohnya menjadi anggota parlemen. Persoalannya kemudian ialah, semua potensi jamaah habis digunakan untuk berbagai kegiatan politik praktis seperti pemilu dan sebagainya. Pada waktu yang sama, tarbiyah (kaderisasi) dan program dakwah praktis lainnya, menjadi berantakan dan program perbaikan pemerintah dan masyarakat tak kunjung dapat dicapai. <br /><br />Sebabnya tidak lain adalah terlena dengan puluhan kursi legislative dan jatah beberapa kursi menteri yang dilandasi penafsiran yang keliru terkait kasus Nabi Yusuf meminta jabatan. Padahal menurut manhaj Ikhwanul Muslimin sendiri, politik itu hanya satu dari 8 pilar gerakan dakwah Ikhwan. <br /><br />Melihat fakta dan kenyataan tersebut, Mustafa Masyhur tahun 1986 menulis sebuah buku yang diberi judul dengan “Jalan Dakwah, antara Orisinilitas dan Penyimpangan”. Di antaranya beliau menjelaskan : Musyarokah dengan pemerintahan yang tidak berhukum dengan hukum Allah. <br /><br />Jika terbuka peluang, Musyarokah harus berdasarkan analisa syar'iyyah yang amat teliti. Musyarokah tidak lain hanya langkah yang diperlukan (milestone) untuk menuju sebuah pemerintahan Islam secara menyeluruh. Musyarokah seperti itu tidak masalah asalkan terpenuhi persyaratan yang menjamin terealisasinya tujuan utama dan dengan kesepakatan- kesepakatan yang jelas. Masalah ini tidak boleh diserahkan kepada ijitihad individu (pemimpin). <br /><br />Jika kesepakatan tersebut diingkari (oleh pihak yang kita bermusyarokah dengannya) atau terjadi pergeseran niat (dari pihak kita), maka musyarokah harus segera ditinggalkan, agar kita tidak terjebak pada tipu muslihat dan memalingkan dari target-target besar kita dan rela hanya dengan jalan tengah (kompromi) tanpa melahirkan solusi yang mendasar dan fundamental. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">Kesimpulan <br /></span><br />Setelah 30 tahun Ikhwanul Muslimun di Mesir, termasuk juga di Jordania dan beberapa Negara Arab dan Afrika Lainnya terlibat politik praktis. Saatnya Ikhwanul Muslimin mengevaluasi secara total dan teliti maslahat dan mudharat yang didapatkan selama 30 tahun belakangan ini. 30 tahun bukanlah waktu yang sebentar. Sebagai perbandingan, di bawah kepemimpinan Hasan Al-Banna, 20 tahun cukup bagi Ikhwanul Muslimin untuk mengguncang dunia, sehingga sepak terjang mereka di Mesir dan dunia Arab lainnya wabil khusus di Palestina nyaris mengalahkan pasukan Yahudi yang terlatih dan dapat dukungan dunia internasional. Kalaulah tidak karena kospirasi dan pengkhianatan para pemimpin Arab saat itu, sangat besar peluang Ikhwanul Muslimin memenangkan jihad melawan Yahudi pada 1948 itu. <br /><br />Sebab itu, musuh Islam sepakat bahwa Hasan Al-banna dan beberapa tokoh Ikhwan lainnya harus dibunuh dan Ikhwanul Muslimin harus diberangus, baik SDM nya maupun asset dan kekayaannya. Maka pada 12 Februari 1949, Al-Banna pun dibunuh sehingga beliau meraih cita-citanya, yakni mati syahid di jalan Allah. Alangkah baiknya jika para petinggi Ikhwan saat ini membuka mata hati dan mata kepala mereka terhadap lembaran putih sejarah mereka, khususnya 20 tahun pertama berdirinya gerakan Ikhwanul Muslimin, agar tidak berkutat pada persoalan kekuasaan internal dan bisa keluar dari conflict interest jangka pendek yang sama sekali bukan ajaran Ikhwanul Muslimin. <br /><br />Agar evaluasi maslahat dan mudharat, serta kemajuan dan kemunduran dakwah itu adil dan objektif, maka selayaknya alat ukur dan standar yang dipakai dari pemikiran dan konsep dakwah yang dirumuskan oleh pendidrinya, yakni Hasan Al-Banna itu sendiri, bukan dari persoalan AD dan ART-nya, apalagi hanya karena hidden agenda para elitenya. Beberapa pertanyaan berikut mungkin dapat memberikan jawaban yang pasti dan jujur : <br /><br />Sudah berapa banyak pribadi Muslim yang memiliki 10 karakter mulia terbentuk? <br />Sudah berapa banyak keluarga Muslim yang mumpuni terbentuk? <br />Sudah berapa banyak terjadi perbaikan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, khususnya pendidikan, kesehatan, ekonomi, budaya dan sebagainya? <br />Sudah berapa pula dilakukan Islamisasi hukum dan peraturan dalam pemerintahan selama musyarokah? <br />Sudah berapa banyak persoalan negeri terbebas dari pengaruh dan dominasi asing, khususnya ekonomi, politik, penididikan, hukum, keamanan, militer dan budaya? <br />Sudah berapa kuat jalinan dan hubungan antara negeri-negeri Islam dalam merakit kembali kekuatan mengembalikan sistem Khilafah yang hilang sejak 1924? <br />Sudah adakah secercah cahaya bahwa umat ini secara keseluruhan siap menjadi sokoguru dunia?<br />Kalau pertanyaan-pertanya an di atas dapat dijawab dengan positif dan dengan angka yang menggembirakan atau logis, mari kita puji Allah dan ucapkan selamat pada Ikhwanul Muslimin. Namun jika jawabannya negatif, para petinggi Ikhwanul Muslimin perlu segera mengevaluasi diri atas kekeliruan langkah dakwah yang diambil selama 30 tahun belakangan ini. <br /><br />Dengan demikian dapat dipahami bahwa para pemimpinnya sedang berada di jalan yang berbeda dengan apa yang digariskan dan dirumuskan Hasan Al-Banna rahimahullah. Saat itulah Allah bukan lagi jadi tujuan. Rasul bukan lagi jadi panutan. Qur’an bukan lagi jadi sumber hukum dan peraturan. Jihad bukan lagi jadi jalan dakwah dan izzatul Islam wal muslimin. Mati syahid bukan lagi jadi cita-cita yang tertinggi. <br /><br />Sebab itu tidak heran, jika kualitas Jamaah Ikhwan dan pencapaian perjuangan dakwahnya 30 tahun terakhir sangat jauh berbeda dari Ikhwanul Muslimin yang dipimpin Hasan Al-Banna selama 20 tahun pertama sampai Beliau syahid 1948. Semoga menjadi pelajaran bagi gerakan dakwah di negeri ini, khususnya bagi yang mengklaim menjadi penganut gerakan Ikhwanul Muslimin. Allahumma aamiin…Abu Fauzanhttp://www.blogger.com/profile/10244044276040129483noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1055941593051782736.post-56146602929787541612009-04-26T19:14:00.000-07:002009-04-26T19:23:17.467-07:00Dibalik Angka Pemilu 2009my note:<br />Tulisan ini menarik dan bagus sebagai saran sekaligus kritik membangun untuk PKS.<br /><br />Oleh: M. Qodari<br />(Direktur Eksekutif, Indo Barometer, Jakarta)<br /><br />Usai pemilu legislastif, sekarang ini adalah momentum yang tepat untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja partai politik (parpol) kita. Parpol yang baik merupakan keharusan apabila kita ingin meningkatkan kualitas demokrasi di Indonesia. Partai politik yang buruk akan melahirkan demokrasi yang lemah. Sebaliknya, partai politik yang baik akan melahirkan demokrasi yang kuat.<br /><br />Terhadap kinerja parpol kita, pada dasarnya hanya ada dua jenis penilaian yang bisa diberikan. Pertama, berhasil. Kedua, gagal. Kriteria penilaian itu pun secara umum bisa dibagi dua. Pertama, kriteria berbasis angka. Kedua, kriteria berbasis non-angka. Karena keterbatasan ruang untuk memudahkan evaluasi kinerja parpol, dalam kesempatan ini fokus evaluasi akan dilakukan pada kinerja Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sambil tetap membahas partai-partai lainya.<br /><br />*Kriteria Angka*<br /><br />Evaluasi ini akan dimulai dari kriteria angka. Kriteria angka itu sendiri dapat dibagi dalam beberapa kategori. Kriteria pertama adalah kirteria persentase suara. Parpol yang persentase suaranya naik dianggap berhasil dan yang turun dianggap gagal. Jika kriteria ini dipakai, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bisa dianggap sukses karena suaranya meningkat dari 7,3 persen di Pemilu 2004 menjadi sekitar 8,5 persen dalam Pemilu 2009 ini.<br /><br />Namun, yang lebih sukses tentulah Partai Demokrat (PD) yang suaranya naik hampir tiga kali lipat, dari 7,5 persen di tahun 2004 menjadi sekitar 20,5 persen di tahun 2009 ini.<br /><br />Jika PKS dan PD dianggap sukses karena suaranya naik, parpol yang 'kurang sukses' karena suaranya turun adalah Partai Golongan Karya (Golkar), Partai<br />Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Persatuan Pembangunan (PPP),<br />dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).Adapun Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) tidak ikut dimaksukkan evaluasi ini karena baru sekali ikut pemilu. Sementara itu, kenaikan dan penurunan suara Partai Amanat Nasional (PAN) belum bisa disimpulkan secara definitif karena beberapa *quick count* (QC) berbeda persentase suaranya.<br /><br />Kriteria angka berikutnya adalah kriteria peringkat. Jika kriteria peringkat yang dipakai, PKS juga bisa disebut berhasil karena peringkat PKS naik dari nomor 6 di Pemilu 2004 ke nomor 4 di Pemilu 2009. Yang paling berhasil tentu saja PD yang posisinya meloncat dari peringkat 5 di Pemilu 2004 ke peringkat 1 di Pemilu 2009. PAN juga sukses karena naik karena dulu peringkat 7<br />sekarang peringkat 5.<br /><br />Adapun parpol yang gagal adalah Golkar (turun dari peringkat 1 di Pemilu 2004 ke peringkat 2 atau 3 di Pemilu 2009, ini pastinya menunggu hasil hitungan resmi KPU), PPP (turun dari peringkat 4 ke 6), dan PKB (dari peringkat 3 ke peringkat 6). PDIP di tahun 2004 menempati peringkat 2. Di Pemilu 2009, mungkin PDIP bertahan di peringkat 2 atau mungkin turun ke peringkat 3, tergantung hitungan resmi KPU nanti.<br /><br />Untuk kriteria kenaikan dan penurunan kursi di DPR RI, analisis masih tentatif karena penghitungan resmi KPU belum selesai. Penghitungan ini menjadi lebih rumit karena adanya variabel baru dalam penghitungan kursi DPR RI, yakni aturan ambang batas atau *parliamentary threshold* untuk pemilu DPR RI. Namun, dari penghitungan sementara, beberapa partai yang jumlah kursinya diperkirakan menurun adalah Golkar, PDIP, PPP, dan PKB. Sementara itu, yang naik adalah PKS dan PD.<br /><br />Kriteria berbasis angka lainnya adalah soal penyebaran kekuatan parpol. Parpol yang berhasil adalah parpol yang kekuatannya menyebar lebih merata di Pemilu 2009 ini. Parpol yang gagal adalah parpol yang tidak mampu memperluas wilayah kekuatannya. PKS termasuk sangat berhasil karena dulu partai ini hanya kuat di Banjabar (Banten, Jakarta, Jawa Barat), namun kini dapat merebut banyak kursi di wilayah lain, seperti Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan seterusnya. PD juga sangat berhasil. Posisi PD hampir selalu masuk tiga besar di berbagai provinsi. Bahkan, PD bisa menjadi peraih suara tertinggi di beberapa daerah yang dulu dikuasai partai lain, seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatra Utara, dan seterusnya.<br /><br />PDIP dan Golkar pada hakikatnya tetap mempertahankan penyebaran suaranya<br />yang bersifat nasional. Namun, suara Golkar dan PDIP menurun di berbagai wilayah. Yang jelas gagal adalah PKB yang wilayah kekuatannya tidak keluar dari Jawa Timur dan Kalimantan Selatan.. Bahkan, suara PKB di Jawa Timur yang dulu peringkat 1 kini turun ke peringkat 3 di bawah PD dan PDIP.<br /><br />*Kriteria Nonangka*<br /><br />Di luar kriteria angka sebagaimana dipaparkan di atas, penilaian tentang<br />keberhasilan dan kegagalan parpol juga perlu mempertimbangkan beberapa kriteria penting lainnya yang beyond numbers (di luar/di balik angka-angka).<br />Beberapa kriteria nonangka itu meliputi ideologi, organisasi, sumber daya, dan kepemimpinan.<br /><br />Evaluasi terhadap empat kriteria nonangka ini kiranya lebih penting daripada kriteria angka karena bersifat lebih jangka panjang dan mendalam ketimbang<br />angka-angka. Kriteria nonangka ini penting diikutsertakan dalam evaluasi ini<br />karena dua alasan. Pertama, kriteria ini mencerminkan kapasitas parpol yang<br />sesungguhnya untuk menjalankan perannya secara maksimal. Kedua, kriteria angka menyimpan jebakan persoalan tersembunyi. Ada partai yang menurut<br />kriteria angka mencapai kesuksesan besar, ternyata menyimpan hal yang serius<br />ketika ditinjau dari kriteria nonangka.<br /><br />Kriteria ideologi, misalnya. Kriteria ini sangat penting bagi parpol karena parpol pada hakikatnya merupakan wadah perjuangan bagi orang-orang yang memiliki ideologi yang sama untuk mewujudkan ideologi itu dalam kehidupan bangsa dan negara. Adapun ideologi yang dimaksud di sini adalah "suatu sistem gagasan yang menyeluruh tentang kondisi masyarakat yang ada sekarang dan kondisi masyarakat yang dicita-citakan, berikut cara-cara untuk mewujudkannya".<br /><br />Kriteria ideologi ini penting untuk parpol agar dia memiliki orientasi yang jelas ke mana parpol ini akan dibawa. Jika suatu parpol eksis tanpa ada suatu landasan ideologi yang jelas, parpol tersebut sebetulnya hanya menjadi 'mesin suara' yang mengantarkan caleg menjadi anggota DPR/DPRD atau tokoh partai menjadi capres, cawapres, menteri, ataupun jabatan publik lainnya..<br /><br />Jika ini yang terjadi, eksistensi parpol tersebut sulit diharapkan untuk membawa kemaslahatan publik yang besar, selain nasibnya tak akan berumur panjang.<br /><br />Dalam konteks ini, hanya sedikit parpol besar kita yang telah memiliki landasan ideologi yang dijabarkan secara jelas, menyeluruh, dan detail dalam satu dokumen yang utuh (sebutlah: "*platform* partai"). Sampai sejauh ini, saya baru menemukan satu partai yang membuat *platform* partai, yakni PKS. Saya belum menemukan dokumen sejenis untuk Golkar yang notabene partai senior dan PD yang merupakan pemenang Pemilu 2009.<br /><br />Kriteria organisasi itu penting sebagai institusi yang menjalankan begitu banyak peran, termasuk di antaranya agregasi politik, komunikasi politik, rekrutmen politik, kaderisasi kepemimpinan, pendidikan politik, dan seterusnya. Partai politik harus memiliki organisasi yang solid dan modern.<br /><br />Apalagi tugas demikian harus dilaksanakan pada skala nasional yang sangat luas. Parpol dengan organisasi lemah (termasuk dalam kriteria organisasi ini adalah kualitas kader) tidak dapat diharapkan untuk menjalankan aneka peran di atas. Bahkan, ada parpol yang organisasinya begitu buruk sehingga untuk mengurus dirinya sendiri pun tak mampu.<br /><br />Dalam aspek ini, PKS termasuk partai yang dianggap sukses. Organisasinya rapi dan kadernya solid. Parpol yang juga dianggap memiliki organisasi yang baik adalah Golkar. Adapun parpol yang organisasinya masih dianggap lemah adalah PDIP, PKB, dan PPP. Catatan khusus harus diberikan pada PD yang dalam Pemilu 2009 kali ini menang, namun sesungguhnya kemenangan itu bukan dilahirkan oleh organisasi yang kuat.<br /><br />Kriteria sumber daya terutama menyangkut kemampuan parpol membiayai aneka<br />kegiatan mereka sehari-hari. Ini salah satu persoalan terbesar parpol<br />Indonesia sekarang ini. Kebanyakan parpol belum cukup kuat secara finansial.<br />Dalam konteks ini, PKS masih kurang sebab PKS kalah sumber daya dibandingkan Golkar dan PDIP yang notabene memang lebih senior. Juga, kalah sumber daya dari PD yang tokohnya sekarang presiden berkuasa. Pekerjaan rumah semua partai itu adalah bagaimana bisa mengumpulkan sumber daya yang tidak keluar dari koridor hukum dan dapat berfungsi dalam jangka panjang.<br /><br />Kriteria terakhir adalah kriteria kepemimpinan. Kepemimpinan dalam parpol penting karena dua alasan. Pertama, kepemimpinan dalam parpol merupakan<br />"bahan baku" untuk kepemimpinan nasional. Kedua, kepemimpinan atau tepatnya<br />ketokohan yang kuat dalam parpol merupakan magnet suara yang bisa membuat<br />suara partai membesar secara signifikan. Dalam kriteria ini, PKS belum memiliki tokoh yang bisa menjadi magnet suara bagi masyarakat Indonesia sehingga bisa membuat PKS menjadi parpol terbesar di Indonesia.<br /><br />Parpol yang sukses dengan tokoh yang menjadi magnet politik ada di PD dengan<br />SBY sebagai tokohnya dan PDIP dengan Megawati Soekarnoputri sebagai figur<br />utamanya. Golkar, PAN, PKB, dan PPP nasibnya mirip dengan PKS karena belum<br />memiliki figur yang popularitasnya seluas SBY dan Megawati. Memang, parpol<br />tidak boleh tergantung pada figur selamanya, namun mesin politik yang kuat<br />tanpa figur yang juga kuat akan sulit mengalami akselerasi kemenangan. Inilah empat pekerjaan rumah parpol-parpol Indonesia ke depan, yaitu membangun *platform* ideologi yang jelas; organisasi dan kader yang kuat; sumber daya yang memadai; dan ketokohan yang mampu menjadi magnet politik nasional.Abu Fauzanhttp://www.blogger.com/profile/10244044276040129483noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1055941593051782736.post-49329144205119725142009-01-23T02:29:00.000-08:002009-02-09T08:55:19.219-08:00NostalgiaSetelah beberapa waktu yang lalu, saya mengunjungi blog seseorang (even i don't know, who she is) tapi saya merasa dibawa ke suatu tempat dimana saya merasa sangat nyaman dan merasakan sesuatu (heart feeling) yang begitu jauh entah dimana, namun saya betah didalamnya...<br /><br />I finally found the answer. I could be like that because, I was hearing a song. Yes, a song what I like so much, used to be (it's about 15 years ago)<br /><br />So, after it was happened.. I told to my wife. And I was so surprised, that she liked the song too!<br />You know, what was happened then? -> I had gone for a romantic dancing with her...<br /><br />So nice.. really. We were enjoyed the song together.<br /><br />Hmm.... (alhamdulillah, i'm very happy)Abu Fauzanhttp://www.blogger.com/profile/10244044276040129483noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1055941593051782736.post-43795079601595618012008-12-26T20:27:00.000-08:002008-12-26T20:30:04.703-08:00Selamat Tahun Baru 1430 HijriyahAssalaamu'alaikum, sahabat semua..<br />Semoga antum-antunna semakin sholih dan bermafaat untuk masyarakat.<br />Selamat Tahun Baru 1430 H. Semoga tahun ini adalah tahun kemenangan untuk dakwah dan perbaikan ummat. Amiin..<br /><br /><a href="http://friendster.com/keajaibanhati"><img src="http://farm4.static.flickr.com/3211/3135925181_685313d0e6.jpg?v=0" border="0"><br /><b>My Friendster</b></a><br /><br />Salam cinta,<br />Abu Fauzan.Abu Fauzanhttp://www.blogger.com/profile/10244044276040129483noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1055941593051782736.post-45463384458075026472008-12-07T22:28:00.000-08:002008-12-07T22:37:40.762-08:00ARAFAHArafah. Padang luas tempat kita menghampar jiwa. Semua lebur jadi satu tanpa sekat. Semua sekat: etnis, warna kulit, postur, latar budaya dan sejarah. Ihram putih yang membalut tubuh-tubuh kita menyimbolkan kesatuan. Semua kesatuan: asal usul, tujuan hidup, jalan hidup yang kita tempuh untuk mencapai tujuan itu.<br /><br />Arafah itu seperti lukisan jiwa-jiwa yang digantung di dinding sejarah. Seluruh jiwa menyatu dalam lukisan yang rumit; disatukan oleh kekuatan yang lahir kekuatan; kekuatan cinta yang lahir kekuatan iman. Tiba-tiba kita semua merasakan kerendahan hati yang tulus. Lalu jiwa kita hampar bagai permadani; silakan semua orang duduk di sana. Perbedaan-perbedaan ini, etnis, warna kulit, postur, latar budaya dan sejarah seketika berubah menjadi sumber keindahan yang menghiasi langit kehidupan kita.<br /><br />Cintalah rahasianya. Maka ekspansi Islam dari jazirah Arab ke kawasan Asia Tengah, Selatan, Tenggara dan Cina, atau kawasan Afrika Selatan dan Utara sampai ke Eropa Barat dan Timur, bukanlah suatu catatan tentang pedang terhunus yang tak pernah berhenti berdarah. Itu justru serangan pasukan cinta yang datang membebaskan jiwa-jiwa manusia dari belenggu yang membatasi hidupnya dengan sekat tanah dan etnis: maka menyatulah mereka dalam cinta yang melapangkan dunia. "Akan kami perangi mereka dengan cinta," kata Hasan Al Banna.<br /><br />Dalam celupan cinta jiwa-jiwa itu muncul kembali dengan kesamaan-kesamaan baru: keramahan yang tulus, kerendahan hati yang natural, kedermawanan dan kebiasaan menolong orang lain. Pergilah ke negara-negara Islam dan temuilah masyarakatnya, kamu pasti menemukan sifat-sifat itu merata di antara mereka. Itulah sifat-sifat yang lahir dari cinta.<br /><br />Dan itulah yang terjadi kemudian. Bangsa-Bangsa Islam adalah rumpun ideologi yang tidak pernah bisa punah, bahkan ketika khilafah mereka runtuh dan negara-negara mereka porak-poranda. Bandingkanlah dengan imperium Romawi, atau Persia atau Uni Soviet. Bangsa-bangsa mereka pecah begitu institusi negara mereka runtuh. Nasib seperti ini rasanya juga akan dialami oleh negara-negara kosmo saat ini. Materialisme telah membangun sebuah dunia kosmo yang disatukan dan dipisahkan oleh uang.Di dunia kita saat ini, krisis ekonomi bisa dengan mudah menghancurkan sebuah bangsa, menutup riwayat sebuah negara. Seperti Uni Soviet. Walaupun tidak dapat meramalkan waktu kejadiaannya, tapi saya memiliki kepercayaan yang kuat, bahwa Amerika Serikat juga akan mengalami masa depan yang sama.<br /><br />Batasan negeri kita, dan negeri mana pun, adalah ruang hati kita. Seluas apa ruang hati kita dapat menampung orang lain, seluas itulah negeri yang mungkin kita huni. Selama apa cinta dapat bertahan dalam hati kita, selama itulah umur negeri kita. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang rumit sebenarnya tersimpan sebuah rahasia yang sederhana: keutuhan kita sebagai bangsa seumur dengan umur cinta kita. <br /><br /><br />Anis Matta<br />pernah dimuat Majalah TarbawiAbu Fauzanhttp://www.blogger.com/profile/10244044276040129483noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1055941593051782736.post-18972859319488827062008-12-07T21:29:00.000-08:002008-12-07T22:23:40.435-08:00Masih Tetap Partai DakwahOleh Tifatul Sembiring<br /><span style="font-style:italic;"><br />Sumber: Republika, 3 Des 2008, hal 6</span><br /><br />Banyak orang mempertanyakan mengapa PKS mengklaim dirinya sebagai<br />partai dakwah. Bahkan ada yang mengatakan kalau PKS ingin berdakwah,<br />mengapa harus bikin partai? Silakan berdakwah di masjid-masjid, di<br />surau-surau atau di mushala-mushala. Tidak usah ikut-ikutan maju ke<br />panggung politik. Pemahaman ini sering dikemukakan oleh para pengamat<br />maupun politisi. Mereka menganggap PKS salah kaprah ketika ikut di<br />kancah politik.<br /><br />Sebetulnya, hakikat dakwah adalah ishlah (dari bahasa Arab), artinya<br />perbaikan. Bila kita ingin memperbaiki kualitas ummat, kualitas<br />masyarakat, berarti kita telah melakukan ishlah. Dalam terminologi<br />lain, kata ishlah juga bermakna reformasi. How to reform this nation.<br />PKS yakin perbaikan itu dapat dilakukan secara gradual dengan<br />meminimalkan efek-efek destruktif tentunya. Jadi, sebagai pendukung<br />reformasi, PKS akan terus berjuang mengemban amanah reformasi dengan<br />langkah-langkah dakwah.<br /><br />Dakwah memiliki tahapan. Pertama, memperbaiki diri sendiri, kemudian<br />keluarga, masyarakat, hingga memperbaiki negara. Inilah sekarang yang<br />sedang dilakukan PKS. Istilah kami berdakwah di level negara. PKS,<br />misalnya, menganggap parlemen sebagai mimbar dakwah. Kebijakan atau<br />keputusan yang dihasilkan parlemen harus membela rakyat dan berpihak<br />pada ummat. Dengan terlibat dalam proses pengambilan keputusan di<br />parlemen, PKS mengadvokasi dan memberikan manfaat kepada ummat Islam<br />dalam skala yang lebih luas.<br /><span style="font-weight:bold;"><br />PKS telah bergeser?</span><br /><br />Akhir-akhir ini kerap muncul pertanyaan, apakah PKS telah bergeser<br />dari ideologi dan asas Islam? Apakah sudah tergoda oleh dunia, lalu<br />memunculkan iklan Soeharto, meninggalkan jati dirinya, melupakan<br />khiththah perjuangan, dan seterusnya?<br /><br />Dalam hal ini saya tegaskan asas PKS tetap Islam. PKS tetap berangkat<br />dari ideologi Islam dengan moral dasar Islam dan tidak akan pernah<br />bergeser dari prinsip-prinsip tersebut. Prinsip-prinsip ini<br />sesungguhnya terinspirasi oleh Piagam Madinah dimana intinya<br />memberikan kebebasan beribadah bagi seluruh warga sesuai dengan<br />keyakinannya masing-masing, tidak saling mengganggu dan bersinergi<br />antar komponen bangsa.<br /><br />Dalam kiprah PKS, ada yang disebut mabadi' dan ada pula kaifiyah.<br />Mabadi' adalah hal-hal yang bersifat prinsip, yang tsabit atau kokoh.<br />PKS memiliki AD/ART yang menjadi pedoman keorganisasian, falsafah<br />dasar perjuangan dan platform pembangunan, yang semua bersumber dari<br />ajaran Islam tentang keadilan. Itulah mabadi' PKS. Kaifiyah adalah<br />sesuatu yang bersifat operasional. Untuk kasus iklan PKS yang<br />diantaranya menampilkan gambar Soeharto, sebenarnya DPP PKS belum<br />pernah memutuskan atau mengusulkan beliau sebagai pahlawan. Pada sisi<br />lain, kami memahami pemberian gelar pahlawan nasional adalah domain<br />pemerintah, bukan PKS.<br /><br />Iklan yang sempat ditayangkan dalam menyambut hari pahlawan selama<br />tiga hari itu mendapat kritikan dan tanggapan sangat luas dari<br />masyarakat dan pengamat. Sebenarnya iklan tersebut tidak bermaksud<br />memahlawankan Soeharto. Desain awalnya ketika muncul gambar Bung Karno<br />dan Pak Harto diikuti dengan kalimat: "Mereka sudah lakukan apa yang<br />mereka bisa". Lalu muncul gambar KH Hasyim Asy'ari dan KH Ahmad Dahlan<br />diikuti kalimat:"Mereka sudah memberikan apa yang mereka punya", lalu<br />muncul gambar selanjutnya dan seterusnya. Inilah konsep storyboard<br />iklan yang diperlihatkan kepada DPP.<br /><br />Ungkapan yang menyatakan bahwa Soekarno dan Soeharto sudah melakukan<br />apa yang mereka bisa adalah ungkapan yang bersifat umum dan netral.<br />Soal benat atau salah tindakan mereka kita serahkan penilaiannya<br />kepada masyarakat. Namun, pada pengolahan iklan selanjutnya, kata guru<br />bangsa dimunculkan terlebih dahulu dan di sinilah letak<br />kontroversinya. Kami menganggap sangat wajar reaksi sebagian<br />masyarakat terhadap penayangan iklan yang berdurasi hanya 30 detik itu<br />serta masa tayang yang hanya selama tiga hari.<br /><br />Hasil kreasi Tim Pemenangan Pemilu serta konsultan iklan dalam rangka<br />memperingati Hari Pahlawan tersebut membuat banyak mata terbelalak.<br />Maka tudingan PKS diduga menerima aliran dana dari Cendana dan<br />berbagai spekulasi pun merebak, juga fitnah-fitnah lainnya.<br /><br />Secara mabadi' atau prinsip, tidak ada yang berubah dari PKS. Tidak<br />ada keputusan yang menyatakan Soeharto adalah pahlawan. Tidak ada<br />perubahan khitthah. Namun, secara kaifiyah, mungkin saja ada yang<br />keliru. Tentunya, merupakan kewajiban kami mengoreksi dan sebagai<br />bahan pertimbangan sebelum penayangan iklan-iklan berikutnya di media<br />massa. PKS akan tetap berjuang untuk bersih, peduli, dan profesional,<br />sebagaimana hal tersebut menjadi salah satu tag line kami.<br /><br />Dalam hal acara rekonsiliasi nasional, ini semacam proposal untuk cut<br />off, memutuskan dendam sejarah agar pergantian rezim tidak diikuti<br />oleh cercaan dan caci maki antarpengikutnya. Betapa energi bangsa ini<br />akan tersia-sia karenanya. Padahal banyak permasalahan mendasar masih<br />menghambat laju pembangunan bangsa kita.<br /><br />Banyak pengamat mengatakan, pada 2009 ini the end of a political<br />generation, akhir dari suatu generasi politik. Jadi, tahun 2014 nanti<br />akan muncul pendatang baru di panggung politik dengan mimpi baru<br />mereka dan juga obsesi-obsesi yang baru pula. Maka, kami memandang<br />jangan sampai kaki kita ditarik-tarik terus ke belakang. Mari menatap<br />ke depan, membangun dan memajukan bangsa, menghilangkan segala bentuk<br />dendam sejarah. Ini agar ada kekuatan saling percaya di antara kita<br />dan melangkah tanpa curiga-mencurigai.<br /><br />Untuk inilah digagas rekonsiliasi dan perlu dicatat bahwa rekonsiliasi<br />ini tidak bermaksud akan adanya pengampunan terhadap pelanggar hukum.<br />Yang bersalah tetap harus diproses menurut peraturan<br />perundang-undangan yang berlaku, tanpa pandang bulu.<br /><br />Demikian pula denga penghargaan terhadap tokoh-tokoh muda atau para<br />pemimpin "balita", dimana hal ini telah kami canangkan sejak di<br />mukernas di Makassar. Ini adalah semacam stimulasi agar bermunculan<br />sosok-sosok segar dan berkualitas dari lapisan anak muda di negeri<br />ini. Pada sisi lain, kita melihat seluruh calon presiden yang telah<br />muncul rata-rata telah berusia 60 tahun ke atas. Sebagai proposal bagi<br />Indonesia yang lebih bernas, tentu sah-sah saja kami mengusulkan tokoh<br />muda.<br /><br />Kriteria 106 pemimpin "balita" ini pun masih sangat sederhana.<br />Pertama, mereka memiliki track record moral yang baik, belum<br />terkontaminasi perilaku KKN. Memiliki kompetensi dan kualitas<br />kepemimpinan dan telah muncul di publik serta media massa. Mereka<br />aktif di berbagai bidang, apakah di LSM, kampus, pekerja sosial,<br />budayawan, pengusaha, dan sebagainya. Kami ingin mengatakan, saat ini<br />setidaknya ada 106 pemimpin muda yang siap membuat bangsa ini maju dan<br />bermartabat di hadapan bangsa-bangsa lain.<br /><br />Inilah penjelasan kami terhadap beberapa kritik yang dialamatkan<br />kepada PKS. Masukan-masukan tersebut sungguh kami hargai dan<br />merefleksikan betapa eratnya saling memiliki di antara kita, anak<br />bangsa. Secara substansi, kritikan-kritikan tersebut menyangkut<br />kaifiyah, dimana hal tersebut sangat dipengaruhi oleh dinamika<br />kreativitas para kader dan simpatisan. Wilayah ideologis dan asas kami<br />ialah Islam, tetap kokoh.<br /><br />Wallohu a'lam bish-showabAbu Fauzanhttp://www.blogger.com/profile/10244044276040129483noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1055941593051782736.post-70115889322520465672008-11-26T08:50:00.000-08:002008-11-26T09:02:28.412-08:00Mari Jaga Keutuhan dan Kesatuan Kita<span style="font-weight:bold;"><span style="font-style:italic;">"Qiyadatu mukhlishoh wa jundiyatu muthi'ah"</span><br />(Pimpinan yang ikhlas dan kader yang loyal)<br /></span><br />Kata-kata di atas merupakan salah satu jargon lahir dalam ranah tarbawiyah, menunjukkan salah satu bentuk pola hubungan timbal balik antara para qiyadah dengan para junud. Dalam skala yang paling kecil menunjukkan pola hubungan antara para murobbi dan para mutarobbi. <br /><br />Keikhlasan qiyadah-lah yang akan menumbuhkan adanya keta'atan dari para junud. Keikhlasan yang tidak hanya keluar dalam tataran verbal semata tapi terlihat dalam tataran 'amal. Dalam cara pandang yang lain, contohnya, keikhlasan tersebut nuansanya akan bisa juga terlihat dalam cara berbicara, cara berpakaian, cara tersenyum bahkan dalam cara memberikan instruksi/arahan, nuansa keikhlasan kentara terasa. Dengan keikhlasan seperti inilah maka para junud merasakan adanya kenyamanan berada dalam arahan dan bimbingan para qo'id tersebut. Kenyamanan inilah yang nantinya menghasilkan sikap keta'atan dari para junud. Dalam kondisi inilah dengan sendirinya sikap tsiqoh akan muncul.<br /><br />Namun jangan dilupakan pula, sebaik-baiknya taujih adalah taujih robbani. Dengan sendirinya unsur utama tersebut merupakan katalisator dalam pembentukan sikap tsiqoh ini.<br /><br />Dalam perspektif organisasi, tsiqoh bil jama'ah menduduki tempat yang utama, sekaligus merupakan parameter loyalitas seorang junud. Tsiqoh bil qiyadah merupakan personifikasi sikap tsiqoh bil jama'ah, inilah pemahaman yang selayaknya hadir dalam setiap junud.<br /><br /><span style="font-style:italic;">…jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti (tabayyun) agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya…" (QS.Al Hujurat;6)<br /></span><br />Rasulullah SAW marah besar kepada Harits bin Dhirar, ketika Harits bin Dhirar datang menghadap untuk melakukan klarifikasi mengapa utusan Rasulullah SAW tidak kunjung datang untuk mengambil zakat yang terkumpul. <br /><br />Ternyata sang utusan, Walid bin Uqbah, memang tidak melaksanakan tugasnya dengan amanah, dia memang tidak pernah sampai ke tempatnya Harits bin Dhirar, sebaliknya malahan dia kembali lagi ke Madinah dan sewaktu melaporkan hasil tugasnya kehadapan Rasul, Walid bin Uqbah mengabarkan bahwa Harits bin Dhirar tidak mau memberikan zakat yang telah dijanjikan dan malah mau membunuhnya. Inilah yang menjadi sebab kemarahan Rasulullah SAW kepada Harits bin Dhirar. <br /><br />Harits bin Dhirar tabayyun langsung ke hadapan Rasul, dengan mengatakan "Wahai Rasulullah, kaum kami telah masuk kedalam Islam dan telah mengumpulkan zakat sebagaimana yang telah engkau perintahkan. Namun sampai dengan waktu yang ditentukan ternyata utusan-mu tidak pernah tiba ke tempat kami untuk mengambil zakat tersebut. Kami takut karena kemarahan Allah dan Rasul-nya yang menyebabkan tidak adanya utusan yang datang ke tempat kami. Karena itulah saya dan pembesar-pembesar kami datang menghadapmu. " <br /><br />Dan turunlah Al-Hujurat ayat 6 di atas tersebut.<br /><br />Demikianlah Walid bin Uqbah, seorang sahabat dan kader dakwah pada masa Rasulullah SAW, yang telah mendapatkan kemuliaan dengan menjadi salah seorang utusan Rasulullah SAW, ternyata tidak bisa menunaikan amanah dengan baik, malah melaporkan informasi yang menyesatkan bagi Rasulullah SAW berkaitan dengan Harits bin Dhirar. Allah dan Rasul-Nya yang akan menentukan bagaimana bentuk sanksi yang akan menimpanya.<br /><br />Harits bin Dhirar, sosok kader dakwah yang lainnya, begitu dia merasakan adanya ketidaksesuaian antara janji yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW dengan kenyataan yang terjadi maka sikap yang diambilnya adalah pertama melakukan instropeksi, bila ada perilaku dia dan kaumnya yang menjadikan Allah dan Rasul-Nya murka sehingga tidak mengirim utusan sebagai salah satu bentuk sanksi yang diberikan, kedua, kemudian melakukan tabayyun langsung ke hadapan Rasulullah SAW dengan membawa para pembesar di kaumnya untuk menjelaskan keadaan yang sesungguhnya. (Lihat selengkapnya dalam tafsir Ibnu Katsir berkenaan dengan ayat tsb di atas).<br /><br />Pernah ada satu masa dimana saat itu, informasi-informasi yang berkaitan dengan issue-issue kejama'ahan belum begitu semeluas sekarang ini. Saat itu informasi seputar kejama'ahan hanya berkutat dalam area yang terbatas, dan hanya dinikmati juga oleh orang-orang yang terbatas yaitu para kader dakwah itu sendiri, hal ini merupakan konsekuensi yang wajar karena dakwah saat itu masih mempersiapkan diri, menata diri untuk siap-siap memasuki pintu dakwah berikutnya yang sangat lebar yaitu dakwah kepada masyarakat dalam era keterbukaan (jahriyatu jamahiriyyah da'wah).<br /><br />Dalam hal pengelolaan informasi, struktur saluran informasi yang tercipta saat itu bisa menghasilkan sterilisasi informasi dari unsur-unsur pengotor. Sehingga informasi kejama'ahan yang beredar bersih, terang dan shohih. Pola khas-nya adalah bottom up atau top down (vertical).<br /><br />Karena tuntutan keniscayaan dakwah inilah, maka akhirnya tarbiyah memasuki masa keterbukaannya. Tarbiyah dalam era kekinian sebagai konsekuensinya menghadapi kenyataan bahwa betapa informasi, isu-isu seputar tarbiyah dan kejama'ahan begitu banyak berserakan dimana-mana. Saking berserakannya, maka menjadikan kita begitu mudah untuk mengambilnya. Saking berserakannya, maka timbul kesamaran mana informasi yang wadhih dan shohih, dan mana informasi yang menyesatkan. Konsumennya pun menjadi tidak semata-mata para kader saja bahkan masyarakat luas pun bisa menikmatinya. Informasi itu bisa datang dari samping kiri atau kanan kita. Tanpa kita mencaripun, tanpa menyengajapun, kita akan menemuinya. <br /><br />Bila masa itu telah tiba, dimana para kader kadang mudah terprovokasi dengan pelbagai informasi yang diterima dari kanan atau kirinya. Tanpa menyadari (karena kemasan yang begitu baik, begitu ngikhwah, begitu *ks) bahwa diantara sekian informasi yang diterima itu boleh jadi ada yang sebagian dilontarkan oleh pihak yang membenci dakwah ini, memusuhi, bercita-cita agar dakwah ini hancur. Maka lunturlah ketsiqohan, terkikislah keta'atan. Persis seperti apa yang Allah gambarkan dalam ayat-Nya di atas. <br /><br />Ikhtisar, Ingatlah kita semua adalah junud dalam dakwah ini, inilah saatnya kita menunjukkan sikap dan perilaku kita sebagai kader sejati. Kewajiban kitalah untuk mengawal jalannya kereta dakwah ini, karenanya kita harus tsiqoh kepada dakwah ini, tsiqoh kepada jama'ah ini, sikap kita :<br />1.Tolaklah lebih dulu, berilah pembelaan dakwah, bila menemui adanya informasi yang 'miring' , jangan terburu atau terpengaruh untuk ikut-ikutan membenarkan.<br />2.Ruju' kepada murobbi, tanyakanlah hal ihwal permasalahan ini kepada murobbi, bila ybs tidak bisa memberikan penjelasan, pasti ybs akan menanyakannya pula kepada murobbinya. Inilah salah satu saluran informasi yg bersih itu.<br />3.Simaklah bayanat yang di keluarkan oleh struktur, namun perlu diingat tidak setiap permasalahan memerlukan bayanat. Ada skala prioritas. Inilah saluran informasi bersih lainnya.<br /><br />Wallahu a'lam.Abu Fauzanhttp://www.blogger.com/profile/10244044276040129483noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1055941593051782736.post-13255643897135558552008-11-26T05:08:00.000-08:002008-11-26T09:10:59.299-08:00Berharap Syurga-Mu<span style="font-weight:bold;">Memang saya tak setampan Nabi Yusuf alaihi salam, yang pesonanya<br />membuat Zulaikha tergila-gila kepadanya dan belasan wanita cantik<br />lainnya rela mengiris tangannya tanpa sadar lantaran tersihir keelokan<br />wajah putra Ya'kub itu. Ketampanan Yusuf bukan semata fisik, melainkan<br />cahaya di hatinya yang memancarkan kemuliaan. Bandingkan dengan diri<br />ini, tak seujung kelingking pun ketampanan saya bisa menyaingi Nabi<br />mulia itu.</span><br /><br />Saya pun tak sesabar Nabi Ibrahim alaihi salam, berdakwah hingga<br />usianya lebih seabad namun hanya sedikit pengikutnya. Yang bersabar<br />hingga hari tuanya untuk bisa menimang putra tercinta Ismail. Coba<br />lihat diri ini, sering tergesa-gesa tak sabaran<br /><br />Sosok ini pun tak setaat Ismail putra Ibrahim, yang ikhlas menjalankan<br />perintah Allah meskipun harus disembelih oleh ayahnya sendiri. Bahkan<br />Ismail tak bergeming saat setan menggodanya. Hmm, mudah sekali rasanya<br />setan-setan menggoda diri ini. Mungkin karena saya belum benar-benar<br />taat kepada-Nya. <br /><br />Diri ini jelas-jelas tak setabah Nabi Ayub alaihi salam dalam<br />menjalani cobaan dari Allah. Ayub yang bertahun-tahun diuji Allah<br />dengan penyakit, tak sedikit pun mengeluh. Justru sebaliknya, ia<br />merasa ujian itu adalah cara Allah mendekatinya. Sedangkan saya, baru<br />kena flu saja sudah uring-uringan, bagaimana diberi penyakit yang<br />lebih parah? Bisa-bisa jadi alasan untuk malas beribadah. <br /><br />Saya juga tak sehebat Nabi Daud alaihi salam, yang meski bertubuh<br />kecil sangat pemberani melawan Raja Jalut. Begitupun Nabi Musa alaihi<br />salam yang tak gentar berhadapan dengan penguasa paling lalim<br />sepanjang masa, Firaun. Ia berani mengungkapkan kebenaran dengan nyawa<br />taruhannya. Duh, jika saya berada pada posisi seperti itu, sanggupkah?<br />Bahkan menegur sahabat yang berbuat salah pun terasa berat lidah ini<br />mencobanya. Ironisnya, saya sering bersembunyi, pura-pura buta setiap<br />kali kemungkaran berlaku di depan mata ini. <br /><br />Hati ini tak setegar Nabi Nuh alaihi salam yang tetap tersenyum<br />mendapati ejekan dari kaumnya, termasuk isteri dan anaknya sendiri.<br />Bahkan ketika air bah datang, Nuh tetap mengajak kaum yang sebelumnya<br />tak henti mengejeknya sebagai orang gila. Andaikan saya yang diejek,<br />emosi lah yang didahulukan. Kalau perlu saya menantang siapapun<br />penghina itu untuk berkelahi, saling menumpahkan darah. Saya mudah<br />marah, gampang tersulut emosinya, mudah terprovokasi, ah jauhlah dari<br />sifat Nabi Nuh. <br /><br />Akal pikiran ini tak secerdas Nabi Harun alaihi salam, yang karena<br />kecerdasannya ia diperintah Allah menemani Musa menghadapi Firaun<br />sekaligus menghadapi para pengikutnya. Kejernihan pikirannya,<br />menjadikan ia teramat mudah mendapat hikmah dari Allah. Saya<br />benar-benar iri kepada Nabi Harun yang tak pernah berhenti belajar.<br />Berbeda dengan saya yang terkadang sudah merasa cukup pintar, sering<br />berpikir bahwa diri ini sarat ilmu pengetahuan. <br /><br />Saya benar-benar tak sebijak Nabi Sulaiman alaihi salam, dalam segala<br />hal. Ia yang mampu mendengar suara semut yang ketakutan akan derap<br />pasukan Sulaiman, bahkan sangat kasih terhadap makhluk yang sangat<br />kecil itu. Karena kebijaksanaannya itulah, ia dicintai oleh segenap<br />makhluk di bumi, dari bangsa manusia hingga jin, dari hewan di darat,<br />udara sampai di dalam lautan. Sulit rasanya saya sekadar mencoba<br />berlaku bijaksana dan adil. Saya masih egois, melihat untung rugi<br />dalam berbuat, mengedepankan siapa yang dekat dengan saya dan siapa<br />yang saya suka, bukan siapa yang benar dan berbuat kebaikan. <br /><br />Nabi Isa alaihi salam mengajarkan tentang kelembutan hati. Tentang<br />berbagi, membantu sesama, menolong orang tanpa pamrih, meringankan<br />beban kaum dhuafa, menyediakan tangannya untuk orang-orang yang<br />kesusahan, dan mengobati yang sakit. Hatinya selalu menangis melihat<br />orang-orang yang menderita, dirinya selalu berada di sekeliling kaum<br />dhuafa. Sedangkan saya, berkali-kali menyaksikan fenomena kemiskinan,<br />kesusahan, penderitaan di berbagai tempat, tetap saja hati ini sekeras<br />batu,.Tak gampang menangis jika bukan diri ini sendiri yang mengalami<br />kesusahan. <br /><br />Bagaimana dengan Rasulullah Muhammad Sallallaahu alaihi wassallaam? <br />Sungguh, beliaulah teladan seluruh manusia. Tentang cinta, kasih<br />sayang kepada sesama, urusan rumah tangga, kelembutan sikap, kemuliaan<br />akhlak, tutur kata, persahabatan, persaudaraan, kepemimpinan,<br />berwirausaha, seluruhnya sempurna. Tak cukup jutaan lembar kertas<br />untuk menuliskan keindahan pribadinya, diperlukan samudera tinta guna<br />melukiskan kemuliaan akhlaknya. <br /><br />Tetapi saya? Tak berani menyebut satu saja keunggulan pribadi diri<br />ini. Sebab, satu terbilang, maka seratus keburukan segera terucap.<br />Andaikan saya setampan Yusuf, mungkin saya akan sombong dan tak<br />bersyukur. Misalkan saya sepemberani Daud, belum tentu digunakan untuk<br />membela kebenaran. Adapun saya pernah membantu seseorang, pamrih,<br />ujub, riya pun mengiringi perbuatan itu. <br /><br />Jangankan untuk meniru sifat para Nabi dan Rasul, mendekatinya pun tak<br />mungkin. Jangankan menyamai pribadi mereka, mengikuti jejak para<br />sahabatnya pun tak sanggup. Berkaca pada manusia-manusia pilihan-Mu ya<br />Rabb, saya malu, teramat malu. <br /><br />Jika demikian adanya, di pintu mana saya boleh mengetuk surga-Mu?<br /><br />ditulis oleh:<br />Sahabatku, Bayu Gautama.Abu Fauzanhttp://www.blogger.com/profile/10244044276040129483noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1055941593051782736.post-85879502842608080962008-11-21T07:53:00.000-08:002008-11-21T08:08:00.562-08:00Bukan Karena Manusia!<span style="font-weight:bold;">Saudaraku,<br />Dalam perjalanan dakwah ini, ada yang mengeluh, merasa jenuh, ingin gugur, dan jatuh.<br />Ia berkata, "Aku lelah."<br />Namun, ada juga orang-orang yang tubuhnya lelah,<br />pikirannya penat, problem hidupnya banyak,<br />ekonominya pas-pas-an, tapi semangatnya kuat!<br />Ia berkata, "LILLAH." Karena ALLAH. Maka, Ikhlaslah saudaraku...<br />Sebab bila tidak, kau akan tersakiti.<br /></span><br />Note:<br />Untuk semua saudaraku yang merasa dirinya "dikhianati" oleh dakwah,<br />yakinlah, kembalikanlah semua AMAL dan DAKWAH kita kepada Sang Pemilik Dakwah ini.<br />Jangan berhenti berjuang, jangan berhenti menasehati, dan jangan pernah berhenti untuk melangkah bersama.<br />Sebab kita beramal bukan untuk manusia, bukan untuk golongan, bukan untuk partai.<br />Semua ini hanyalah sarana, untuk mencapai ridho-Nya.Abu Fauzanhttp://www.blogger.com/profile/10244044276040129483noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1055941593051782736.post-80403925153672039562008-11-14T21:09:00.000-08:002008-11-21T08:09:51.545-08:00PKS, Ambisi Besar, Tenaga KurangOleh Ust. H. Mashadi<br /><br /><span style="font-weight:bold;">PKS, Partai Keadilan Sejahtera, seperti orang bingung. Di tengah dua partai besar, dia tak mau terikat Golkar, tapi tak cocok dengan PDI-P. Dia naik daun sejak reformasi, tapi kini menganggap Soeharto "guru bangsa" dan "pahlawan". Tokoh-tokoh partai Islam ini tak segan segan berempati dengan Amrozi, dan dengan kelompok militan seperti FPI. Mereka beraspirasi membersihkan Islam di Indonesia dari nilai-nilai abangan. Di tengah mayoritas Islam yang moderat, PKS mengejar target 20 % dalam pemilu 2009 agar dapat memegang kendali negara pada 2014. Namun, kalangan internal PKS pun meragukan prospek itu.</span><br /><br />Baru beberapa bulan lalu, PKS yang merupakan partai dakwah, mengaku menjadi partai terbuka. Sekarang, partai yang ikut mendukung pemerintah ini, menjauhi Golkar, menolak mendukung SBY-JK untuk pilpres 2009, dan membuka diri bagi PDI-P. Bahkan partai yang populer semasa reformasi, pekan ini tampil dengan iklan yang memasang Soeharto sebagai "pahlawan" dan "guru bangsa". Ada apa dengan PKS?<br /><br />Undang-Undang Pilpres memang hanya menguntungkan partai-partai besar yang dapat meraih 20 % kursi DPR atau 25% suara elektorat seperti Partai Golkar dan PDI-P, dan memaksa partai-partai menengah seperti PKS, untuk berkoalisi dengan mereka. Sejak SBY-JK mengisyaratkan maju bersama kembali, maka peluang PKS meraih kursi RI-2 hanyalah dengan PDI-P. Koalisi partai-partai menengah dan kecil, diduga bakal sulit untuk mengusung jagonya sebagai capres atau cawapres sekali pun melalui Poros Tengah yang kembali diajukan oleh Amien Rais. <br />Walhasil, terutama bagi PKS yang berada di peringkat empat atau lima, tak ada jalan lain kecuali memacu dukungan dari mana saja. Partai yang tidak memiliki cikal bakal sendiri ini, sekarang mengusung tokoh-tokoh historis dan panutan, seperti KH Hasyim Anshari dari Nahdlatul Ulama dan KH Ahmad Dahlan dari Muhammadiyah serta, seperti Golkar, juga mempahlawankan Soeharto. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">Kelemahan strategis</span><br /><br />Namun, di balik semua itu, PKS, partai yang terpuji berdisiplin dalam pemilu 2004, kini merosot. Untuk menjaga kesatuan internal, PKS bahkan mengajukan delapan nama pimpinannya menjadi kandidat capres. Citranya yang bersih godaan korupsi mulai pudar. PKS diduga juga tak akan mampu meraih target 20%. Demikian menurut salah satu pendiri PKS, Mashadi:<br />"Kami belum sukses, karena kami tidak ikut terlibat dalam pengambilan keputusan negara, terutama menyangkut hal-hal yang strategis politik dan ekonomi. Inilah kunci persoalan yang ada sekarang ini. Jumlah kader kami juga sangat terbatas. Sekarang seluruh Indonesia kurang dari 200 ribu." <br />Bagi partai yang berambisi memimpin negara, semua ini merupakan kelemahan strategis. <br />Mashadi: "Dalam munas memang PKS menargetkan 20 persen, pemilu 2009 nanti. Saya agak ragu ya. Jadi sangat tidak realistis kalau misalnya tahun 2014 atau 2015 sudah akan terjadi perubahan sangat drastis, saya kira tidak. Tapi kami memulai dari suatu yang fundamental. " <br /><br /><span style="font-weight:bold;">Ambisi besar<br /></span><br />Betapa pun, PKS, partai yang citranya Islam garis keras ini, tetap merupakan satu-satunya partai kader dewasa ini. Dan satu-satunya partai yang tidak sulit mengajukan caleg tanpa harus mengimpor artis, aktivis dan wartawan. Mereka menggemblèng anggota-anggotanya jadi kader masuk masyarakat lewat pendidikan, masjid-masjid dan kegiatan sosial serta berupaya menguasai birokrasi negara. <br />Soalnya, ambisinya pun besar, yakni memperbarui Islam Indonesia. PKS bertolak dari temuan antropolog Amerika Clifford Geertz di tahun 1950an bahwa Islam di Indonesia masih terlampau dipengaruhi nilai-nilai abangan.<br /><br />Mashadi: "Dan itu terbukti Masyumi dan NU itu tidak mencapai suara mayoritas ketika pemilu 1955. Dan sesudah masa Soeharto juga begitu. Memang tidak ada partai yang secara sungguh-sungguh dan serius memperjuangkan prinsip-prinsip dan membuat platform yang jelas berdasar pada nilai-nilai Islam dan PKS sendiri adanya isyu keterbukaan bagian dari elemen dalam partai yang mereka memang tidak sabar untuk mengejar kekuasaan itu sendiri. Jadi harus terbuka, harus koalisi dengan apa saja, tidak lagi akan sekat ideologis dan lain sebagainya."<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Prinsip<br /></span><br />Menurut Mashadi yang dari kelompok dakwah, PKS tidak bercita-cita melaksanakan hukum Syariah, melainkan suatu masyarakat sipil yang beretika dan bermoral Islam. <br />Mashadi: "Masyarakat yang egaliter berdasarkan pada prinsip-prinsip Islam." <br />Aboeprijadi Santoso [AS]: "Masyumi lebih jelas, dengan syariah Islam sebagai dasar negara, kan? Negara Islam." <br />Mashadi: "Kami tidak langsung pada keinginan untuk mendirikan negara Islam, tetapi kami ingin lebih bagaimana menyelesaikan persoalan-persoalan pokok bangsa Indonesia ini. <br />AS: "Tidak langsung itu apa maksudnya, Pak?" <br />Mashadi: "Ya kami lebih menekankan bagaimana Islam sebagai sebuah etik itu menjadi prinsip hidup semua orang yang terlibat di dalam pengelolaan negara harus tahu mana yang dilarang dan mana yang tidak oleh agama." Demikian Mashadi, salah satu pendiri PKS.Abu Fauzanhttp://www.blogger.com/profile/10244044276040129483noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1055941593051782736.post-30934305826978212932008-10-06T21:57:00.000-07:002008-10-06T22:27:26.961-07:00Tinggal Hanya StatusSaudaraku, tulisan ini bagus untuk mengingatkan kita.<br />Ya, mengingatkan agar kita tidak terlena oleh tipu daya dunia.<br />Karena, siapapun kita, tetap tidak akan pernah lepas dari godaan dunia.<br />Yang bahaya adalah, jika yang terlena itu adalah para ustadz!<br />karena, bisa jadi mereka akan mencari-cari pembenaran atas apa yang mereka lakukan.<br />Bukan lagi kebenaran. TAPI pembenaran. Na'udzubillah min dzaalik.<br /><br /><br />Ditulis oleh: Ust. H. Mashadi<br /><br />Wajahnya bersih. Klimis. Bibirnya kemerah-merahan. Pakaiannya selalu trendy dan nampak 'charming'. Biasanya menggunakan merk terkenal atau barang branded. Seleranya tinggi. Gaya hidupnya nyaris sempurna. Flamboyan.<br /><br />Pergaulannya kalangan papan atas. Gaya bicaranya hanya bisa dipahami kalangan tertentu. Tak suka bergaul dengan orang 'udik'. Konon, tetangganya meninggalpun, tak berkenan takziyah, karena yang meninggal orang tak 'berkelas'.<br /><br />Bicaranya memukau siapa saja. Retorika dan pilihan katanya menarik. Menyihir orang-orang yang ada didekatnya. Mereka sangat ta'jub. Kecerdasannya diakui banyak kalayak. Ingatannya luar biasanya. Apa saja bisa dibicarakan. Dari yang ringan sampai yang rumit. Dari soal agama sampai soal politik global. Semua faham. Posisinya amat menentukan. Banyak orang bergantung kepadanya. Semua yang diucapkan dan dilakukannya menjadi perhatian. Menjadi perhatian siapa saja. Anjuran dan arahannya diikuti. Ia menjadi sebuah 'icon' di lingkungannya, dan memiliki magnitute yang luar biasa.<br /><br />Mungkin ia membaca teori-teori kepribadian dari berbagai ahli. Ahli kepribadian Barat. Kehidupannya menyesuaikan dengan ritme baru. Tak menggambarkan lagi sebagai orang lama. Orang yang konservatif. Orang yang tak berubah. Orang yang dalam terminologi lama disebut: 'puritan'.<br />Bersahaja. Kehidupan lama sudah tidak sesuai lagi. Ia tinggalkan semua yang berbau lama. Kaidah-kaidah lama tak lagi menguntungkan. Tak lagi dapat memberi kenyamanan. Kenyamanan kehidupan pribadinya. Karena semua berubah. Ia harus ikut berubah. Menyesuaikan. Kaidah-kaidah kehidupannya ikut berubah. Lingkungan pergaulannya menjadi luas. Tak terbatas. Tidak lagi sebatas orang-orang yang se-jenis. Dalam berbagai hal. Termasuk ideologi. Lebih luas. Lebih kosmopolitan. Lebih menjangkau seluruh kelompok-kelompok dan golongan. Tak ada sekat lagi.<br /><br />Tak lagi suka menggunakan idiom-idiom agama. Karena akan menyusahkan hidupnya. Agama hanya akan menjadi penghalang cita-citanya. Agama hanya akan menjadi tembok 'barrier' bagi karirnya. Menggunakan idiom agama adalah malapetaka. Menggunakan agama dapat dituduh fundamentalis dan teroris. Agama harus dibuang jauh-jauh. Agama akan mengacaukan dukungan terhadap dirinya atau lingkungannya. Agama harus menjadi masa lalu.Tak lagi suka ceramah di masjid-masjid. Karena tak dapat memberikan 'benefit' apa-apa. Kecil. Lebih suka bertemu dengan kalangan-kalangan atas. Politisi, birokrat, atau pengusaha. Di kafe-kafe. Di lobi-lobi hotel berbintang. Nilai lebih<br />tinggi. Sekali 'deal' sudah dapat digunakan, memuaskan hasratnya yang obsesif dengan kekuasaan. Kekuasaan sudah menjadi 'ghoyah' tujuan. Kekuasaan adalah di atas segala-galanya. Tak lagi peduli. Tak peduli dengan kritik. Semua harus diarahkan dan diajak menjangkau kekuasaan. Betapapun mahal.<br /><br />Pikiran, tenaga, dan seluruh potensi harus diarahkan menjangkau kekuasaan. Mimpi-mimpi yang dibangun adalah mimpi kekuasaan. Jangan mimpi yang lain. Ingatan kolektifnya adalah kekuasaan. Tak boleh yang lain. Seluruh lingkungan kolektifnya harus mengikutinya. Tak boleh ada yang melakukan interupsi. Kekuasaan harus segera direngkuh. Berkuasa menjadi keniscayaan. Ia yakin bisa terwujud. Yakin akan menjadi fakta kenyataan. Betapa heroiknya. Heroik yang disertai dengan daya khayal yang ambisius.Idiom-idiom baru terus disampaikan. Sebagian orang tak paham. Sebagian orang menolak. Sebagian orang menentang. Semua yang tak sepaham, akhirnya luruh dan pergi.<br />Memang. Agar tujuan dapat diwujudkan, tak perlu ada perbedaan. Apalagi, ada orang yang menolak dan menentang. Harus homogin. Semuanya harus satu kata dan satu tujuan. Kekuasaan. Dibenaknya kekuasaan pasti akan memberikan segalanya. Harapan yang diimpikan, pasti akan terwujud. Tak ada lagi yang tak dapat diwujudkan. Kemuliaan. Penghormatan. Harta. Semua fasilitas akan terpenuhi. Kemewahan akan dinikmati.Lalu, orang-orang melihatnya menjadi tertegun. Seakan melihat sebuah keajaiban. Seakan tak percaya. Seakan melihat bayangan dalam mimpi. Inilah generasi baru yang membuat banyak orang menjadi terpana.<br /><br />Kini. Keterbukaan dan koalisi adalah 'aqidah' baru. Tak lagi berani menunjukkan identitasnya sebagai muslim. Assalamu'alaikum diganti dengan pekik 'merdeka!'. Kondisi menuntutnya seperti itu. Tak ada sekat lagi antara agama dan nasionalisme. Kaum agama dan kaum nasionalis bisa bersama-sama. Tak ada sekat lagi antara Islam dan Kristen. Tak ada sekat lagi partai yang berbasis agama dengan partai sekuler. Semua sama. Semua dalam satu cita-cita nasional. Pengorbanan harus dilakukan.Tak perlu terlalu menampakkan identitas atau jati diri. Berteman dengan siapapun tidak masalah. Berteman dengan golongan apapun tidak masalah. Karena rakyat ini tidak homogin. Tidak mengklaim kelompok yang paling benar dan ideal. Dan, tak aneh kalau kadang-kadang mengikuti selera rakyat. Rakyat suka yang 'dilarang' agama, harus diikuti selera mereka. Rakyat suka berjoget. Rakyat harus dipuaskan. Asal semua mendukung dan memilihnya. Kekuasaan harus direngkuh dengan cara apapun. Tak peduli. Melanggar atau tidak. Bukan lagi perdebatan pokok. Agama tak lagi menjadi penentu 'mizan' dalam beramal.<br /><br />Kini. Semua yang melihatnya tertegun. Bagaikan tak percaya. Harapan yang dibawa pupus. Berharap akan ada alternatif. Berharap solusi masa depan mereka. Berharap akan lebih baik. Belum lagi genap sepuluh tahun harapan itu memudar. Hampa. Tak ada kebanggaan yang padu. Tak ada kepercayaan yang tersisa. Setiap orang semua menunduk malu. Seakan melihat semua tontonan yang tak pantas ditonton. Pertunjukkan di panggung yang 'absurd'. Satu-satu penonton meninggalkan panggung. Tak tertarik lagi dengan ajakan sang 'aktor'. Karena para pengunjung malu dan merasa jijik.<br /><br />Memang. Masih berstatus sebagai muslim. Masih melaksanakan shalat. Masih berpuasa. Mungkin juga sering ke Timur Tengah, dan pergi umroh. Tapi, tak lagi berani menyatakan diri sebagai muslim. Tak percaya lagi. Tak yakin lagi. Tak merasa perlu berjuang bersama Islam. Islam sudah masa lalu.<br />Realitas hari ini tak mendukung bagi kepentingan dan kebutuhan yang diinginkan. Komunitas ini harus menjadi besar dan kuat. Kalau mau menjadi besar dan kuat, tak harus mengandalkan kepada Islam. Inilah logika orang-orang yang sudah terobsesi dengan kekuasaan. Agama Islam is 'nothing'.<br /><br />Tapi, dalam sejarah ada orang-orang yang memberikan kebanggan, yang tak ada habis-habisnya. Namanya, terus menjadi diingat, tak putus-putus oleh waktu. Hasan al-Banna mati ditembak. Sayyid Qutub mati ditiang gantungan. Ali Audah mati ditiang gantungan. Syeikh Ahmad Yasin mati oleh rudal Israel. Mereka semuanya tetap berpegang dengan keyakinan dan keimanannya.<br /><br />Mereka tak pernah berubah oleh waktu dan keadaan. Padahal, mereka semua mempunyai kesempatan mereguk kenikmatan dunia. Kesempatan mendapatkan segala yang menjadi ambisi manusia. Tapi, semua yang nisbi itu, dilupakannya.<br /><br />Coba renungkan yang disampaikan oleh Allah Azza Wa Jalla di bawah ini: <span style="font-style:italic;">"Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (al-Qur'an), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan), maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. Dan sesungguhnya<br />syaitan-syaitan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk"</span>. (al-Qur'an: 43: 36-37). <span style="font-style:italic;">Wallahu 'alam</span>.Abu Fauzanhttp://www.blogger.com/profile/10244044276040129483noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1055941593051782736.post-85288376108112974872008-06-29T06:48:00.000-07:002008-06-29T06:51:24.855-07:00Motivasi 7Saudaraku yang sholih mengirim SMS yang luar biasa kepadaku:<br /><br />"Tidak yakin pada diri sendiri, merupakan penyakit mental.<br />Sesungguhnya, manusia terlahir di dunia ini untuk meraih sukses!<br />So, milikilah mental: SUCCESS IS MY RIGHT."<br /><br />sent:<br />26 Juni 2008, pk. 11:20:21 WIBAbu Fauzanhttp://www.blogger.com/profile/10244044276040129483noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1055941593051782736.post-47123510285123356562008-06-24T22:51:00.000-07:002008-06-24T22:56:22.287-07:00Motivasi 6Saudaraku yang sholih mengirim SMS yang luar biasa kepadaku:<br /><br />"Jika kita hanya mengerjakan yang sudah kita ketahui, kapankah kita akan mendapat pengetahuan baru?<br />Melakukan apa yang belum kita ketahui adalah, pintu menuju pengetahuan."<br /><br />sent:<br />25 Juni 2008, pk. 08:02:56 WIBAbu Fauzanhttp://www.blogger.com/profile/10244044276040129483noreply@blogger.com0